Chapter 33

14.4K 857 6
                                    

Happy reading!

Ruangan yang terdapat banyak alat-alat juga bahan masak tersusun rapi itu tengah di tempati oleh seorang ibu hamil untuk memasak sesuatu.

Dia, Zahra. Perempuan itu sedang memasak bersama bi Asi di dapur rumahnya. Dengan sangat tulus, Zahra memasak makanan kesukaan suaminya.

Niatnya, ia ingin membawakan makan siang untuk suaminya. Sudah lama juga dia tidak ke kantor.

Masakannya siap. Zahra tersenyum tipis. Lalu pamit pada bu Asi. Setelahnya ia buru-buru ke kamarnya, mengganti pakaian juga bermak-up tipis.

(Anggap ngga ada minuman di tangannya)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Anggap ngga ada minuman di tangannya)

Dengan dress berwarna hitam, Zahra keluar dari rumah. Masuk ke dalam garasi yang di sana sudah ada mobilnya sendiri.

Dia tersenyum mengangkat rantang berisi masakannya. "Semoga dia suka deh," katanya, kemudian masuk ke dalam mobil, mengemudikan kendaraan itu keluar dari perkarangan rumah.

Tanpa di sadari oleh siapapun, ada seseorang di atas mobil hitam, tersenyum miring. "Saya akan turun tangan sendiri, demi orang yang saya sayangi."

***

Di tengah jalanan yang sepi, Zahra bersenandung kecil mengikuti lirik lagu yang terputar di earphone-nya. Namun, mata indahnya masih fokus ke depan.

Zahra memutuskan untuk memelankan laju mobilnya ketika melihat di depan sana ada seorang nenek-nenek yang hendak menyeberang, namun tak kunjung berhasil. Mobil rem itu blong, dengan panik dan tidak berpikir panjang lagi Zahra memutar setir ke samping demi menghindari nenek-nenek tersebut.

Namun, naas mobilnya malah menabrak sebuah pohon yang mengakibatkan kerusakan yang cukup parah.

Perut buncit berisi janin itu terbentur cukup keras pada sesuatu di dalam mobil. 

"A-anak Bunda, maaf." Dengan kesadaran yang tidak penuh, Zahra meraba perutnya yang amat sakit. Dress hitam yang digunakannya itu basah di bagian perut ke bawah. Di penuhi dengan darah.

"A-alva, maaf, a-aku gagal," katanya sebelum benar-benar menutup mata.

---

Di lain tempat, Hani yang sedang menonton televisi dibuat terkejut ketika sebuah foto terjatuh. Ia berdiri ingin mengambil kembali foto itu.

"Foto Ara. Kenapa perasaanku tiba-tiba nggak enak, ya?" gumamnya ketika melihat foto itu ternyata foto saat anak perempuannya SMA dulu.

"Telepon Ara deh," lanjutnya. Dia mengambil ponsel yang terletak di atas meja. Menekan sesuatu di sana sampai terdengar suara operator.

"Nggak aktif." Kemudian, tangannya bergerak menelepon bi Asi. Dan tersambung.

"Halo, Bu? Ada yang bisa saya bantu?"

Alvandra (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang