Neighbour | Liu Yangyang

328 44 6
                                    

"Kak Yer! Kak Yeeeer!" Panggil Yangyang yang membawa kotak sambil mengetuk pintu rumah tetangganya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kak Yer! Kak Yeeeer!" Panggil Yangyang yang membawa kotak sambil mengetuk pintu rumah tetangganya itu.

Mungkin Kak Yer lagi tidur. Yangyang pun membuka pintu rumah tetangganya yang memang tidak dikunci. Dan benar saja, di sofa ruang tengah ada Yerim yang tertidur dengan televisi yang menyala.

Yangyang meletakkan kotak di atas meja di depan sofa. Tanpa basa-basi, Yangyang langsung menggoyang-goyangkan badan Yerim. "Woy! Bangun, Kak Yer! Ada gempa! Buruan keluar rumah, entar keburu ambruk ini rumah."

Yerim yang memang merasakan badannya bergoyang-goyang langsung bangun dari tidurnya dan langsung berlari menuju tangga. "Mama! Papa! Ada gempa! Ayo keluar!"

"Aw, sakit!" Erang Yerim saat jempol kakinya tak sengaja terantuk salah satu anak tangga.

Yangyang tertawa melihat kelakuan Yerim. Dia tertawa sampai berbaring miring di lantai sambil memegang perutnya saking keenakan tertawa.

Yerim akhirnya sadar kalau sebenarnya tidak ada gempa. Dia hanya dijahili oleh tetangganya itu.

"Woy! Lo itu ya! Mau apa, hah?!" Amuk Yerim sambil menghampiri Yangyang dan langsung menggelitiki pinggang Yangyang yang semakin membuat Yangyang tertawa meronta-ronta minta diampuni.

"Udah dong, Kak Yer. Gue cape ketawa nih," ujar Yangyang disela-sela tawanya.

Akhirnya Yerim menghentikan gelitikannya karena melihat ada paket yang semenjak kemarin dia tunggu-tunggu. Yerim mengambil paket itu dan langsung memeluknya.

"Aw! Paket yang gue tunggu akhirnya tiba dipelukan Nyai juga," ucap Yerim penuh kegembiraan dengan paket dipelukannya ditempelkan ke pipinya. "Makasih, Yangyang kesayangan."

Yangyang memutar bola matanya. Halah, tadi aja kek setan ngamuk. Giliran udah liat paket langsung jadi malaikat.

"Sama-sama, Kak. Lo udah tau sering gue kerjain, tapi masih aja kepancing." Ucap Yangyang lalu merebahkan di sofa yang tadi ditiduri Yerim.

"Lo kan gak pake akhlak kalo ngejailin gue," balas Yerim lalu mengambil bantal sofa dan memukulkannya ke badan Yangyang. Yangyang pun dengan sigap menghalangi pukulan bantal sofa dengan tangannya.

"Kayak lo gak pernah gitu aja deh, Kak."

Begitu pukulan berhenti, Yangyang langsung nyelonong ke dapur. Dia membuka kulkas dan melihat apa saja yang ada di dalamnya. Dan seketika dia pun takjub. Isi kulkas kebanyakan diisi dengan segala macam rupa masker dan skin care yang lain.

"Buset dah. Lo pake semua ini, Kak?" Tanya Yangyang.

"Iyalah! Lo pikir punya bang Jungwoo? Eh, tapi bang Jungwoo juga sering pake sih." Jawab Yerim. "Btw, lo salah buka kulkas, Yangyang. Lo udah berapa lama sih jadi tetangga gue? Kulkas buat makanan itu yang satu lagi."

"Kulkasnya mirip, jadi gue gak bisa bedain." Jawab Yangyang yang langsung menyingkir ke sebelahnya karena Yerim ke dapur sambil membawa paket tadi yang ternyata berisi skin care.

"Buset. Yang di kulkas belum abis, lo udah beli lagi yang lain?" Tanya Yangyang saat melihat paket yang tadi dia antarkan.

"Lo mah gak ngerti. Gue perlu semua ini untuk mempertahankan kecantikan gue yang paripurna," jawab Yerim sambil mengibaskan rambutnya yang dikuncir. "Lagian Mama juga suka pake. Adik lo juga sering ke sini mau minta skin care." Jelas Yerim sambil menata skin care di dalam kulkas.

"Si Ningning?" Tanya Yangyang sambil membuka pintu kulkas yang satu lagi, melihat ada apa saja makanan di dalamnya. "Terus lo kasih gitu aja?"

"Ya iyalah. Emangnya gue orang yang pelit gitu?"

"Ah, Kak Yer mah gak seru ah. Padahal jailin dulu dia sebelum dikasih skin carenya," kata Yangyang sambil membawa puding coklat yang ada di dalam kulkas.

"Eh, lo sebagai abang tuh gak boleh gitu. Lagian ya, Ningning udah gue anggap kayak adik sendiri. Jadi, ya wajar aja kalo gue ngasih secara cuma-cuma." Jelas Yerim.

"Terus, gue gak lo anggap sebagai adik gitu?" Tanya Yangyang yang duduk di kursi meja makan sambil memakan puding setelah sebelumnya sudah mengambil sendok untuk memakan pudingnya.

Yerim memutar bola matanya. "Lo kan gak punya akhlak, jadi gak gue anggep sebagai adik gue."

Setelah selesai menata semuanya, Yerim menutup pintu kulkasnya lalu berbalik menghadap Yangyang. "Emang gue kurang baik gimana sama lo? Lo udah suka main masuk aja ke rumah, terus langsung nyelonong ke dapur nyari makanan."

Yangyang menundukkan kepalanya, merasa sedih akan perkataan Yerim. Dia begitu karena kesepian di rumah. Orang tuanya sibuk hingga jarang di rumah, bang Winwin sibuk sama tugas-tugas kuliahnya, dan Ningnig sering jalan-jalan bareng temam sekolahnya. Cuma Yangyang aja yang home schooling karena dia gak bisa terlalu kecapean. Jantungnya gak akan kuat kalo terlalu banyak melakukan aktivitas.

Yerim merasa bersalah karena membuat Yangyang sedih. Akhirnya Yerim berjalan ke belakang kursi yang di duduki Yangyang lalu memeluknya dari belakang.

"Maaf, deh. Kak Yer salah karena bilang gitu. Yangyang juga udah Kak Yer sebagai adik kok. Kak Yer sayang banget sama Yangyang." Ujar Yerim.

"Makan dulu semua pudingnya. Abis itu kita main game. Langsung aja ke atas." Kata Yerim sambil mengelus rambut Yangyang dengan lembut lalu melepas pelukannya.

"Nanti Kak Yer minta gengnya si Echan buat lebih sering main ke sini biar Yangyang ada temen." Ucap Yerim sebelum meninggalkan area dapur dan berjalan menaiki tangga.

Setelah kepergian Yerim, Yangyang menatap pudingnya dan air matanya tanpa terasa sudah keluar. Makasih, Kak Yer.

Yangyang gak tau aja kalau Yerim juga tiba-tiba menumpahkan air matanya karena merasa bersalah. Yerim menutup pintu kamarnya, mendudukkan dirinya di lantai dan menyandarkan punggungnya ke pintu.

"Maafin gue, Yangyang. Gue malah ngingetin lo sama dunia lo yang ingin lo lupain itu."

07/05/2021 R

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

07/05/2021
R

equest from D14_05

ImagineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang