Chapter 36

26.8K 1.4K 60
                                    

Happy reading🖤

Tak terasa lima tahun telah berlalu, dan sampai sekarang Alvandra dan Zahra belum juga di beri keturunan. Padahal Mereka sudah ikut beberapa program hamil.

Beberapa kali mereka selalu datang ke dokter kandungan atau memakai test pack jika Zahra telat untuk datang bulan dan mengalami ciri-ciri kehamilan. Namun, tetap saja itu bukan hamil. Hanya Karena masuk angin, dan lain-lain.

Pernikahan mereka semakin membaik dari sebelumnya, banyak lika-liku yang mereka lewati, termasuk saat perusahaan Alvandra hampir bangkrut, Zahra yang menemaninya untuk bangkit lagi. Dan sebaliknya begitu.

Alvandra yang menguatkan Zahra saat gagal untuk hamil, mereka berdua saling menguatkan, dan saling melengkapi.

Tetapi, satu bulan ini Alvandra banyak berubah, mulai dari ia jarang pulang, dan bersifat sedikit dingin pada Zahra.

Sekarang ini, Zahra tengah bersiap-siap, ia akan bertemu dengan sahabatnya. Naya dan Salsa. Selesai bersiap-siap kini ia sudah berada di dalam mobil, dan segera menjalankan kendaraan beroda empat itu.

Hanya butuh beberapa menit perjalanan, akhirnya Zahra sampai di cafe yang sudah disepakati dengan sahabat-sahabatnya. Perempuan tersebut segera turun dari mobil lalu masuk ke dalam cafe itu.

"Nay, Sa!" panggilnya ketika melihat meja yang di tempati kedua sahabatnya.

Salsa dan Naya yang tengah mengobrol, menoleh lalu tersenyum. "Sini, Ra!"

Zahra mengangguk. Mulai mengayunkan langkah kaki mendekat ke arah mereka.

"Maaf ya lama, tadi di jalan sempet macet," ucap Zahra, lalu duduk di samping kursi Naya.

"Nggak papa kali," balas Naya dan Salsa bersamaan.

"Kalian nggak bawa anak masing-masing?" Zahra bertanya sambil menatap bergantian dua perempuan di hadapannya.

"Nggak lah, gue titip sama neneknya. Kan kita udah lama nggak kumpul bertiga kayak gini," ucap Salsa yang di setujui oleh Naya, Zahra mengangguk paham.

"Sekarang kita pesen makanan, ya?"  ujar Naya di angguki oleh sahabat-sahabatnya.

Naya mencari pelayan cafe yang ada di dekat mereka, kemudian memanggil. "Mbak!"

Pelayan yang merasa terpanggil, menoleh lalu menghampiri meja ketiganya. "Iya, Mbak? Mau pesen apa?"

Satu persatu, mereka menyebut pesanan masing-masing yang langsung saja di catat oleh pelayan.

---

Beberapa menit menunggu, pesanan mereka akhirnya datang. Ketiga perempuan tersebut memakan dan meminum seraya berbincang-bincang mengenai masa-masa SMA mereka.

Sampai akhirnya Zahra, melihat sebuah objek yang sangat menyakitkan untuknya.

"Sayang, kita duduk di situ aja ya? Biar bisa liat jalan raya di luar, kayaknya babynya deh yang mau," tunjuk seorang wanita cantik pada lelaki tampan yang ia rangkul.

"Yaudah, ayo ke sana," balas lelaki yang wanita itu rangkul.

"Ra, lo masih ingatkan sama Naila? Yang pernah kita tolong itu, gue kemarin ketemu loh sama dia di jalan," ucap Salsa yang tidak di gubris oleh Zahra.

"Gue juga pernah liat Naila," sahut Naya yang lagi-lagi tak mendapatkan respon dari Zahra. Merasa aneh, lantas keduanya mengikuti arah pandang sang sahabat.

"Sayang suapin dong, baby-nya mau di suapin sama papa," ucap seorang wanita sembari mengelus perutnya, di salah satu meja yang ada dicafe itu. Tak jauh dari meja mereka.

Alvandra (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang