23

4 1 0
                                    

Mendadak jantungnya mencelos begitu melihat hal itu.

Tidak mungkin!

Satu detik...

Dua detik...

Seorang gadis yang baru saja berhenti mendadak itu, justru menahan napasnya selama beberapa detik. Dan dia terus saja menatap sesuatu di depannya yang benar-benar membuat dirinya sejuta persen tak percaya.

Di detik berikutnya, seseorang menoleh kearahnya. Orang tersebut baru menyadari kehadiran 'orang lain' di sekitarnya.

Dengan tangan yang masih menggenggam sebuah kertas, cowok yang Kim lihat saat ini mulai mendekatinya.

Sejuta pertanyaan muncul dikepalanya setiapcowok itu melangkah mendekatinya.

Dia membacanya kah? Pertanyaan itu yang lebih mendominasi isi kepala Kim saat ini.

Begitu mereka sempurna saling berhadapan, cowok itu mengambil salah satu tangan Kim, membukanya.

Demi Raja Pluto! Ini sungguh diluar dugaannya!

Cowok itu menabrakkan telapak tangannya dengan telapak tangan Kim, seperti melakukan jabat tangan. bedanya, begitu tangan cowok itu lepas dari tangan Kim, kini Kim dapat menggenggam sesuatu yang sempat membuat dunianya hancur berantakan karena kehilangannya.

"Pak Ganu pikir itu punya lo." Ucap cowok itu, kemudian berlalu begitu saja di samping Kim.

Kim menghela. Benar atau tidak, dia perlu mencari tau, apa cowok itu sempat membaca isinya atau tidak?

Tanpa pikir panjang Kim berbalik sambil menyabet salah satu tangan Evan.

Sontak cowok itu berhenti.

Kim tidak peduli apa yang tengah Evan pikirkan saat ini tentang dirinya, yang jelas ini merupakan bahaya besar jika cowok itu benar-benar sempat membacanya.

"Lo baca surat ini?" Tanya Kim memastikan.

Tangannya masih menggenggam erat tangan Evan. Dia menunggu-nunggu jawaban krusial tersebut, tapi harap-harap Evan tidaklah membaca isi suratnya.

Batin Kim berseru hebat, Please bilang nggak baca!

Cowok itu berbalik menghadap Kim, sempurna berhadapan. wajah datarnya langsung dapat Kim terawang dalam jarak kurang dari lima puluh senti.

Senyap beberapa saat. Kedua makhluk itu masih berperang tatap. Bahkan sampai Kim hitung berapa lama mereka melakukan hal itu. Sejujurnya Kim ingin menghentikan aksi ini, tapi...

Kim masih tenggelam dalam tatapan dingin menusuk yang membuatnya bungkam sejak tadi.

Sedetik kemudian Kim menunduk, barulah Kim berhasil memutus kontak matanya dengan cowok itu.

"Iya." Ungkap cowok itu.

Sontak Kim kembali mendongak dengan mata melotot. Buru-buru gadis itu mendorong tubuh Evan hingga membentur tembok terdekat.

Anehnya, tidak ada perlawanan sama sekali dari cowok itu.

Kim tidak memberikan secelah ruang pun untuk cowok itu. Perlahan, Jari telunjuk Kim menjentik dihadapan cowok itu.

"Lo harus janji, lo nggak akan kasih tau siapa-siapa soal ini." Ucap Kim penuh penekanan, tapi lebih terkesan mengecam. Kim tidak peduli sama sekali dengan reputasinya saat ini, Yang dia harapkan adalah rahasianya tetap tidak akan bocor pada siapapun.

Meski dia sendiripun mengakui jika insiden ini sejuta persen kesalahannya sendiri karena teledor menyimpan surat rahasia itu.

Suasana tegang tersebut hilang begitu Kim sedikit membuka jarak pada cowok itu. Dia lalu menunduk, mengutuki diri sendiri kenapa hal ini bisa terjadi.

"Apa itu yang buat lo..."

Kim lalu mendongak menatap cowok itu.

"... Minta gue buat sebangku waktu itu?" Lanjutnya.

Celah-celah terungkapnya rahasia Kim selama bertahun-tahun ini mulai muncul kepermukaan hanya dengan pertanyaan sederhana itu.

Kim memejamkan matanya sesaat. Bodoh! Bodoh! Bodoh! Tak henti-hentinya dia mengutuki dirinya sendiri.

"Apa lo yang dimaksud 'puteri yang kena kutukan' itu?"

Lagi-lagi Kim menatap cowok itu. Haruskah dia menjawab pertanyaan itu? Astaga, Kim merasa jadi ingin memutar waktu jika mesin waktu doraemon benar-benar ada. Tapi bodoh, masalalu ya masalalu dan sekarang adalah sekarang.

Kim menghela, "Lo harus janji."

"Apa dari surat ini, lo curigain gue?" Lagi-lagi pertanyaan yang Kim terima dari cowok itu. Rasanya frustasi dan bingung teraduk menjadi satu memenuhi raga Kim.

Apa yang harus Kim katakan jika dugaan cowok itu benar semua?

"Lo harus janji," peringat Kim dikali kesekian.

Hening sekejap. Mereka berdua masih saling beradu tatap dalam diam. 10 detik lamanya Kim hitung mereka bertatapan seperti ini.

Terdengar suara helaan napas, saking sunyinya memerangi mereka berdua.

Mata cowok itu memindai Kim sejenak sebelum membuka suara, "Janji." Ucapnya.

Rain and Winter [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang