Dear Euphoria | Jeon Jungkook

658 62 4
                                    

Dua sejoli sedang menikmati waktu mereka dengan menonton televisi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua sejoli sedang menikmati waktu mereka dengan menonton televisi. Si laki-laki menatap perempuan yang pahanya dia gunakan sebagai bantal, sedangkan si perempuan asyik menonton drama yang ditayangkan di televisi sambil sesekali mengelus lembut rambut si laki-laki.

Jeon Jungkook dan Kim Yerim, pasangan idol dari grup yang tengah naik daun, BTS dan Red Velvet. Mereka sudah dekat semenjak mereka debut hingga akhirnya memutuskan untuk menjalin kasih.

"Yerim-ah," panggil Jungkook memandang Yerim dari bawah.

"Hm," gumam Yerim membalas Jungkook.

"Yerim-ah," panggil Jungkook lagi.

"Hm, ada apa? Oh astaga, oppa! Lihatlah itu! Masa Bae Rona meninggal, sih?" Yerim yang ingin bertanya pada Jungkook jadi teralihkan fokusnya oleh drama The Penthouse II yang sedang menayangkan episode dimana Bae Rona meninggal.

Jungkook hanya melihat sekilas ke televisi, lalu memandang Yerim kembali. Jungkook kesal karena perhatian Yerim jadi pada drama di televisi, bukan padanya. Walaupun sesekali rambutnya dielus oleh Yerim, tetap saja itu tidak cukup baginya.

"Yeobo," panggil Jungkook iseng.

"Astaga, oppa. Ada apa ini?" Akhirnya Yerim mengalihkan perhatiannya pada Jungkook. Tentu saja dia kaget tiba-tiba dipanggil seperti itu. Panggilan yeobo kan biasanya digunakan untuk pasangan yang sudah menikah. Ya ampun, dia tiba-tiba membayangkan bagaimana jadinya jika mereka menikah.

"Kenapa kau cantik sekali, sih?" Tanya Jungkook sambil tersenyum manis dengan tangan kanannya mengelus pipi Yerim.

"Oppa kenapa, sih? Tiba-tiba jadi begini?" Tanya Yerim. Dia selalu merinding setiap kali Jungkook bersikap seperti ini.

Jungkook bangun dari rebahannya, lalu duduk menempel pada Yerim. Kedua tangannya melingkari lengan Yerim dan menyandarkan kepalanya di bahu mungil milik kekasihnya itu.

"Kook-ie cemburu. Kau terlalu fokus pada drama sampai melupakanku," jawab Jungkook cemberut seperti anak kecil.

Yerim merinding mendengar itu, tapi dia juga gemas sekali pada Jungkook yang seperti ini. Akhirnya Yerim tertawa lalu melepaskan rangkulan Jungkook di lengannya. Yerim memutar badan Jungkook agar mereka saling duduk berhadapan.

"Aigo, Jungkook-ah. Bisa-bisanya kau cemburu pada sebuah drama," ucap Yerim lalu mengelus-elus kedua bahu Jungkook. Setelah itu, dia memeluk Jungkook.

"Oppa, saranghae. Aku tidak akan bosan mengatakan itu padamu," ucap Yerim seraya mengeratkan pelukannya.

Jungkook terdiam sesaat lalu membalas pelukan Yerim tak kalah eratnya. Dia menenggelamkan wajahnya di leher Yerim.

"Aku juga mencintaimu, Yerim. Sangat."

"Sekarang lepaskan pelukannya. Waktu kita sudah habis. Aku harus kembali lagi ke dorm," ucap Yerim sambil mencoba melepaskan pelukan mereka. Tapi tenaga Jungkook terlalu kuat.

"Tidak bisakah kau tetap di sini?" Tanya Jungkook dengan raut wajah memelas dan meregangkan sedikit pelukan mereka.

"Atau kita menikah saja supaya kau tinggal bersamaku selamanya?" Tanya Jungkook lagi dengan raut wajah yang nampak sekali bahagianya.

"Astaga, oppa. Ayolah berpikir yang waras. Aku juga ingin menikah denganmu, tapi kita masih terikat kontak," jawab Yerim sambil mencubit pinggang Jungkook hingga dia melepaskan pelukannya.

