Happy reading!
Zahra menatap interaksi ayah dan anak itu dengan senyum yang manis menghiasi wajahnya. Ia ikut bahagia melihat anaknya yang tampak sangat bahagia.
"Sekarang pulang yuk," ajak Zahra membuat ayah dan anak itu mendongak, menatapnya.
"Ava mau main-main dulu sama om, Ma. Boleh kan?" Rava memandang ibunya dengan pandangan memohon.
Zahra hanya mengembangkan senyum tipis diikuti sedikit rasa paksaan. "Iya deh, boleh."
Mendengar jawaban dari ibunya, Rava berlari kecil mendekat ke arah Zahra. Memeluk kaki perempuan itu. "Makasih, Mama!"
Zahra berjongkok membalas pelukan itu. "Sama-sama, mau main sekarang?"
Rava mengangguk. "Mama ikutkan?"
Zahra tampak berpikir. Mungkin, dia lebih baik ikut. Wanita itu belum sepenuhnya percaya dengan Alvandra. Namun, ia juga ingin anaknya bermain puas dengan ayahnya hari ini. Zahra sangat bimbang.
"Ikut saja, Ayra." Suara Alvandra terdengar.
"Iya deh."
"Yasudah, ayo naik ke mobil." Alvandra membukakan pintu mobil untuk mantan istri serta anaknya.
Zahra menurut. Ia masuk ke dalam mobil begitupun dengan Rava yang masuk ke dalam mobil dengan dibantu oleh ayahnya.
Selesai menutup pintu, Alvandra memutari mobil, berjalan ke pintu pengemudi kemudian membukanya dan masuk ke dalam.
Alvandra menoleh ke arah anak dan ibu yang tampak memandangi interaksi orang tua dan seorang anak yang masih ada di depan gerbang sekolah Rava.
"Rava, mau main-main di mana?"
"Ava mau main di ... mall aja, Om! Ava mau naik mobil-mobil lagi."
"Siap." Alvandra mulai mengemudikan mobilnya, melintasi jalan yang bisa di bilang ramai dan sedikit lagi, akan macet.
Di dalam mobil hanya keheningan yang menyelimuti mereka. Alvandra yang fokus menyetir, Zahra yang sibuk dengan ponselnya, dan Rava yang hanya mengintip ponsel ibunya.
"Mama, Ava mau main game itu dong," ucap Rava. Melihat game yang menarik ia lihat di ponsel ibunya.
Zahra menunduk. "Ava nggak boleh main ponsel dulu. Nanti malah kebiasaan. Nggak baik buat mata kamu."
"Tapi Ava mau coba," rengek Rava ingin mengambil ponsel Zahra.
"Rava, dengerin kata Mama. Jadi anak yang nurut, oke?" sahut Alvandra yang sempat menoleh sekilas, kemudian kembali fokus pada jalanan.
"Iya deh, Om. Ga lagi," pasrah Rava.
"Giliran sama orang lain aja langsung nurut. Tapi kalau sama Mama sendiri, malah ngebantah," cibir Zahra.
"Mau-mau Ava dong." Tampaknya, anak dari CEO Pt. Alvarendra itu tak mau kalah.
"Nyenyenye."
Alvandra hanya terkekeh pelan melihat interaksi keduanya. Dia kira selama ini anak dan ibu tersebut selalu akur. Tetapi, ternyata perkiraannya salah.
***
Akhirnya ketiganya sampai di mall terdekat. Mereka turun dari mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvandra (END)
Ficção GeralAlvandra dan Zahra. Dua manusia yang terpaksa menikah dan akhirnya harus hidup bersama selama bertahun-tahun. Apakah pernikahan terpaksa mereka akan bertahan lama? Atau ... bahkan sebaliknya? --- Start: 05 Mei 2021 RILL HASIL PEMIKIRAN SENDIRI