61

5 1 0
                                    

Kim mengelus pundak Tris dengan lembut, merangkulnya sejak tadi yang sudah terdiam kehilangan harapan.

Gadis itu menangis, tapi tidak terlalu meratapinya. Kim yakin Tris lebih merasa kecewa pada Ibunya yang telah melakukan hal yang gila pada puterinya sendiri.

Jelas, meskipun Kim tahu dia kecewa pada Ibunya. Tapi di lubuk hati yang paling dalam, Tris juga merasa kehilangan seorang ibu. Wanita yang telah melahirkannya ke dunia. Terlebih dia mengetahui bagaimana Tuhan mengambilnya.

Kejadian yang sangat nahas. Dan Tris melihat hal itu secara langsung. Tidak pernah bisa Kim bayangkan bagaimana perasaan seorang anak yang melihat cara kematian Ibunya yang sangatlah...

Kim tersenyum di samping Tris sambil mengangguk. Lalu dibalas anggukan kecil oleh Tris. Mereka berdua mulai berjalan pergi meninggalkan nisan yang bertuliskan nama Mirane. Karena hari semakin gelap, dan semakin lama juga semakin sepi, Karena satu persatu orang mulai berbubaran ketika prosesi pemakaman selesai.

Mulai sore ini, Kim memiliki anggota keluarga baru. Meskipun dia tidak tahu bagaimana kedepannya hidup tanpa seorang ibu ataupun Ayah, Kim yakin mereka bertiga dapat melaluinya dengan baik.

Tentu saja Kim berkeyakinan begitu. Karena sekarang dia dikelilingi oleh banyak orang baik. Sahabatnya, keluarga Evan, Tris dan...

Someone

Kim yakin, cepat atau lambat someone akan terungkap.

_________

"Iya tante, Aku nggak papa ko. Cuma pegal-pegal doang hehe..." Kim terkekeh di udara. Membiarkan ponselnya dalam mode loadspeaker. Sementara dia sibuk memasang salonpas di pundak dan tengkuknya.

"Kalau kamu atau Tris butuh sesuatu, telfon tante ya Sayang... Yaudah kamu istirahat ya."

"Iya tante, makasih banyak ya tante buat segalanya."

"Iya sama-sama sayang. Jangan malam-malam ya tidurnya. Ingat loh istirahat kamu."

Lagi-lagi Kim terkekeh.

"Iya Tante, Good night."

Tut-tut!

Sambungan telfon langsung terputus.

Kim terdiam sejenak. Menatapi pantulan dirinya pada cermin yang melekat di pintu lemari. darisana, Kim terlihat mengenaskan sekali dengan kepala di balut perban putih. Karena ujung dahinya belum lama ini baru dijahit. Kemudian matanya beralih pada sampah salonpas yang berserakan di bawah.

Nyaris ada lima bungkus sampah salonpas di bawah sana, yang berarti ada lima salonpas yang menempel di tubuhnya.

"Aduhh..." ringisnya begitu ia mencoba membaringkan tubuh.

Sungguh, rasanya tulang punggung akan hancur jika dia salah tidur.

Di detik berikutnya, pintu kamar Kim terbuka. Menampilkan sesosok Tris yang langsung masuk lalu menutup pintu kamar kembali.

"Jompo banget lo Kim, koyo dimana-mana..."

Kim terkekeh mendengarnya. Dia lalu mencoba untuk duduk meskipun dihiasi oleh ringisan.

"Nyeri awak Tris. Sakit semua asli, punggung udah kayak mau ancur." keluh Kim sambil terkekeh menahan tawa.

Tris hanya menanggapinya dengan senyum simpul. Lalu dia menaiki ranjang dan tengkurap disana, berhadapan dengan Kim.

"Gue nggak percaya..." ucap Tris dengan wajah melamun, "... gue dikecewain sama Mama gue sendiri juga Papa..."

Kim hanya bisa terdiam mendengarnya. Mereka bertiga, Kim, Tris dan Gita adalah korban.

Rain and Winter [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang