•Empat

59.6K 3.6K 69
                                    

Typo tandai!!

Happy Reading kawan!😗

Sudah genap satu bulan Resha mengandung si jabang bayi. namun nyatanya sampai saat ini Ardi belum mendatangi nya. tidak! Resha tidak  menginginkan kasih sayang dari Ardi. melainkan janin yang di kandungnya yang membutuhkan kasih sayang dari seorang ayah. apa Ardi memang benar benar tidak peduli lagi? mungkin iya. tapi apa seorang ayah tidak memiliki feeling kepada sang anak bukankah orang tua dan anak itu mempunyai ikatan batin yang sangat kuat? bingung, itu yang Resha rasakan. dirinya memang tidak membutuhkan pengecut itu. tapi bagaimana dengan anaknya nanti? apa anaknya akan tumbuh besar tanpa kasih sayang seorang ayah? lalu bagaimana jika anaknya kelak bertanya 'dimana ayah,bunda?' lalu bagaimana ia harus menjawabnya? entahlah hanya tuhan yang tau.

Senin. satu kata yang begitu meresahkan jika di dengarkan di hari minggu. bagaimana tidak, Senin adalah hari yang menurutnya menyebalkan. upacara, teriknya matahari lalu barisan para siswa di lapangan. seperti biasanya Resha berangkat sekolah menggunakan angkutan umum rasanya badannya sangat lemas. sedari kemarin ia belum memakan apapun, setiap makan pasti akan berakhir di muntahkan lagi. seperti pagi tadi saat bangun tidur Resha langsung berlari ke kamar mandi, mengeluarkan semua cairan yang ada diperutnya.

"Sha, muka lo kok pucet banget sih? lo belom makan ya? makan dulu yuk
gue beliin ya?" Kenzy memastikan keadaan sahabatnya itu. pasalnya untuk berjalan saja sempoyongan seperti orang anemia. Resha hanya menggeleng sebagai jawaban, ia langsung duduk di kursi dan menelungkupkan wajahnya ke meja.

"Sha itu muka lo pucet banget loh, makan ya? pasti lo morning sicknes lagi
kan tadi?"

"WOY!! ke lapangan upacara! dah di tunggu guru tuh!" teriak ketua kelas di depan pintu dengan tangan kanan yang memegang toa.

"Ah kenapa sih, gue males nih!"

"Gue nggak ikut ya Ren!"

"Aduh perut gue mules nih!"

"Duh nanti kalau gue item gimana?!"

Jawaban para murid dikelas saat mendengar pengumuman dari Albian. berbagai alasan mereka keluarkan dengan komuk menyedihkan, agar mereka tidak ikut terpanggang di lapangan sekolah.

"Eh NO NO NO! nggak ada alasan! cepet semua gue itung sampe tiga!" teriak Albian si ketua kelas sambil bersandar di pintu dengan gaya sok cool nya.

"SATU!"

"Eh iya iya sabar kek"

"Sha lo nggak usah ikut. nanti gue bilang sama Albian kalau lo lagi sakit"

"Ngak nggak usah gue bisa. yok! ntar keburu habis waktunya."

"TI--,nah gitu dong tertib kan bagus"
Albian nyegir lebar, karna ia sudah berhasil memboyong anak kelasnya kelapangan. nama baiknya sudah meningkat satu derajat di mata para guru.

***

Ardi tepat berada di seberang barisan Resha, namun sepertinya Resha tidak mengetahuinya. sedangkan Ardi? ia berusaha masa bodoh dengan Resha.
memang di sekolahan mereka tidak saling mengenal. Ardi saja mengenal nama Resha Diana karna sudah melakukan itu. selebihnya ia tidak tau tentang kehidupan dan latar belakang seorang Resha Diana.

Sudah sekitar lima belas menit, upacara di berlangsungkan matahari juga mulai terasa menyengat di kulit. sebenarnya matahari pagi itu sangat bagus untuk kesehatan, kecuali untuk orang yang takut hitam.

Dari jauh Ardi mengamati gerak gerik Resha. terkadang Resha memejamkan matanya sambil meringis memegangi perut. saat Resha mengusap lembut perutnya dari luar baju Ardi merasa perih di hati. apa betul itu anaknya? apa janin yang di kandung itu menyakiti Resha? Ardi kembali merasa bersalah.

Good Girl [ E N D ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang