33

3 1 0
                                    

Kim tahu, mata Evan pasti hanya tertuju pada motor berwarna putih yang ditumpangi seseorang berpakaian serba biru di depan sana.

Suasana tegang sekali saat ini, Evan berusaha keras sekali tidak kehilangan motor itu. Bahkan rambu lalu lintas yang sudah kembali berwarna merah mereka terobos.

Ya, itu benar-benar terasa adrenalin sekali bagi Kim.

Beberapa pengendara kendaraan yang mungkin merasa terganggu karena aksi mereka mengumpat-ngumpat diikuti suara klakson memperingati.

Sejauh ini, Kim hanya bisa meremas kedua sisi hoody Evan tanpa ada niatan protes karena cowok itu mengendarai motor seperti di ladang balapan.

Mengerikan sekali.

Kim mendongak, menatap kearah depan mencoba sedikit membantu cowok itu. Meskipun sebenarnya wajahnya kini terlihat seperti gadis yang habis menangis karena putus cinta.

Benar-benar kacau.

Entah suatu keberuntungan atau apa, Kim lihat betul motor yang membawa someone berbelok ke sebuah gang yang menuju ke arah pembangunan gedung apartment yang belum jadi seutuhnya.

"Mereka kesana! Mereka kesana!" Seru Kim sambil menepuk-nepuk bahu Evan agar mereka tidak kehilangan jejak.

"Mereka nggak kesana!" jawab cowok itu. Mata Kim melirik kearah gang yang jelas betul dia melihat someone berbelok kearah gedung itu. Mereka melewatinya begitu saja.

"Mereka kesana Van!!" Seru Kim kukuh dengan penglihatannya.

"Ck!" jelas sekali Kim dengar cowok itu berdecak mendengar interupsinya. Lalu Evan langsung putar balik menuju gang yang Kim tunjuk tadi.

Masa bodoh jika dia kesal dengannya. Yang jelas, Kim ingat betul plat nomor motornya dan pakaian serba biru itu. Pastinya dugaannya benar, Kim yakin itu.

Begitu motor Evan berhenti di depan sebuah bangunan tinggi yang masih berbentuk kerangka, Kim langsung turun tanpa menunggu Evan. Dia langsung berlari memasuki gedung itu tanpa mau menunggu strategi dan arahan yang mungkin ingin Evan katakan.

Dan benar sekali, ketika Kim berlari memasuki gedung itu, Evan meneriaki namanya. Namun Kim mengabaikannya.

Kim sudah memasuki gedung, dan berlari menaiki tangga menuju lantai dua. Sebenarnya terasa riskan sekali, karena disekitarannya hanya ada beton-beton yang masih diproses untuk membuat gedung apartment ini.

Dan semua terlihat berantakan.

Tapi Kim tidak mau berhenti begitu saja, dia ingin membuktikan jika dugaannya benar.

Untuk sesaat, dia terdiam memperhatikan sekitar. Barang kali ada petunjuk dimana someone bersembunyi. Dan Kim juga yakin, pastinya Evan dalam perjalanan untuk menyusulnya.

"Keluar!" Seru Kim beredar diudara.

"Gue nggak akan ngapa-ngapain lo, gue cuma mau kita bertemu, itu aja." jelas Kim.

Dia masih memperhatikan setiap bagian di sekitarnya. Barang kali ada satu pergerakan yang bisa menjadi petunjuknya.

Suara sesuatu terjatuh, sontak Kim langsung berlari mencari suara itu. Dia mulai menaiki tangga menuju lantai tiga.

"Kim!!"

Itu suara Evan. Dia dibelakangnya. Sebenarnya Kim ingin menunggu Evan, tapi dia tidak ada waktu untuk itu.

Kini Kim sudah di lantai tiga, dan mendadak jantungnya terasa mencelos begitu pemandangan yang beberapa menit lalu dilihatnya kembali. Orang asing berpakaian serba biru sekilas tertangkap matanya.

Rain and Winter [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang