36

8 1 0
                                    

Sejak dua puluh menit yang lalu, seorang gadis yang tengah berbaring di sebuah nakas yang bermuatan satu orang itu, tak henti-hentinya mengecek ponselnya, harap-harap ada notifikasi yang masuk ponsel.

Sialnya, sampai detik ini tidak ada tanda-tanda sesuatu yang masuk ponselnya.

Menyebalkan.

Kim mendengus menatapi langit-langit kamarnya yang berwarna putih. Apa dia lupa ya dengan janjinya?

Bukan janji sebenarnya, mungkin lebih seperti 'ucapan' yang malah Kim anggap janji. Padahal bukan.

Gadis itu mengerang halus sambil berguling lalu mengambil ponselnya dan menyalakannya.

Sunyi. Tidak ada apa-apa yang masuk ponselnya. Dia juga bingung kenapa juga harus mengeceknya setiap saat jika dia tidak dengar suara notifikasi yang masuk ponselnya.

Dasar aneh, memang.

Tidak tahu apa yang ingin dia lakukan dengan ponselnya, Kim menghempaskannya kembali. Tidak pernah dia seberharap begini ada sesuatu yang masuk ponselnya. Terlebih berharap pada Evan, mulanya Kim mungkin sebal dengan cowok itu, tapi entah datang dari mana sesuatu yang aneh ini.

Lama sekali menghilangnya.

Dan hal asking itu, yang membuat perasaannya sering berubah tanpa alasan. Kadang dirinya bahagia sekali hingga rasanya dia ingin bunuh diri di pohon toge, tapi kadang rasanya dia ingin menangis. Masalahnya dia ingin menangisi hal yang tidak jelas apa penyebabnya.

Aneh bukan?

Mata Kim melirik kearah jam dinding yang terpasang di tembok kamar. Jam sembilan malam, Dan tak kunjung datang kabar dari Evan? Padahal dia bilang di sekolah sore tadi jika mereka akan membahasnya malam ini.

Omong-omong soal suratnya hari ini, Kim bahkan lupa dia belum membuka surat itu sampai detik ini. Padahal mereka akan membahas tentang surat itu, tapi kenapa bodohnya Kim dia malah mengabaikannya?

Yah, begitulah, dia sejak tadi hanya mengharapkan kabar dari Evan. Itu saja.

Jujur saja, memang itu faktanya.

Ting!

Sontak Kim terperanjat bangun secara mendadak ketika bunyi itu menggema di kamarnya yang sunyi. Cepat-cepat dia gapai ponselnya lalu melihat layar yang menyala itu.

3K+H
*Kaya added Hera just now*

Hera
Oy! Grup apa ni? Gibah?

Kim berdesis menahan tawanya di tenggorokan. Jadi mereka mempunyai member baru sekarang? '3K+H' mungkin karena Hera yang huruf awalan namanya berhuruf 'H' sementara seantero grup nama mereka berawalan huruf 'K' sehingga Kaya mengubahnya seperti itu.

Dasar Kaya.

Namun sedetik kemudian notifikasi baru kembali muncul.

Evan
Sorry, ada urusan

Itu yang Kim lihat. Sejenak, Kim mendengus lalu menjatuhkan dahinya kepermukaan ranjangnya. Jadi maksudnya dia menunggu-nunggu sejak tadi, itu semua sia-sia saja?

Tapi ketika ponselnya berdering secara mendadak, reflek Kim mendongak untuk melihat ponsel yang masih berada di genggaman tangannya.

Evan calling...

Senyum Kim merekah detik itu juga. Evan melakukan video call.

Sialnya, dia tidak bisa menerima panggilan video itu jika dia masih senyum begini.

"Berenti senyum ih!" dia berusaha menghilangkan senyumannya yang sulitnya setengah mati dia hilangkan. Tidak mungkin kan jika dia menerima panggilan dari Evan masih dengan senyum yang aneh ini?

Rain and Winter [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang