Seminggu kemudian ...
Seorang gadis berhoodie biru tengah berdiri di depan sebuah pusara, sudah menjadi aktivitasnya setiap hari mengunjungi pusara itu sejak seminggu yang lalu.
Waktu-waktu paling menyakitkan ketika orang yang paling berharga baginya harus memendam diri, menghilang dari dunia seolah dia tidak pernah ada di muka bumi ini.
Kim berjalan mendekati pusara itu, lalu dia letakannya sebuah bunga mawar merah yang sudah layu.
Bunga yang pernah Evan berikan padanya kala itu.
Matanya tak henti memandang kosong kearah pusara itu. Dia tidak menangis disana, tidak pula berbicara dengan udara.
Tapi dia hanya berdiri memandangi pusara bertanah merah yang masih terdapat banyak lembaran kelopak bunga yang masih segar itu. Terlalu banyak kejadian yang menimpanya belakangan ini.
Tapi semua itu terasa indah. Setidaknya dia dapat menghabiskan waktu bersama dengan orang paling berharga baginya. Melihatnya tersenyum, bahkan tertawa.
Kim tersenyum miris di depan pusara itu. Sudah seminggu, ya?
Gadis itu memejamkan kedua matanya sambil menunduk, menikmati waktu-waktu terakhirnya disana, sebelum pulang.
Setelah lima menit lamanya Kim berdiam diri, akhirnya gadis itu kembali mendongak, lalu membuka kedua pelupuk matanya. Dia pandangi lebih dulu nama seseorang yang tertulis rapih diatas nisan itu, hingga akhirnya Kim memutuskan untuk berbalik.
Ketika Kim sudah sempurna memutar tubuhnya, detik itu juga matanya langsung menemukan sesosok orang yang kini berdiri di depannya sejauh dua meter.
Seseorang yang mungkin sudah berdiri disana sejak tadi.
Kim hanya menatapnya datar, sebelum ...
"Mau apa lo kesini?" tanya Kim dengan dingin. Setelah dia lihat gadis yang berdiri dihadapannya itu menunduk, sontak Kim berjalan cepat kearahnya.
"Kenapa lo baru muncul, hah?! Apa lagi yang lo mau dari gue?!" bentak Kim dihadapan gadis itu sambil mendorongnya hingga dia terpaksa mundur satu langkah.
Detik itu juga, tiba-tiba saja gadis yang Kim perlakukan seperti itu menunduk dalam-dalam, lalu meringis, dia menangis.
"Hiks ... Hiks ... Gue nggak tau kalau begini jadinya ..." lirih gadis itu dengan kedua bahu bergetar.
Kim hanya membuang sorot matanya agar dia tidak terbawa suasana, karena yang sebenarnya tengah merasakan kehilangan yang amat dalam adalah dia, bukan Amara.
"Apa yang sebenarnya lo rencanain dari gue, Ra?" tanya Kim lagi, "... Apa lagi setelah ini? Pangeran gue udah nggak ada ..." lirih Kim yang tiba-tiba saja jadi bergetar.
Kedua tangan Kim menepal kuat, dia mengkukuhkan diri, tidak boleh menangis. Tidak di dekat Evan seperti saat ini.
Amara langsung mendongak begitu Kim berkata demikian.
"Lo harus tau, bahwa gue nggak tau apa-apa dalam hal ini. Gue hanya menjalankan Clue yang gue dapat untuk mendapatkan hal yang gue inginkan ..." jelas Amara di hadapan Kim.
Sontak Kim menyernyit begitu gadis itu memberikannya sebuah fakta baru.
"Maksud lo?" ulang Kim.
Amara mengangguk detik itu juga, "Iya Kim ... Kita punya seseorang istimewa yang sama, seseorang yang secara rahasia ngasih kita clue-cluenya." jelas Amara lagi.
"Seseorang yang akhirnya bisa membuat gue punya keluarga, sekaligus titipan clue yang harus gue berikan ke lo Kim."
Bahkan sampai detik ini mata Kim tidak bisa mengerjap mendengar penjelasan yang benar-benar mengubah pikirannya dalam hitungan detik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain and Winter [COMPLETED]
TienerfictieKimberly tidak pernah tahu, jika sesuatu yang dia temui di ruangan kosong semasa dia masih bersekolah di sekolah dasar akan benar-benar merubah hidupnya. Sahabat, keluarga, bahkan cinta Semua itu dibuka perlahan dengan bumbu-bumbu masa lalunya yang...