Sudah hampir lima jam penuh Kim berkendara. Ini merupakan rekor tersendiri baginya yang belum pernah sekalipun terjun langsung ke jalanan dengan mengendarai mobil.
Setelah dua jam cowok di sampingnya itu habiskan dengan beristirahat, tidak ada obrolan yang menghiasi mereka sejak kali pertama Evan bangun.
Sambil mengendalikan stir kemudi, Kim melirik Evan sejenak, tapi dalam hitungan detik gadis itu memutusnya.
Lucunya, begitu Kim mengembalikan fokus matanya kearah jalanan, Evan justru membalas lirikannya. Dan begitu Kim melirik lagi cowok itu, Evan malah memutus lirikannya.
Begitu saja sejak tadi.
Aneh, batin Kim.
Tak kuat berlama-lama diam, akhirnya Kim harus mencari topik untuk membuka obrolan dengan cowok beku itu. Yah, selalu begitu.
"Van, gue boleh tanya sesuatu?" tanya Kim, sambil melirik Evan sejenak.
Cowok itu masih saja memperhatikan jalanan, tak langsung mengiyakan. Atau setidaknya melirik Kim memberi tanda bahwa dia menyetujui pertanyaannya.
Kim jadi melengos begitu cowok itu tak meresponnya.
"Apa?"
Sontak Kim menoleh kearah Evan dengan cepat. Meskipun cowok itu tetap saja memperhatikan jalanan, jelas sekali jika dia benar-benar tidak minat mendengar pertanyaan yang akan Kim tanyakan padanya.
"Kenapa lo lakuin semua ini buat gue?"
Secara mendadak, Evan menoleh kearahnya. Membuat Kim tak percaya jika pertanyaannya sukses menarik perhatian Evan.
Satu detik ...
Dua detik ...
Cowok itu hanya menatapnya datar tanpa kedip, seolah ada tanda tanya besar yang dia luapkan dari ekspresinya itu.
Tepat ketika Kim harus mengalihkan pandangannya ke jalanan lagi, Evan bersuara.
"Karena gue pangeran lo." ucap Evan.
Lagi-lagi Kim melirik Evan. Sejujurnya, dia benar-benar tidak mengerti setiap kali Evan mengatakan jika dia adalah pangerannya. Pengakuan itu benar-benar ambigu bagi Kim yang sulit mencerna perkataan dan tindakan Evan padanya.
Masalahnya, terkadang Evan seolah membalas perasaannya. Dan perasaan Kim dengan cowok itu tetaplah sama, tidak ada yang berubah. Namun, di lain sisi juga Kim merasa jika Evan itu ...
Ah, susah sekali mendeskripsikannya.
"Kenapa lo selalu bilang begitu?" lagi-lagi pertanyaan yang Evan dapatkan dari Kim.
Cowok itu hanya bisa menatap Kim dengan wajah datar dan sorot dinginnya itu sebagai tanggapan.
"... Gue kadang, bertanya-tanya. Maksud dari pengakuan lo itu." ungkap Kim sambil sibuk berkendara. Meskipun begitu, dia menyempatkan diri untuk terus melirik kearah cowok itu.
Kim menghela napas gusar, dia jadi bertanya-tanya pada dirinya sendiri, apa harus dia mengakui perasaannya satu kali lagi?
"Lo tau gue kalau gue ada ras--"
"Lo dan gue ada hubungannya dalam kasus ini." Ucap Evan memutus pembicaraan Kim.
Penasaran, tentu Kim jadi melirik cowok itu.
"Iya Kim. Guelah yang paling berperan saat ini, dan semua surat someone itu ..." akhirnya Evan melirik Kim, tapi dia terdiam sejenak, "... Semua itu tentang gue." lanjutnya.
Kim hanya bisa mengernyitkan dahinya bingung. Dia benar-benar tidak paham dengan maksud yang Evan coba jelaskan padanya. Kenapa juga dia amat berperan penting dalam hal ini? Bukankah ini masalah Kim? Dan kenapa Evan yang seolah bertangung jawab hingga membantu sepenuhnya untuk mencari Ayahnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain and Winter [COMPLETED]
Teen FictionKimberly tidak pernah tahu, jika sesuatu yang dia temui di ruangan kosong semasa dia masih bersekolah di sekolah dasar akan benar-benar merubah hidupnya. Sahabat, keluarga, bahkan cinta Semua itu dibuka perlahan dengan bumbu-bumbu masa lalunya yang...