Bingung, bimbang dan frustasi. Ketiga kata itu benar-benar membuatnya mati perlahan-lahan. Setiap detiknya, antara pikiran, keinginan dan keputusan benar-benar tidak sinkron. Ada satu hal yang Kim pikir merupakan jalan keluar, tapi jika ditinjau dari sudut lain...
Kadang Kim pikir tidak cocok.
Disini, dikamarnya yang sunyi itu dia terdiam mematung dengan layar ponsel yang masih menyala. Pasalnya, baru saja dia melakukan obrolan online dengan dua orang yang memiliki tujuan yang berbeda.
Batinnya menjerit, mana yang harus gue pilih?!
Dilihatnya secara bergantian ruang obrolan yang sejak tadi membuatnya frustasi setengah hidup.
Kaya
Oy! Jam 8 ya... Btw, gue udah beli sambel sopel buat main-main nanti. Dijadiin masker kan lumayan :)Itu yang pertama. Sejujurnya, Kim penasaran apa rasanya menggunakan sambal sopel untuk masker wajah. Mungkin seru. Tapi Kim agak bimbang karena ada hal yang lebih penting ketimbang menggunakan masker sambal sopel saat ini.
Kemudian, jari Kim beralih pada ruang obrolan kedua yang menjadi topik hangatnya saat ini.
Evan
Nanti jam 8Dan yang kedua ini, tidak kalah penting, karena mereka pasti membahas soal novel itu. Yah, meskipun sejujurnya Kim masih kesal dengan sikapnya sore tadi yang menyebalkan itu.
Kim menghela sambil menjatuhkan dahinya ke meja.
"Mana yang harus gue pilih?" gumamnya gusar.
Sahabat? atau Evan?
Kim lalu melirik jam weker yang berada tepat di depannya. Lima belas menit lagi dia harus memutuskan perkara ini.
Jika Evan yang Kim pilih, tidak mungkin dia mengabaikan kedua sahabatnya. Meskipun hanya perkumpulan yang tidak bermakna, tapi itu punya sesuatu tersendiri bagi mereka. Benar bukan?
Dan...
Jika Kim memilih Kaya dan Katya, Maka...
"Bodo amatlah!" serunya pada diri sendiri. Tanpa pikir pajang, dia merampas ponsel yang sejak tadi tergeletak terabaikan.
Dia lalu mengetikkan sesuatu disana. Yang jelas, Kim sudah membuat keputusannya secara bulat.
Kimberly
Van, besok aja bisa ya? Soalnya gue ada acara mendadak. Tetangga gue ada syukuran anaknya lulus TKDibacanya dengan seksama sebelum dia mengirimnya. Tapi mendadak Kim menghapusnya begitu saja. Lalu mulai berfikir kembali tentang apa yang harus dia katakan untuk menolak cowok itu.
Ayolah! Ayolah! Tinggal 6 menit lagi!
Entah kenapa tiba-tiba 6 menit itu terasa benar-benar singkat sekali disaat seperti ini.
Setelah berhasil menemukan ide, akhirnya jari-jari yang sempat berhenti itu kembali bergerak. Masa bodoh dengan ucapannya saat ini, lagi pula Evan itu bukan orang yang layak untuk disopani.
Iya kan?
Kimberly
Van, besok aja ya... Ada urusan mendadak nih.Dibacanya lagi yang kedua kalinya. Tapi Kim rasa, itu saja sudah cukup.
Okedeh, Tinggal sent, gumamnya menggema dalam hati.
Ibu jari gadis itu langsung melayang mengarah ke tombol virtual bertuliskan sent diatas layar ponselnya.
"Kim?!"
Mendadak Kim menoleh kearah pintu kamarnya meskipun tidak ada apa-apa disana. Suara yang memanggil namanya itu, adalah suara ibu tirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain and Winter [COMPLETED]
Teen FictionKimberly tidak pernah tahu, jika sesuatu yang dia temui di ruangan kosong semasa dia masih bersekolah di sekolah dasar akan benar-benar merubah hidupnya. Sahabat, keluarga, bahkan cinta Semua itu dibuka perlahan dengan bumbu-bumbu masa lalunya yang...