•Tigapuluh Tujuh

25.8K 1.4K 13
                                    

Typo Tandai!!

Happy Reading kawan!🔥

Ardi mendorong kursi rodanya sendiri menuju ruang inkubator, dimana jagoannya sekarang berada. melihat bayi yang tertidur lelap di inkubator hatinya seperti tersayat.

Jika saja dirinya tidak seperti ini, mungkin jagoannya akan terlahir dengan sehat. dan juga, istrinya tidak akan kritis seperti saat ini. kecewa dan menyesal kembali. Ardi mengusap wajahnya kasar,menatap bulu mata lentiknya lalu hidung yang runcing seperti istrinya. Ardi terkekeh pelan, kenapa wajah anaknya sangat menjiplak Resha? seperti Resha versi laki laki saja.

"Ardi" panggil Reza dari belakang, yang melihat anaknya termenung di depan inkubator.

"Di Adzanin nak," Reza membantu Ardi menggendongnya. tangan Ardi bergetar saat pertama kali menggendong anaknya. benihnya yang dulu...ah sungguh bodoh! mengusap lembut pipinya lalu mencium hidung mungilnya.

Setelah selesai di adzani perlahan jagoannya membuka mata, bola mata berwarna coklat pekat bertemu dengan tatapan teduh seorang Ardi Mahendra.

"Sehat sehat ya,jagoannya ayah." tidak lama, Reza mengembalikan cucu pertamanya di inkubator. karna kondisinya masih lemah.

"Nggak nyangka,papa mu ini udah jadi kakek" ujar Reza sambil mendorong kursi roda Ardi.

Ardi tertawa kecil," Ardi juga udah jadi ayah pa"

"Kamu kalau jadi ayah jangan kayak papa Ar, yang selalu kekang kamu terus harus jadi apa yang papa mau" ucap Papa Reza yang sepertinya sudah tobat.

"Papa udah bener didik Ardi,kalau papa salah mungkin Ardi juga nggak akan bisa jadi kayak gini." Ardi tidak pernah menyesal bagaimana cara orang tuanya dulu mendidik,karna setiap orang tua pasti mempunyai cara tersendiri untuk mendidik anaknya.

****

Ardi duduk termenung di samping brankar Resha. ternyata semua yang terjadi ini adalah salahnya. kemarin malam Desta menjenguknya di rumah sakit, lalu menceritakan semuanya.
lagi lagi, semua berawal dari dirinya jika saja,jika pagi itu ia melajukan motor dengan santai seperti sebelumnya semua tidak akan seperti ini.

Sudah tiga hari istrinya itu belum membuka mata. Ardi selalu menunggu. agar saat Resha membuka mata, ialah yang pertama kali dilihat. menatap wajah polos Resha dari samping ketika tertidur, sangat berbeda sekali dengan saat memarahinya.yang terkadang susah untuk mandi,atau saat susah untuk belajar, sungguh ia rindu semua itu.

Infus yang menempel di tangan lentiknya, lalu ventilator yang masih setia terpasang. dan Elektrokardiogram (EKG) yang juga masih merekam detak jantung seorang Resha Diana. jika itu sudah tidak berfungsi hancurlah hidupnya. Ardi menepis pikiran itu, ia masih membutuhkannya.

Ardi bahkan belum pernah memberikan kebahagian untuk Resha selama ini. ia terus saja menyakiti hati Resha. terkadang di saat malam tiba, ia memukul kedua kakinya yang lemas dan mati rasa. Ardi membenci keadaan seperti ini,ia sudah lelah namun dilarang untuk menyerah.

"Caa bangun yuk, dedeknya udah lahir loh, emangnya Eca nggak mau kasih ASI gitu?" tanya Ardi seraya terkekeh. ada yang pernah bilang padanya, jika orang yang sedang kritis itu bisa mendengar suara di sekitarnya.

"Eca kenapa sih? padahal Adi udah sembuh disini. ya sebenarnya enggak sih, orang kaki Adi sekarang udah lumpuh. eh tapi kalau Eca tau Adi kayak gini, Eca bakal nerima Adi nggak sih?" Ardi mengecup tangan Resha.

"Sayang, bangun dong kamu nggak pegel apa tiduran terus?" Ardi menghela nafas panjang, belum waktunya.

"Eh yank, anak kita laki laki kira kira mau di kasih nama siapa? em tapi, dedeknya yang satu udah duluan ke surga. nggak papa kan? kalau masih mau lagi, besok buat lagi aja Adi selalu siap pokoknya." Jika ada yang melihatnya, mungkin akan berpikir jika dirinya itu bodoh. namun tak apa yang terpenting Resha dapat mendengarkan semuanya.

Good Girl [ E N D ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang