Chapter 2

23.2K 1.6K 46
                                    

Happy reading!

Jarum pendek di sebuah jam, akhirnya menunjukkan pukul 12.00 siang. Waktu yang ditunggu-tunggu oleh karyawan perusahaan alvarendra. Di jam inilah, waktu mereka untuk istirahat, tepatnya makan siang. Mereka diberi waktu selama satu jam, tepatnya sampai jam 13.00.

Satu persatu karyawan berdiri dari kursi kerjanya masing-masing. Pergi ke restoran dekat perusahaan. Namun, tidak semuanya seperti itu. Ada beberapa yang tetap tinggal di kantor dan memakan makanan mereka yang telah dibawa dari rumah.

Salsa berdiri dari kursinya setelah menutup sebuah map. "Ayo keluar, Ra! Makan siang."

Zahra mengangguk seraya beranjak dari tempat duduknya. Mereka berbalik ke arah pintu, tetapi kedatangan seseorang membuat mereka terkejut.

Ryan Alveno Vallen, teman masa SMA mereka. Dia juga bekerja di perusahaan ini, hari inipun hari pertamanya bekerja.

Laki-laki itu mengembangkan senyum. "Hai, mau makan siang?"

Salsa membalas senyum manis tersebut dengan senyum lebarnya, berbeda dengan Zahra yang hanya tersenyum tipis. "Iya, lo juga?"

Ryan mengangguk. "Iya, mau bareng nggak?"

Senyum Salsa semakin lebar. "Boleh tuh, ayo!" Mendengar hal itu, Zahra membelalakkan matanya. "Ih, apaan sih, Sa!" Ia berprotes dengan suara tertahan.

"Udah, nggak usah protes. Ayo!" Dengan terpaksa Zahra mengikuti langkah sahabatnya yang kini berjalan keluar dari kantor bersama Ryan.

"Bu! Bu!" Panggilan itu membuat ketiganya menoleh, di sana ada Nia yang baru saja sampai di hadapan mereka.

"Panggil siapa, Nia?" Salsa bertanya.

"Ibu Zahra."

Lantas, Zahra yang berada di samping Salsa mengerutkan keningnya. "Kenapa?"

Nia tersenyum lalu membalas pertanyaan itu. "Ibu di minta untuk ke ruangan pak Al."

"Loh, bukannya jam istirahat? Kok saya dipanggil?"

"Saya juga tidak tahu, Bu. Ibu ke ruangannya aja sekarang." Setelahnya, Nia pamit untuk undur diri.

"Buat apa si manggil-manggil, orang laporannya udah gue kumpul juga," gerutu Zahra kesal.

"Lo ke sana aja, nanti kalau nggak sempat ke restoran gue sama Salsa yang beliin makan," ujar Ryan.

Dengan pasrah Zahra mengangguk lalu melangkah ke ruangan bosnya dengan langkah gontai.

Sesampainya di depan pintu bercat hitam dengan tulisan 'Ruangan CEO' di atasnya, Zahra mengetuk dengan tangannya. Tanpa menunggu balasan lagi, ia membuka pintu.

"Permisi, Bapak manggil saya?" tanyanya ketika telah sampai di dalam.

Alvandra meletakkan sebuah dokumen di atas mejanya. "Perbaiki."

Mendengar hal itu Zahra duduk di salah satu kursi yang disediakan dengan alis mengerut. "Kenapa, Pak?"

"Lihat sendiri." Zahra segera mengambil dokumen itu, mengeceknya sendiri kemudian mengangguk paham.

Alvandra (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang