Hening, sunyi, senyap, mungkin itu gambaran yang tepat untuk menjelaskan keadaan untuk saat ini. Tak terkecuali Kim yang sibuk grasak-grusuk sendiri masih belum melang-lang buana dengan mimpinya.
Apa alasannya?
Kebelet.
Kim terpaksa bangun. Matanya melirik semua gadis di tendanya yang sudah terlelap tidur. Sementara Kim? menderita sendirian menahan-nahan kandung kemih yang tak lagi bisa diajak kompromi, benar-benar sudah mentok.
Kim menggigit bibirnya, rasanya tidak nyaman sekali astaga!
Sesekali ia melirik jendela jaring-jaring dari tendanya, melihat keadaan luar yang sedikit gelap, sunyi dan benar-benar terlihat tak ada kehidupan.
Kim tak langsung keluar bukan karena ia takut, bukan. Tapi memastikan bahwa algojo penjaga malam sudah tak terlihat lagi. Dialah salah satu penyebab camp mereka sepi begini.
Algojo siraman rohani bagi yang masih berkelakar di luar tenda. Dia benar-benar napsu sekali ketika melihat masih ada yang keluar tenda.
Dan satu ember air sudah cukup membuat orang kapok.
"Argh! Nggak kuat!" pekik Kim tertahan sambil merapatkan kedua pahanya.
Ah! Masa bodoh dengan siraman. Toh, Kim juga keluar karena ini benar-benar darurat. Kim tidak mau mati hanya karena menahan kandung kemihnya.
Gadis itu langsung beranjak dari tempat tidurnya dan mantap membuka resleting pintu tenda pelan-pelan agar yang lainnya tak terganggu.
__________
"Baju gue basah kuyup sumpah gara-gara itu emak-emak. Parah!"
Bukannya menanggapi teman di sebelahnya, cowok itu hanya meliriknya sekilas tanpa mau mengeluarkan sepatah dua patah kata.
Evan masih sibuk tata sana-sini sebelum membaringkan tubuhnya untuk tidur. Teman yang tidur di sebelahnya, Reza. berkali-kali menggerutu tentang dirinya yang berhasil dibuat basah kuyup karena melakukan konser malam di luar tenda.
"Heh kapten?" usik Reza.
Evan hanya meliriknya datar sebagai jawaban. Sudah jelas dia tidak suka jika dia dipanggil begitu. Julukan si Kapten konon?
Sebelum merebahkan tubuhnya. Cowok itu memastikan anggota sangganya sudah tidak aktif semua, tentunya karena ini waktu istirahat.
Evan membuka ponselnya, mengecek satu per-satu anggota. Sejauh ini layar dari benda pilih itu menunjukan warna abu-abu di setiap foto anggotanya yang menandakan jika anggotanya sudah tidak aktif untuk waktu ini.Baru saja Evan akan menjatuhkan tulang punggungnya kepermukaan, satu hal membuatnya jadi mematung mendadak.
Ada satu foto anggotanya yang masih berwarna hijau yang berarti dia masih aktif dan sudah pasti dia masih terjaga.
"Tadi lo liat tenda cewek sangga kita?" tanya Evan pada Reza yang sudah memejamkan matanya. Evan tahu dia hanya memejam tidak benar-benar tidur.
Merasa teman di sebelahnya bertanya, akhirnya Reza membuka matanya dan langsung melirik Evan tanpa mengubah posisi tubuhnya.
"Liat. Sepi, udah pada tidur kali," jawab Reza setahunya.
Tidak ada waktu dimana Evan si dingin irit omongan tiba-tiba mau meresponnya. Pasti yang didapat hanya tatapan datar dan ucapan singkat.
"Ada apa emang? Lo mau main?" ledek Reza sambil cekikikan aneh.
Tanpa mau menanggapi Reza, Evan langsung bangun lalu menyingkap pintu tenda yang belum di resleting dan pergi begitu saja.
Reza melongo menatap kepergian cowok itu, aneh sekali dia. Apa Evan benar-benar ingin bermain di tenda putri? Ya ampun... Semoga saja hanya bermain congklak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain and Winter [COMPLETED]
Teen FictionKimberly tidak pernah tahu, jika sesuatu yang dia temui di ruangan kosong semasa dia masih bersekolah di sekolah dasar akan benar-benar merubah hidupnya. Sahabat, keluarga, bahkan cinta Semua itu dibuka perlahan dengan bumbu-bumbu masa lalunya yang...