53

3 1 0
                                    

"Gue butuh kalian. No matter what."

Tiba-tiba saja sudut bibir Katya tertarik begitu kalimat Kim baru meluncur.

Katya menghela napas panjang sebelum mengatakan sesuatu. Bahkan Kim tahu, dia berusaha menahan air mata yang sempat menggenang disana.

"Lo tahu kan, kalau dinding yang dipaku, terus ternyata paku itu salah pasang, habis itu paku itu dilepas dari dinding..."

Tidak kuat mendengar perumpamaan yang Katya coba jelaskan padanya, Kim hanya bisa menggeleng-geleng cepat tanpa menghentikan linangan air hangat dari matanya.

Sesak sekali mendengarnya. Benar-benar menyakitkan.

"... Dan bekas paku itu masih ada bukan? Bahkan sekalipun ditambal ..." Katya menekankan kata-katanya dengan tatapan tajam menusuk kearah Kim. Seolah dia ingin tahu, bukan Kim lah satu-satunya orang yang menderita.

"... Bekas paku itu sulit untuk kembali seperti semula." pungkasnya penuh penekanan. Bulir air mata dari salah satu mata Katya luruh begitu dia menjentikan jari telunjuknya kearah Kim.

Sungguh, Kim benar-benar tidak percaya jika permintaan maafnya yang benar-benar tulus ini, justru mendapatkan balasan yang pedas dan sangat menohok di hatinya.

Benar-benar menyakitkan.

Kim menunduk, tidak kuat lagi menahan desiran di hatinya yang terasa amat teriris-iris.

Hening kembali tercipta. Tapi hanya terjadi selama beberapa detik. Karena setelah itu, suara Katya kembali terdengar.

"Dan itu benar adanya Kim." kata gadis itu.

Kemudian suara langkahan menjauh terdengar di gendang telinga Kim. Itu artinya, kedua sahabatnya itu sudah pergi meninggalkannya seorang diri disini.

Membiarkannya terlihat sengsara.

"Kat ... Kay ..." panggil Kim lemah.

Tapi nihil hasil Kim dapatkan, Karena dua gadis itu tak menghiraukannya lagi.

Kim memejamkan matanya kuat-kuat, dengan kedua tangan meremas kedua sisi kepalanya.

"Plis..." gumamnya pelan. Meringis sendirian di sebuah lorong yang sepi.

Kim kemudian bersandar pada tembok, menutupi wajahnya yang basah dengan kedua telapak tangannya.

Menghayati perasaannya sendiri di keheningan dan rasa sedih yang mendalam ini.

Sejak tadi Kim bertanya-tanya, Apakah kesalahannya benar-benar fatal? Hingga Katya dan Kaya sulit memaafkannya?

Tiba-tiba suara dering ponsel terdengar. Hal itu membuat Kim sontak terdiam dan langsung memeriksa kantong roknya yang bergetar.

Begitu dia sempurna menggenggam ponselnya, kini bisa Kim lihat dengan jelas layar ponselnya.

Dan disana menunjukan laman panggilan suara dari seseorang, yang bahkan tidak terpikirkan oleh Kim jika dia akan menerima telfon dari ...

Evan.

Wajah Kim berkedut dan memanas lagi begitu nama itu tertera di layar ponselnya.

Antara bahagia dan sedih. Akhirnya ada seseorang yang datang. Dan orang itu, masihlah orang yang sama.

Si cowok dingin, Evan.

Sebelum masa panggilan selesai, Kim cepat-cepat menggeser tombol logo telfon yang mengarah keatas. Menerima panggilan suara dari Evan.

"Va--"

"Lo tahu Tris kemana?"

Napas Kim mendadak berhenti begitu hal diluar dugaan itu terdengar. Dia bungkam detik itu juga.

Rain and Winter [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang