Chapter 23

3.9K 617 41
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...

Sebuah ruangan yang di dominasi berwarna putih itu menjadi saksi bagaimana khawatirnya empat orang dewasa pada seorang bocah kecil. Rosé meremas kuat genggaman tangan Jungkook, netranya tak lepas memandangi putra kecilnya yang sedang di periksa oleh Athaya. Mereka memutuskan tidak memanggil dokter karena itu sangat beresiko, terlebih sudah ada Athaya.

"Bagaimana?"

Athaya memandang ke arah Jungkook yang bertanya padanya, "Tidak apa-apa, kalian jangan khawatir."

"Tetapi kenapa dia seperti ketakutan mendengar suara Rosé dan Jungkook?" tanya Jin.

"Aku juga tidak mengerti, apa ini ada kaitannya dengan masa depannya?" ujar Athaya.

"Tetapi kalian tidak perlu khawatir sebentar lagi dia akan sadar." lanjutnya.

Sementara Rosé dan Jungkook saling menatap satu sama lain. Mungkinkah ini ada kaitannya dengan kecelakaan itu.

Rosé dan Jungkook mendekat ke arah ranjang, membuat Thaya memundurkan tubuhnya. Jin dan Thaya memutuskan keluar, mereka memberikan ruang untuk Rosé dan Jungkook dengan putra mereka.

Rosé duduk disisi ranjang dan mengecup dahi putranya lama. Menikmati setiap detiknya, sedangkan Jungkook mengelus tangan mungil putranya itu.

"Maafkan mommy dan daddy ya, pasti ini semua menyakitimu." bisik Rosé yang mampu Jungkook dengar.

"Entah kenapa di saat seperti ini, aku ingin menjadi orang biasa bukan seorang idol." ucap Jungkook.

"Tetapi itu semua tidak mungkin, musik sudah menjadi separuh dari hidupku. Aku tidak bisa meninggalkannya." lanjutnya.

Kehidupan mereka sebagai seorang idol tentu berimbas pada Soobin, seperti saat ini ingin membawa Soobin ke rumah sakit pun mereka tidak berani, terlalu banyak resiko yang bisa Soobin dapat. Jungkook berjanji kelak di masa depan ia dan Rosè akan memberikan kehidupan terbaik pada Soobin, meskipun kedua orang tuanya adalah seorang idol.

Rosè meraih tangan Jungkook dan menggenggamnya. Ia paham perasaan Jungkook, ia bisa merasakannya.

"Jangan seperti itu, meskipun kita berdua adalah idol bukan berarti kita tidak bisa memberikan yang terbaik pada Soobin kan? Kita pasti bisa Jungkook-ah." ujar Rosé.

"Anggap saja kita sedang berlatih untuk menjadi orang tua yang baik di masa depan." lanjutnya.

Jungkook tersenyum merasa beruntung karena memiliki Rosé dan juga Soobin dalam hidupnya. Kehadiran mereka berdua membuat Jungkook belajar banyak hal.

Gerakan pelan tangan mungil yang Jungkook genggam membuatnya menoleh. Mereka berdua dengan sabar menunggu kelopak mata itu mengerjap perlahan.

"Uh."

"M-mommy? Daddy?"

Rose dan Jungkook tersenyum, mereka langsung memeluk putra kecilnya itu. Air mata sang ibu turun dengan sendirinya ketika memeluk putranya.

Son from the FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang