"Lama amat lo ke kamar mandinya gile! lo beser Kim?"
Kim meninju lengan Hera lemah sambil menyengir begitu dia sampai dan disambut begitu olehnya.
"Lo kenapa Kim?" tanya Kaya yang mengundang lirikan Katya dan Hera.
Bingung, tentu Kim mengernyit, "Emang kenapa?" tanyanya balik. Berusaha bersikap seperti normalnya seorang Kimberly.
"Nggak deh." jawab Kaya masih sedikit memperhatikan mimik wajah Kim.
"Tadi gue liat lo kayak merah-merah gitu..." jelas Kaya sambil mengarahkan telunjuk kearah wajah Kim, "... Tapi nggak sih." pungkasnya dipenghujung.
"Woy abis ini kita tanding nih, wagela nggak sabar gue!" Seru Hera mengalihkan perhatian Kaya dan Katya.
Sebuah kesempatan, selagi Kaya dan Katya perhatiannya teralihkan, Kim mengusap wajahnya agar tidak menyisakan raut-raut yang Kaya bilang kemerah-merahan itu.
Memang begitu, Kim terkadang kesulitan untuk menghilangkan raut kemerahan diwajah jika dia habis menangis, tak peduli tangisan itu hanya sesaat atau lama, orang lain yang melihatnya dapat dengan mudah mengetahui apa yang terjadi dengan wajahnya itu.
Menyebalkan memang.
Lima belas menit terlewatkan begitu saja. Pertandingan dimenangkan oleh kelas 10 IPS 6, ada jeda waktu beberapa saat sebelum tim Kim melawan tim 11 IPA 1. Tentu saja hal itu menjadi waktu persiapan mereka.
Tepat ketika suara pengumumam pemberitahuan pertandingan, Kim dan dua sahabatnya juga Hera mulai memasuki lapangan.
Semua murid yang mengelilingi lapangan bersorak riuh menyorakan nama tim yang mereka dukung. Sebelum pertandingan benar-benar dimulai, paduan suara yel-yel yang diserukan seluruh penonton menggema.
Kim hanya terdiam dengan posisi siap, menatap lurus kearah tim lawannya yang ada di depan. Kemudian matanya beralih kearah sosok yang berdiri di sudut lapangan yang terdiam, juga menatapnya dari jauh sana.
Sesaat mata mereka berdua bertemu, tapi akhirnya Kim membuang sorot matanya begitu saja dari sorot dingin yang menatapinya terus dari sudut lapangan.
Untuk apa dia memperhatikannya terus? Kim tidak butuh hal semacam itu.
Kim, Katya maupun Kaya sudah dalam posisi siap. Hanya karena Kaya berpostur yang paling tinggi di antara yang lain, dia ditempatkan dibagian depan, dekat net. Disusul Katya dan Kim di belakangnya.
Dan Hera si pen-servis bola voli yang berada di sudut lapangan paling belakang, menyengir ketika Kim lirik.
Brot!
"Kaya!" Seru Katya tak percaya begitu bunyi itu melantun di antara mereka.
Kaya menoleh kebelakang, "Maap, gue tegang."
Kim maupun Katya saling lirik sambil menahan tawa ditenggorokan. Beberapa tim lawan yang mendengar Kaya kentut juga ikut berdesis sambil menutup mulutnya menggunakan telapak tangan.
Itu memang kebiasaan Kaya dari dulu. Setiap kali dia tegang, dia akan kentut, atau tiba-tiba dia lari izin ke toilet karena dia bilang kebelet.
Untuk saat ini, beruntung dia tegang dan hanya ledakan bokong yang terjadi. Daripada dia izin ke toilet, hal itu akan memperlambat semuanya.
Lalu tak berselang begitu lama, permainan dimulai. Sesama tim, mereka saling meneriaki setiap kali bola datang ke daerah mereka.
Kim lihat Hera memiliki bakat dibidang olahraga ini, karena dilihat tekniknya, dia berhasil membuat poin tim mereka unggul dari tim lawan. Berbeda dengannya, yang sempat membiarkan 4 poin tersumbang untuk tim lawan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain and Winter [COMPLETED]
Teen FictionKimberly tidak pernah tahu, jika sesuatu yang dia temui di ruangan kosong semasa dia masih bersekolah di sekolah dasar akan benar-benar merubah hidupnya. Sahabat, keluarga, bahkan cinta Semua itu dibuka perlahan dengan bumbu-bumbu masa lalunya yang...