"Lo nangis?"
Mendadak Kim terkesiap ketika sebuah suara tiba-tiba tertangkap gendang telinganya.
Sontak dia menoleh.
Jelas sekali, sekarang ada sesosok manusia lain yang sudah duduk di sampingnya. Yang Kim lihat, dia menatap datar lurus kedepan meskipun Kim yakin dia tahu jika Kim telah merespon pertanyaannya itu.
Teringat pertanyaan apa yang cowok itu tanyakan, sontak Kim melengos membuang wajahnya dari cowok itu.
"Nggak." jawab Kim.
"Nggak usah bohongin diri sendiri." timpalnya datar, tanpa menatap Kim.
Tentu saja Kim melirik cowok itu sinis ketika kalimat tadi terlontar olehnya.
"Nggak, gue nggak nangis!" sentak Kim bersitegas memperkukuh jawabannya.
Memang benar, Kim tidak menangis. Meskipun dia memang menangis tadi, tapi jenis pertanyaannya tidak secara detail tentang waktu. Jadi, tidak salah, kan Kim bantah tebakannya itu?
"Tadi..." mulai cowok itu lagi, "... Lo nangis."
Masih bertampang jengkel, Kim tidak mau melirik cowok itu. Jika model ungkapannya seperti itu, bantahan apa lagi yang bisa Kim buat?
Tentu saja Kim hanya bisa terdiam, Karena tidak bisa membalas cowok itu apa-apa.
"Gue tahu lo dicurang--"
"Itu lo tahu!" sahut Kim dengan cepat menyambar ucapan cowok itu hingga akhirnya dia mau melirik Kim karena sentakan itu.
Tentu saja...
Mata mereka bertemu. Kim membiarkan matanya itu memancarkan apa yang dia rasakan sebenarnya saat ini. Sakit, kecewa, perasaan tidak diadili, yang paling bersalah...
Semua hal itu. Dia bongkar detik ini.
Sejauh ini cowok itu masih berwajah tenang. Menatapnya tanpa kedip yang juga Kim lakukan saat ini.
Ayolah! Tidak kah dia mengerti perasaannya?
"Lo tahu kalau Tris itu cuma pura-pura tadi." ucap Kim bersamaan dengan rasa beban yang mendadak hilang begitu saja dikali pertama dia membuka suara.
Hening sesaat. Dia tidak langsung merespon Kim.
Tentu saja begitu. Kim yakin jutaan persen Evan itu tahu jika Tris hanya merekayasa aksi dramatisnya itu.
Entahlah untuk apa dia begitu, tapi mungkin saja Tris menyimpan rasa pada cowok beku yang berada disampingnya saat ini. Dan mencari-cari perhatian lebih seolah sengaja membuatnya cemburu.
Kim rasa Tris tahu jika Kim menaruh hati pada Evan.
"Lo cemburu?"
Hati Kim terasa mencelos ketika pertanyaan itu terdengar. Meskipun suara itu nyaris terdengar seperti bisikan, tapi gendang telinga Kim terlalu sehat jika dia benar-benar mendengar kata-kata itu dengan baik.
Kim melengos, memutus sorot matanya dari Evan. Lalu menunduk.
Untuk apa jika seandainya dia menjawab jujur bahwa benar dia memang cemburu pada mereka berdua, tapi sesuatu yang lebih menyakitkan justru timbul.
Seperti...
Bagaimana jika mereka berdua saling menyimpan perasaan. Tidak hanya karena satu kelas, mereka bahkan bertetangga. Tentu saja tidak menutup kemungkinan jika mereka berdua saling menyimpan rasa.
Entah kenapa tiba-tiba beban yang semula menghilang dengan mudahnya tadi, kembali terminum olehnya mentah-mentah.
Tidak nyaman sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain and Winter [COMPLETED]
Teen FictionKimberly tidak pernah tahu, jika sesuatu yang dia temui di ruangan kosong semasa dia masih bersekolah di sekolah dasar akan benar-benar merubah hidupnya. Sahabat, keluarga, bahkan cinta Semua itu dibuka perlahan dengan bumbu-bumbu masa lalunya yang...