Sejak sepulang sekolah, Kim mengunci kamarnya rapat-rapat. Tidak bercengkerama dengan Gita atau bahkan menemui Husna.
Sebenarnya Husna mengunjungi kamar Kim tadi, tapi Kim jawab dia punya banyak tugas dan tidak sempat keluar kamar. Hingga akhirnya Husna memakluminya dan pergi dari balik daun pintu kamar Kim.
Hanya karena dia tidak berselera melakukan apapun, bukan berarti dia harus menyakiti tubuhnya sendiri. Sejujurnya Kim belum makan makanan berat setelah sarapan pagi tadi.
Tapi dia memakan roti yang dia beli ketika sepulang sekolah tadi.
Kim memandangi langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong. Matanya sudah membengkak sejak sepulang sekolah, Dan tak kunjung hilang dari kedua peluk matanya meskipun sudah dia coba kompres menggunakan air es.
Ya, itulah penyebab besar dia mengurungkan diri di kamar selama ini.
Ponselnya bergetar bertubi-tubi sejak jam 7 petang. Meskipun dia tahu apa yang ponselnya terima, tapi dia menghiraukannya di tepi ranjang. tidak peduli apapun yang tengah terjadi saat ini.
Yang Kim tahu, sebelumnya dia menerima pesan singkat bertubi-tubi dari Katya dan Kaya yang memberitahunya agar Kim datang ke rumah Hera untuk melakukan semacam ... Perpisahan.
Karena Hera pindah ke Bandung malam ini. Dan itu artinya mulai besok dia tidak akan bertemu lagi secara fisik dengan gadis itu.
Dipikir, Kim sebenarnya merasa bersalah karena tidak menghadiri perpisahan mereka. Karena ... Bagaimana pun juga Hera teman terbaiknya juga selama kelas sebelas ini.
Entah ada dorongan dari mana, tiba-tiba dia meraih ponselnya lalu melihat notifikasi yang tertera disana.
Kaya
Kim? Ko lo nggak dateng? Hera sebentar lagi mau berangkatKatya
Kim!! Ampun dah nih anak! Lo kemana sih?!Kaya
Woy! Gue telfon nggak diangkat! Chat nggak dibaca!Sejauh ini Kim hanya menggeser layarnya kebawah, membaca ratusan chat yang masuk dari Kaya dan Katya tanpa ada niatan untuk membalas chat mereka satu-satu.
Jika seandainya dia bisa bertelepati dengan kedua sahabatnya, Kim mau memberitahu apa yang dia rasakan saat ini. ketimbang menghadiri acara perpisahan mereka lalu Kim hancurkan dengan pengakuannya tentang semua hal yang terjadi pada dirinya akhir-akhir ini.
Tepat ketika balon pesan dari kedua sahabatnya itu mencapai ujung, tiba-tiba laman chat kedua sahabatnya menghilang.
Digantikan layar yang menunjukan logo telfon yang bergerak keatas seolah memaksa Kim untuk menerima panggilan itu.
Evan is calling...
Tanpa pikir panjang, Kim langsung menolaknya. Hingga layar ponselnya kembali menayangkan ruang obrolan dengan kedua sahabatnnya yang sebelumnya Kim lihat.
Tapi sedetik kemudian, layar ponsel Kim berubah lagi yang kedua kalinya. Logo telfon yang bergerak itu kembali muncul.
Lagi, Kim menggeser tombol telfon berwarna merah yang mengarahkannya kebawah.
Tangan yang menggenggam ponsel langsung Kim hempaskan ke permukaan ranjang tanpa melepaskan ponsel dari tangannya.
Kim memejamkan kedua mata sembabnya. Rahangnya mengetat. Untuk apa dia melakukan itu? Batin Kim penasaran.
Mengatakan maaf? Karena telah membuatnya menangis siang tadi? Lalu Kim memaafkannya dan panggilan suara itu berakhir dengan damai?
Bisakah begitu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain and Winter [COMPLETED]
Novela JuvenilKimberly tidak pernah tahu, jika sesuatu yang dia temui di ruangan kosong semasa dia masih bersekolah di sekolah dasar akan benar-benar merubah hidupnya. Sahabat, keluarga, bahkan cinta Semua itu dibuka perlahan dengan bumbu-bumbu masa lalunya yang...