67

4 1 0
                                    

"Dia nggak masuk?"

Gadis yang mendapat pertanyaan itu hanya memanggut-manggut mengiyakan karena dia tidak mengenal gadis yang baru saja menanyainya.

"Oke, makasih ya."

"Iya, sama-sama."

Lalu Kim mengambil langkah sambil mendengus kecewa karena orang dia cari ternyata tidak masuk sekolah hari ini.

Amara, Amara, Amara.

Hanya itu yang ada di kepalanya. Terasa sangat berisik di otaknya.

Ketika matanya menangkap Katya dan Kaya sedang berjalan mengarah padanya, Kim sontak mempercepat langkah.

"Gimana? Gimana? Evan masuk?" tanya Kim antusias, dia sendiri benar-benar penasaran.

Katya menggeleng.

"Nggak tau, Reza bilang nggak masuk. Gue nanya alasannya apa, dia bilang nggak tau."

Mendengar hal itu, Kim jadi bingung setengah mati dengan menghilangnya orang-orang yang sedang dia butuhkan saat ini.

"Kita buat rencana aja, gimana?" cetus Katya. Sementara Kaya tengah sibuk bersenandung karena kedua telinganya tersumpal headset wireless.

"Boleh, darimana kira-kira?"

___________

"Jadi, kemungkinan... Surat selanjutnya akan ada di rumah lo yang dulu?" simpul Katya sekaligus juga bisa disebut pertanyaan.

"Gue rasa." tukas Kim. Lalu dia menggulung kembali peta yang dia buat semalam dari petunjuk yang dia dapatkan.

"Heh! Gaguna banget sih lo." Katya menyikut lengan kurus Kaya hingga gadis itu meringis kesakitan.

"Disini peran gue hanya kameramen, ngapain juga ngasih ide. Ya kan Kim?" ujarnya mencari pembelaan, padahal sebenarnya dia juga tidak paham betul arahan yang Katya telah tetapkan agar misi berhasil.

"Justru lo yang paling penting jamal!" timpal Katya.

Kim hanya sebagai orang yang tertawa disana, menyaksikan tingkah kedua sahabatnya yang aneh.

Sebenarnya bel pulang sekolah sudah berbunyi, bahkan sudah lewat hampir lima belas menit setelah bunyi bel kemenangan itu berdegung di sekolah. Karena waktu sebanyak itu mereka gunakan untuk menyusun strategi agar Kim tidak kehilangan jejak, dan mengetahui...

Siapa someone sebenarnya.

Setelah semua hal yang mereka rencanakan terasa matang, akhirnya tiga orang gadis itu keluar dari sekolah dengan menggunakan baju biasa.

Mereka telah ganti di sekolah.

Singkat cerita, akhirnya seorang gadis sampai di depan rumah bercat hijau yang terlihat masih hidup walaupun sebenarnya sudah cukup lama rumah itu tidak ditinggali.

Gadis itu hanya berdiri disana. Tidak melakukan apa-apa. Hanya berdiri, menunduk, dan menutupi bagian kepalanya dengan menggunakan hoody berwarna abu-abu.

Selang beberapa menit kemudian, muncul seseorang yang menggunakan hoody hitam masuk ke pekarangan rumah model tua itu.

"Gotcha." gumam Kaya sambil melebarkan senyumnya begitu muncul sesosok orang dari layar ponselnya. Ternyata dia berhasil mencari posisi yang tepat untuk meletakan kamera pengintai.

"Kim, tetap di posisi." perintah Katya dengan samar-samar dari balik hoody-nya.

Di lain tempat, Kim bersiap untuk menyamarkan diri. Dia menutupi wajahnya dengan masker hitam dan juga menutupi kepalanya dengan hoody berwarna hitam.

Rain and Winter [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang