Happy reading🖤
"Ayra," ucap Alvandra beranjak dari duduknya, menghampiri Zahra yang baru saja membuka pintu ruangan.
Ia tersenyum manis seraya menatap wajah cantik milik Zahra.
Yang ditatap hanya membalas dengan tatapan datar. Perlahan, kaki Zahra mengayun mendekat ke arahnya, membuat senyum Alvandra semakin melebar.
Plak
Senyum Alvandra luntur begitu saja, tergantikan dengan wajah terkejut dan mata yang menguarkan rasa tak percaya. Wajahnya menyamping karena tamparan keras tiba-tiba tersebut.
Apa yang baru saja terjadi? Alvandra tak percaya. Dia baru saja di tampar oleh mantan istrinya? Apa salahnya?
"K-kamu kenapa, Ayra? datang-datang langsung nampar saya. Saya salah apa?" Alvandra mengelus pipi kanannya yang terasa panas.
Zahra menatap laki-laki dihadapannya. "Masih nanya salah kamu di mana? Pura-pura nggak tau? Atau emang bodoh?" Ia menaikkan sebelah alis.
"Maksud kamu apa bawa anak saya ke rumah sakit? Pakai alasan periksa ke dokter gigi, kamu pikir saya bodoh?"
"Apa sih, Ra?" Raut wajah Alvandra terlihat kebingungan.
"Saya tau, kamu ambil darah Ava! Untuk apa sih, Al?" Zahra menaikkan nada bicaranya.
Melihat lawan bicara hanya diam, ia kembali membuka suara. "Untuk apa, Alva?"
Alvandra membasahkan bibirnya sebelum berbicara. "Saya hanya ingin memastikan apa benar Rava anak kita," ucapnya berusaha untuk tenang dan santai.
"Ava hanya anak saya. Bukan anak kamu!" teriak Zahra menggema di ruangan itu. Untung saja ruangan Alvandra kedap suara.
"Tapi saya yakin, Rava anak kita."
"Mau bagaimanapun kamu ngaku sebagai ayah Ava, Ava tetep bukan anak kamu. Sampai kapan pun." Zahra menekankan setiap katanya.
"Kalau saya bukan Ayahnya, terus siapa? Saya tahu, kamu belum menikah lagi," ucap Alvandra serius dan menatap dalam Zahra.
"Salah, saya tes DNA dengan anak yang bisa saja dia anak saya?" tanya Alvandra masih dengan menatap Zahra dalam.
Salah, Al. Kamu bilang, kalau kamu tau aku belum nikah lagi. Tapi dengan kamu tes DNA, berarti kamu ragu kalau Ava anak kamu. Kamu pikir aku perempuan apa? Zahra membatin. Matanya menyorotkan pandangan kecewa, namun dia sebisa mungkin menyembunyikannya.
"Jelas salah! Kamu bawa Ava ke rumah sakit buat tes DNA tanpa izin orang tuanya!" ketusnya setelah selesai berbatin.
"Percuma kamu sekolah tinggi-tinggi, tapi bawa anak orang buat tes DNA tanpa izin orang tuanya. Selama sekolah beberapa tahun, kamu belajar apa aja sih? Selingkuh?"
Alvandra terdiam mendengar ucapan mantannya. Ia memang salah, membawa Rava untuk tes DNA tanpa seizin Ibunya. Tapi ia hanya ingin memastikan Rava benar anaknya atau bukan. Jika dia meminta izin pada Zahra juga belum tentu wanita itu memberi izin.
Melihat Alvandra hanya diam, Zahra memilih membalikkan tubuhnya dan hendak keluar dari ruangan itu.
Namun, Alvandra dengan cepat menahan dan memeluknya dari belakang. Laki-laki itu menaruh dagunya di pundak Zahra dan menangis dalam diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvandra (END)
General FictionAlvandra dan Zahra. Dua manusia yang terpaksa menikah dan akhirnya harus hidup bersama selama bertahun-tahun. Apakah pernikahan terpaksa mereka akan bertahan lama? Atau ... bahkan sebaliknya? --- Start: 05 Mei 2021 RILL HASIL PEMIKIRAN SENDIRI