Pukul 8 malam, Kim terdiam di jendela kamarnya, matanya menerawang lurus kearah depan. Memandangi jendela rumah yang berada di seberangnya.
Dari keberadaan Kim, tidak terlihat tanda-tanda kehidupan dari jendela itu. Bahkan lampu kamarnya padam, terlihat gelap. Hanya ada lampu-lampu taman dan lampu luar rumah yang menerangi rumah itu.
Kemudian muncul pertanyaan-pertanyaan, kemana Evan? Dia bahkan tidak membalas pesannya satupun. Meskipun Evan dikenal tidak suka memainkan ponsel. Tapi Kim yakin, dia selalu membawa ponsel ke manapun dia pergi.
Kim menunduk melihat layar ponselnya. Tatapannya kosong, kemudian matanya kembali memperhatikan jendela yang gelap itu.
Kimberly
Van? Ko pesan gue nggak ada yang lo bales?Kimberly
Lo sebenernya pergi kemana? Gue liat dari rumah sepi banget kek kuburanKimberly
Wkwk canda-canda, jangan di blok yeeKemudian senyum lugas terpampang di wajahnya. Tampaknya Evan benar-benar serius menghilang. Waktu terakhir aktif cowok itu bahkan masih sama.
Kim mengembuskan napas berat, "Apa perlu, besok gue dateng ya?"
Suara decitan pintu terbuka membuat Kim jadi menoleh kearah pintu kamar. Muncul sesosok Tris darisana yang segera menutup pintu setelah masuk kamar Kim.
"Lo ngapain?" tanyanya sambil berjalan mendekati Kim.
"Hmmm... Nyari udara segar aja." dustanya.
Tris mengangguk sambil membenarkan kebohongan Kim. Gadis itu lalu duduk di samping Kim sambil ikut melipat kedua tangannya pada jendela kamar.
"Eh, gue baru sadar kamar lo sama kamar Evan berhadapan gini?" ungkap Tris antusias yang hanya Kim balas uluman senyum tertahan.
"Kok keliatan sepi ya?" gumam Tris bertanya-tanya.
"Lo bilang dia sakit kan?"
Tris mengangguk membenarkan hal itu.
"Iya, ada suratnya. Tapi kok, kayak nggak ada orang ya, dirumahnya?" terka Tris menelusuri rumah yang berada di seberang sana yang terlihat gelap dan sepi.
"Dia nggak ngabarin lo sesuatu gitu?" tanya Tris pada Kim yang hanya terdiam.
Kim hanya bisa menggeleng menjawab pertanyaan itu. Dia sendiri pun tidak tahu, hal apa yang tengah Evan lakukan. Sampai-sampai dia tidak membalas pesannya satu pun, dan bahkan dilihat dari kamarnya, seolah mereka semua pergi entah kemana.
Tris beranjak, membuat mata Kim mengikuti pergerakan gadis itu.
"Gue pengen martabak nih, Hehehe... Lo mau nggak? Biar gue sama Gita yang keluar, dia di bawah lagi nonton TV." tawar Tris pada Kim.
Kim menggeleng, "Gue masih kenyang. Makasih yeee mpok."
"Iyeee" sahut Tris sambil keluar dari kamar Kim.
Setelah suara decitan pintu menutup berbunyi, semua kembali hening. Dan Kim kembali menerawang jendela gelap itu.
Dia terdiam disana.
Sejenak Kim merasakan kehampaan. Entah dalam artian apa dia bisa menjelaskannya, hanya saja... Hal itu benar-benar tengah menyelimuti dirinya.
Harus Kim akui, dia merasa hampa Evan tidak dalam pandangannya, walaupun masih hanya satu hari. Entah hampa, atau rindu.
Mungkin.
Suara derung mobil terdengar dari bawah kamar Kim, membuat dirinya menunduk karena perhatiannya teralihkan. Sedetik kemudian, muncul bokong mobil yang mundur hingga mentok dengan pagar rumah. Setelah itu, pagar terbuka otomatis dan mobil sedan berwarna kuning itu langsung melesat membelah jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain and Winter [COMPLETED]
Ficção AdolescenteKimberly tidak pernah tahu, jika sesuatu yang dia temui di ruangan kosong semasa dia masih bersekolah di sekolah dasar akan benar-benar merubah hidupnya. Sahabat, keluarga, bahkan cinta Semua itu dibuka perlahan dengan bumbu-bumbu masa lalunya yang...