Escape | Jeon Jungkook

425 48 21
                                    

cw // affair , mention of murder , kissing

Gerakan tangan seorang perempuan yang tengah merajut terhenti seketika saat telinganya mendengar suara mesin mobil mulai mendekat ke rumahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gerakan tangan seorang perempuan yang tengah merajut terhenti seketika saat telinganya mendengar suara mesin mobil mulai mendekat ke rumahnya. Tangannya kemudian aktif bergerak lagi begitu suara mesin mobil itu berhenti tepat di depan rumahnya.

Suara seorang laki-laki yang memanggil-manggil namanya dari dalam rumah tak ia hiraukan. Ia masih asik merajut di tepi danau dengan lampu senter yang ia letakkan di atas rerumputan.

Ketenangan yang sedari ia rasakan berhenti begitu dering ponselnya berbunyi nyaring. Meski begitu, mata dan tangannya tetap fokus pada kegiatan merajutnya.

Pintu halaman belakang―tempat si perempuan berada―terbuka lalu disusul langkah kaki seorang laki-laki mendekati si perempuan yang masih fokus merajut di atas kursi dengan cahaya temaram dari lampu senter itu.

"Kenapa di luar, hm? Udara malam tidak bagus untukmu, Yerim-ah."

Si laki-laki berjongkok di depan perempuan yang ia panggil Yerim itu. Kedua tangannya menangkup pipi Yerim yang entah sudah berapa lama diam di sini sampai pipi wanitanya itu terasa dingin.

"Sudah berapa lama di sini? Ayo masuk ke dalam. Saya akan menyalakan perapian untuk kita."

Tangan Yerim berhenti merajut. Ia menatap sosok laki-laki di depannya seraya tersenyum lembut.

"Sebentar lagi, ya? Sampai benangnya habis. Tanggung sekali kalau harus menyudahinya sekarang."

Laki-laki itu mengernyit. Dahinya mengerut terlihat tidak senang dengan bantahan Yerim.

"Kamu bisa melanjutkannya di dalam, Yerim." Si laki-laki berdiri dengan mata yang tetap menatap Yerim. "Dan apa itu tadi? Kamu sudah berani membantah saya, Yerim?"

"Aku sudah di sini setelah kamu mengirim pesan akan berkunjung setelah makan siang. Tapi setelah menunggu beberapa jam ternyata tidak ada tanda-tanda kalau kamu ke sini. Jadi aku memutuskan untuk menenangkan pikiranku di sini karena tidak ada yang bisa kuajak bicara selain dirimu."

Penjelasan dari Yerim yang diikuti dengan suaranya yang semakin memelan di setiap katanya berhasil membuat kerutan tidak suka si laki-laki menghilang dan berganti dengan tatapan penuh rasa bersalah.

"Maafkan saya, Yerim." Si laki-laki berdiri dan mendekap erat Yerim. Tangannya mengelus surai Yerim penuh perhatian. "Ada sedikit masalah yang mau tidak mau harus saya tangani dulu sebelum ke sini."

"Tidak apa-apa. Aku sudah terbiasa dengan itu," balas Yerim yang teredam oleh pelukan erat si laki-laki.

Balasan dari Yerim malah semakin membuat hati si laki-laki mencelos. Ia mencium puncak kepala Yerim lalu menghirup dalam-dalam aroma menenangkan yang hanya bisa ia dapatkan dari wanita di pelukannya ini.

"Tidak, Yerim. Kamu berhak marah pada saya karena tidak datang tepat waktu, apalagi hari ini adalah hari ulang tahunmu."

"Apakah aku benar-benar bisa marah pada tuanku?"

ImagineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang