Chapter 24

12.7K 908 4
                                    

Happy reading!

Sampai di dapur, mereka mulai berkutat dengan alat dan bahan-bahan dapur.

"Udah berapa lama nikah sama dia?" tanya Faras di tengah-tengah ia memotong sayuran.

Zahra menoleh ke arah perempuan yang mengajaknya berbicara. "Kenapa?"

"Tinggal jawab, susah?" Tampaknya Faras sangat tidak sabaran.

"Dan saya katakan juga, tinggal jawab, susah?"

"Kalau nggak mau jawab, nggak usah."

"Lima bulan lebih." Finally, Zahra menjawab.

Raut wajah Faras ia ubah menjadi seperti tidak percaya. "Perut lo udah keliatan lima bulan, lima bulan beneran? Kalau bener, nikah karena MBA ya?"

"Kalau bener, gue yakin sih, lo yang kegatelan. Atau, anak itu bukan anak Alva."

"Watch your words, I'm not you cheap."

"Dan saya tanya, kamu nggak pernah belajar tentang kehamilan?"

"Kelebihan lo apa sih? Sampai Alpa mau sama lo? Make pelet?"

"Jelas-jelas, gue lebih sempurna dari lo," kata Faras yang lagi-lagi mengalihkan pembicaraan.

"Don't be overconfident, it's not good. But, saya akui kamu memang cantik.  Tapi tidak dengan hatimu. Attitude yang buruk. Cantik di luar, tapi di dalamnya nggak," balas Zahra penuh keberanian.

"Seperti ...  wolf in sheep's clothing," lanjutnya membuat Faras menahan emosi dengan mempereratkan pegangan tangannya pada pisau sayur.

"Maksud lo, apa!"

Zahra memasang wajah terkejut. "Kamu nggak tau arti dari Wolf in sheep's clothing? Ya ampun. Cari di internet deh, saya malas menjelaskannya."

Mendengar itu, Faras berjalan mendekati perempuan hamil itu setelah menyimpan pisau.

"You make me angry. Tunggu permainan gue, gue bakal rebut Alpa dari lo," bisiknya.

Tanpa banyak bicara lagi, keduanya melanjutkan kegiatan memasaknya, dengan tugas masing-masing. Faras bagian mengiris sayur, dan lain-lain. Sedangkan Zahra mencuci lalu memasak.

Selesai, mereka membawa beberapa piring berisi makanan ke meja makan. Memanggil Alvandra. Sebenarnya, Zahra yang akan memanggil suaminya keduluan oleh Faras.

"Tau nggak Al, aku sendiri yang memasaknya, Zahra cuma duduk manis lihat aku masak aja. Soalnya ku suruh duduk, kasian Ibu hamil capek-capek. Btw, enak nggak masakannya?" ucap Faras di tengah mereka makan.

"Enak," jawab Alvandra singkat. Feeling-nya sangat kuat, ia yakin makanan yang ia makan dan Faras akui masakannya sendiri, buatan Zahra juga.

Tak lebih dari dua puluh menit, akhirnya makanan mereka habis.

Faras cepat-cepat berdiri. Hendak menggantikan pemilik rumah yang ingin membereskan piring kotor di atas meja.

"Ra, biar gue aja yang beresin. Lo istirahat aja, kan lagi hamil, nggak boleh kecapean," katanya yang tidak kita ketahui, tulus atau tidak.

"Nggak usah, biar saya aja yang beresin sendiri. Kamu kan tamu, bukan pembantu. Tapi kalau mau jadi pembantu sini, boleh kok dengan senang hati saya terima."

Balasan itu, berhasil membuat Faras kesal. Ia menoleh ke tempat duduk mantannya tadi, ternyata dia sudah tidak ada. Alvandra kembali ke ruang tengah saat mendapatkan pesan dari seseorang.

Alvandra (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang