Happy reading🖤
Seorang laki-laki, tengah berada di sebuah restoran menunggu seseorang. Entah siapa itu.
Tak butuh waktu berlama-lama untuk menunggu, seseorang yang dia tunggu akhirnya datang dengan raut tak enak.
"Siang Pak, maaf saya terlambat. Tadi di jalan sempat macet," ucap seseorang itu tak enak karena telah terlambat.
"Tidak apa, mari duduk, setelah makan baru kita bahas ini," ujar Alvandra mempersilahkan seseorang itu duduk.
Menurut, itu yang dilakukan oleh seseorang tersebut. Ia duduk lalu memesan makanan. Beberapa menit menunggu, pesanan mereka datang, keduanya mulai memakan makanan itu.
Selesai. Kedua laki-laki tersebut selesai menghabiskan makanannya.
"Kita bahas sekarang." Alvandra membuka obrolan dengan perkataan seperti itu.
Arka mengangguk mantap. "Iya, Pak."
"Bagaimana dengan pencariannya? Sudah ada kemajuan?" Alvandra mengangkat alis sebelah kiri.
Terdengar helaan napas dari Arka. Lelaki tersebut mulai menjelaskan. "Belum Pak, sampai sekarang saya belum menemukan titik terangnya, mungkin Bu Zahra menutup data dirinya?"
Alvandra tentu kecewa dengan pernyataan tersebut. Sudah lima tahun lamanya dia mencari keberadaan wanita yang dicintainya namun belum juga ketemu. Dia mengusap wajahnya gusar. "Coba cari tahu lagi, saya akan membayar lebih tinggi lagi. Apalagi jika kamu mendapatkan titik terangnya."
"Tapi Pak, kita sudah mencari tahunya selama lima tahun. Sampai sekarang kita belum juga menemukan dimana keberadaan bu Zahra. Apa bapak tidak mau menyerah saja? bukannya bu Zahra pergi karena bapak sendiri?" Arka memang mengetahui alasan mereka bercerai, tetapi ia tutup mulut.
Alvandra emosi, ia tiba-tiba menggebrak meja makan. "Apa maksudmu?! Saya sudah membayar mu selama ini. Tetapi, belum ada juga kemajuannya! Dan sekarang?"
"Bukan begit---" Perkataan Arka yang belum selesai terpotong.
"Lebih baik saya mencari orang lain saja!" Alvandra pergi meninggalkan laki-laki itu yang mengusap wajahnya frustasi.
Di depan pintu restoran, Alvandra berpapasan dengan Rossa dan Raina, ia menyunggingkan senyum manis, sudah lama sekali tidak bertemu dengan mereka, sungguh dia sangat merindukan ibu dan saudaranya.
"Mama, Raina, apa kabar?" sapa Alvandra, membuat Rossa dan Raina yang sebelumnya tidak tahu dengan keberadaannya menoleh.
Bukannya membalas sapaan Alvandra, Rossa hanya memandang lelaki itu rendah. Berbeda dengan Raina yang hanya diam tidak tahu apa yang harus ia lakukan.
"Eh, ada laki-laki brengsek nih. Bagaimana? kamu sudah memiliki anak satu lusing sama pelakor itu belum? Atau lebih?" tanya Rossa masih dengan memandang Alvandra rendah.
"Ma a---" ucapan yang belum selesai dikatakan sepenuhnya itu terpotong ketika lawan bicara sang empu lebih dulu meninggalkannya di ikuti dengan Raina.
Alvandra menghela napasnya, lalu keluar dari cafe dengan pandangan kosong.
Setelah Rossa duduk di salah satu meja makan yang ada di restoran itu, ia segera memesan makanan.
"Ma, ucapan Mama nggak keterlaluan? pasti itu menyangitkan buat ka- Alva," ucap Raina.
Wajah Rossa kembali sendu. "Mama sebenarnya nggak mau kayak gini, tapi Mama benar-benar kecewa sama kakak kamu."
"Tap-"
"Aina, jangan ngomongin itu lagi sekarang." potong Rossa membuat Raina bungkam.
***
Sebuah keluarga di bandara tengah berpelukan perpisahan. Ada yang menangis karena tidak ingin berpisah, dan ada juga yang sangat heboh.
"Kamu jaga kesehatan ya di sana, sekali-kali ke sini, jenguk kita semua," ujar Hasika ketika pelukan terlepas.
Ya, keluarga itu adalah keluarga Zahra, perempuan itu saat ini akan terbang ke Indonesia; tanah kelahirannya.
"Iya, sayang. Kita akan rindu sama kamu," sahut Harka.
"Iya, Opa, Oma. Kalian tenang aja, pasti aku bakalan ke sini jenguk kalian."
"Ra," panggil Fia- tante Zahra saudara dari Hardi.
"Iya, Aunty?" tanya Zahra menoleh ke arah Fia.
"Pokoknya kamu harus hati-hati sama mantan suami kamu yang brengsek itu, jangan sampai kamu jatuh lagi sama dia!" seru Kia.
"Iya, Ra. jangan sampai si brengsek itu nyentuh kamu atau Rava!" sahut Kayla- sepupu Zahra. Anak dari Kia, sifatnya sebelas-duabelas dengan Kia; heboh.
"Iy-"
"Kalau dia ketemu kamu, kamu ngejauh aja," potong Kinaan- saudara Kayla.
"Iya, sayang. Kamu jangan mau ketemu sama si brengsek itu," ujar Ivan- suami Kia.
Zahra hampir saja frustasi, karena setiap ia akan bicara, ada saja yang memotongnya.
"Kasian Ara, belum selesai ngomong udah di potong aja," ucap Fika- istri Kinaan.
Sedangkan Fahri- suami dari Kayla, sedang berada di antara Rava, Fina- anak Kinaan dan Fika, Farka- anak Fahri dan Kayla. Tak menyahut sama sekali. Ia hanya sibuk dengan anak-anak.
"Iya," ucap Zahra malas membuat semuanya terkekeh geli.
"Pesawatnya udah mau terbang. Rava sekarang kamu pamit dulu ya sama semuanya," ujar Zahra pada Rava yang tengah sibuk denga sepupu-sepupunya dan Fahri.
Rava yang mendengar ujaran Zahra pun menoleh lalu menghampiri. "Iya Ma," jawabnya lalu mulai berpamitan dengan keluarga.
Setelah itu, Zahra dan Rava masuk ke dalam pesawat, menunggu pesawat itu terbang ke Indonesia.
Jangan lupa di vote🖤
Maaf, chapt nya pendek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvandra (END)
Художественная прозаAlvandra dan Zahra. Dua manusia yang terpaksa menikah dan akhirnya harus hidup bersama selama bertahun-tahun. Apakah pernikahan terpaksa mereka akan bertahan lama? Atau ... bahkan sebaliknya? --- Start: 05 Mei 2021 RILL HASIL PEMIKIRAN SENDIRI