"Sekarang antar aku kembali ke dorm atau aku akan minta jemput Jaehyun oppa?" Ancam Yerim agar Jungkook mau mengatarkan dia kembali ke dorm.

"Iya, iya. Kau selalu mengancamku dengan Jaehyun atau pria lain. Kau memang paling tau kelemahanku," jawab Jungkook dan beranjak dengan malas dari duduknya untuk mengatarkan kekasihnya kembali ke dorm.

"Kalau tidak begitu, kau tidak akan mau mengantarku. Besok sore kita akan bertemu lagi."

***

Keesokan harinya, Jungkook menjemput Yerim jam 5 sore. Dia juga membawa perlengkapan untuk menyamar si mobilnya. Sore hari ini, mereka akan pergi ke pantai untuk melihat sunset. Sudah lama sejak terakhir kali mereka kencan di luar dorm atau apartemen.

Saat ini mereka duduk di atas kap kobil milik Jungkook. Yerim menyandarkan kepalanya di bahu Jungkook yang sangat kokoh. Mereka melihat sunset dengan perasaan yang hangat.

"Oppa?" Panggil Yerim tiba-tiba.

"Hm," sahut Jungkook seraya menggenggam tangan kanan Yerim.

"Apa oppa lelah menjadi seorang idol?" Tanya Yerim.

"Tentu saja, terkadang aku lelah. Kau juga pasti sama. Tapi ini pilihan yang kita buat," jawab Jungkook.

"Oppa tidak menyesal menjadi idol? Maksudku, semua kebebasan yang kau miliki terenggut. Kau juga dituntut untuk selalu tampil sempurna. Apa kau tidak menyesal?"

"Dulu aku pernah menyesalinya. Tapi karena ini pilihan yang kubuat, aku harus menerimanya. Terkadang menyedihkan memang, tapi aku sangat senang berada di atas panggung."

Jungkook terdiam sebentar lalu menatap Yerim yang ternyata juga sedang menatapnya.

"Dan juga, Yerim-ah. Jika aku bukan seorang idol, aku tidak akan pernah bertemu denganmu. Perempuan yang sangat kucintai," ucap Jungkook dengan tatapan yang dalam dan juga hangat pada Yerim. Setelah itu mengalihkan pandangannya ke matahari uang tenggelam di depannya.

"Aku sangat berterimakasih karena kau menjadi salah satu alasan aku bertahan di dunia idol ini. Kau datang seperti cahaya di saat masa terpurukku. Terimakasih karena menjadi sumber tawaku. Kau selalu berada di sampingku dan kita sudah berbagi semua tawa dan tangis selama ini. Karena itu, aku akan menghasilkan lebih banyak uang untumu," ucap Jungkook lalu membawa tangan kanan Yerim untuk diciumnya.

Yerim tertegun. Dia selalu merasa takjub dengan sisi Jungkook yang seperti ini. Lalu dia ingat sedang di tempat umum. Dia tidak ingin merasa emosional di tempat umum seperti ini. Masih ada ketakutan jika tiba-tiba terciduk oleh media.

"Aih, oppa bisa saja. Kau kan sudah punya banyak uang. Dan itu sudah cukup untuk kita dan juga anak-anak kita nanti," ucap Yerim seraya menarik tangannya yang sedang dicium Jungkook dan menggunakannya untuk menepuk pelan punggung Jungkook.

"Oho, kau ternyata sudah memikirkan bagaimana jika kita menikah nanti, ya?" Goda Jungkook pada Yerim dengan senyum jahilnya.

Pipi Yerim memerah. Astaga, kenapa aku malah mengatakan itu?

"Tidak usah malu, Yerim-ah. Kita memang akan menikah nanti," ucap Jungkook penuh yakin.

Dan percakapan mereka terus berlanjut sampai waktu dimana mereka harus pulang karena jadwal padat mereka.

Dan percakapan mereka terus berlanjut sampai waktu dimana mereka harus pulang karena jadwal padat mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

30/03/2021

ImagineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang