Chapter 45

31.1K 1.8K 108
                                    

Happy reading🖤

Hari ini Rava sudah mulai bersekolah di salah satu taman kanak-kanak yang berada di kota Jakarta.

Sekolah elit dengan nuansa model kekinian dan juga beragamnya mainan anak yang menarik dengan fasilitas harga selangit membuat sekolah ini hanya bisa di masuki oleh orang-orang tertentu saja.

"Rava sekolah yang bener ya? Jangan nakal-nakal," ujar Zahra mengelus lembut kepala Rava penuh kasih sayang.

"Iya Mama Ava yang paling antikkkk. Ava janji ga bakalan akal, kan Ava mau jadi anak pintel sama baik." Rava menatap Zahra dengan kesal dan geram, sudah beberapa kali Zahra berbicara seperti itu.

Mulai dari waktu ia di daftarkan, sebelum tidur, sarapan pagi, dan di mobil. Sungguh, Rava lelah mendengarnya, tetapi ia tetap mengiyakannya saja.

(Iya Mamaku yang paling cantik, Rava nggak bakalan nakal. kan Rava mau jadi anak pinter sama baik.)

Zahra yang melihat anak tersebut mulai kesal pun, gemas sendiri. Dia mencubit kedua pipi Rava. Sungguh, jika anaknya sedang kesal, sangat menggemaskan baginya.

"Ih, Mama dah dong!" kesal Rava, ia sangat malu dengan teman-temannya, banyak sekali yang memperhatikan mereka, apalagi dengan gadis kecil yang menatapnya polos.

(Ih, Mama udah dong!)

Zahra yang mendengar itu terkekeh pelan lalu melepas tangannya di pipi sang anak. Dia menoleh ke belakang menatap seorang anak yang saling bertatapan dengan anaknya.

"Ava suka ya?" tanya Zahra tiba-tiba, membuat Rava langsung memalingkan tatapannya malu dengan karena telah terciduk bertatapan dengan seorang gadis kecil.

Zahra terkekeh geli.
"Ciee, malu nih cerita?" goda Zahra seraya menoel-noel kedua pipi anaknya.

"Kalo Ava bilang iya, Mama mau bantu Ava eketin dia?" tanya Rava menatap Zahra.

(Kalo Rava bilang iya, Mama mau bantu aku deketin dia?)

Zahra terkikik geli. Dia membuat dirinya seolah-olah sedang berpikir. "Tergantung sih. Kalau Ava nggak nakal Mama bakalan bantu. Tapi kalau nakal, Mama nggak mau bantu. Kalau Ava juga nakal pasti dia gak mau."

"Ava janji gak akan akal, tapi Mama juga janji buat bantu Ava ekatin dia." Rava menyodorkan jari kelingkingnya untuk Pinky promise dengan Ibunya.

(Rava janji gak akan nakal, tapi Mama juga janji buat bantu Ava deketin dia.)

"Promise?" Anak tersebut terlihat mengangkat alisnya, walau gagal.

"Oke." Kemudian ibu dan anak itu pinky promise.

Setelahnya, Rava segera mengambil tangan Zahra guna untuk mencium punggung tangan wanita itu.

"Dah. Sana-ana Mama pulang aja, Ava mau edkt sama ade kecil Ava dulu."

(Udah. Sana-sana Mama pulang aja, Rava mau pdkt sama adek kecil Rava dulu.)

"Ush-ush." Rava mengibaskan kedua tangannya untuk mengusir Zahra, agar perempuan itu segera pergi dan ia bisa menghampiri gadis kecilnya.

"Ngusir orang tua, dosa loh Ava," ucap Zahra.

"Ih, dah sana Mama ulang, Ava minta maaf udah usir Mama. Okoknya Mama alus maafin Ava, biar Ava ga dosa."

(Ih, udah sana Mama pulang, Rava minta maaf udah usir Mama. Pokoknya Mama harus Maafin Rava, biar Rava nggak dosa.)

"Iya-iya, ini Mama pulang." Zahra mencium dahi anaknya sayang. lalu melenggang pergi dan masuk ke dalam mobilnya.

"Dah, entar Mama jemput!" Rava hanya menganggukkan kepalanya dengan gaya sok cool. Ia kembali menatap gadis kecil incarannya.

Alvandra (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang