What Do I Call You? | Kim Hanbin

282 31 16
                                    

Musik yang diputar lalu diikuti senandung riang seorang gadis seakan menandakan suasana hatinya di pagi hari ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Musik yang diputar lalu diikuti senandung riang seorang gadis seakan menandakan suasana hatinya di pagi hari ini.

Yerim tersenyum melihat artikel berita di layar ponselnya yang menampilkan tentang kembalinya teman barunya yang sangat tak disangka-sangka. Setahun lebih tidak bertukar kabar tak lantas membuatnya benci pada sosok temannya itu.

Justru perasaan bangga dan khawatir lebih mendominasinya. Pikirannya dipenuhi rasa haru karena temannya itu berhasil melewati semuanya, bahkan kembali memulai dari awal lagi.

Merasa semuanya akan mulai membaik, Yerim memulai harinya dengan penuh semangat.

***

Langit gelap yang dihiasi gemerlap bintang memenuhi penglihatannya.

Indah namun tidak sejalan dengan suasana hatinya. Semua yang ia inginkan tidak terlaksana dengan baik. Sekaleng bir di tangan Yerim menemani malam yang sunyi di hari itu. Selain itu, ada dua kaleng bir yang sudah kosong isinya tergeletak di bawah kakinya.

Tempat ini adalah tempat persembunyiannya saat sedang merasa lelah dengan semuanya. Dirinya mengetahui tempat ini dari ­teman barunya.

Satu tahun kebelakang, ia setiap hari mengunjungi tempat ini dengan harapan dapat bertemu sekali saja dengan temannya itu. Namun akhir-akhir ini hanya sesekali datang ke tempat ini karena jadwalnya yang mulai padat kembali.

Helaan nafas terdengar. Entah seberapa banyak beban yang berusaha ia keluarkan bersamaan dengan helaan nafasnya itu.

"Yerim-ah."

Tubuhnya menegang. Pikirannya yang sedari tadi berkecamuk tiba-tiba kosong. Telinganya sangat mengenali suara yang memanggilnya itu. Namun sesaat kemudian Yerim menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Ha ... Sepertinya aku sudah mabuk. Suara Hanbin oppa tiba-tiba terdengar, tapi tidak mungkin dia ada di sini sekarang," racau Yerim.

"Yerim-ie."

Yerim menutup erat matanya. Dengan perlahan ia berdiri lalu memutar badannya, menghadap ke arah orang yang memanggilnya.

Begitu kelopak matanya terbuka, sosok teman yang selama ia nantikan selama ini hanya berjarak beberapa langkah di depannya.

Dengan perlahan, Yerim menghampirinya. Mengabaikan sepatunya yang basah karena terkena air bir yang tidak sengaja ia jatuhkan tadi.

Kedua tangan Yerim terangkat perlahan menuju pipi temannya itu saat keduanya sudah saling berhadapan.

"O-op-oppa? Hanbin oppa?" Tanya Yerim dengan terbata-bata, takut jika semuanya hanya khayalannya semata.

Hanbin—teman yang dimaksud Yerim—tersenyum. Senyuman yang sudah lama tak ia lihat, membuat matanya berkaca-kaca.

ImagineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang