Happy reading!
Melangkah selangkah dengan perlahan, Rossa mendorong pintu kamar itu. "Astagfirullah." Beristighfar, Rossa membulatkan mata dan menutup mulut dengan tangan tak percaya, memandang Zahra yang meringkuk dan menangis di bawah kasur.
Juga Alvandra yang terlihat tidur nyenyak di atas kasur.
Zahra yang mendengar suara seseorang, mengangkat kepalanya. Reflek berdiri dan merapikan pakaiannya yang masih berantakan.
Rossa melangkahkan kakinya, mendekati Zahra yang terdiam kaku. "Apa yang kalian lakukan berduaan di kamar? Tante cuma minta tolong kamu tunggu Alva turun setelah dipanggil bi Inah ya, Ra." Zahra tak menjawab, ia hanya menundukkan kepala.
"Jawab, Ra! Jangan diam aja! Punya mulut kan?" Tanpa sengaja, Rossa menaikkan volume suaranya.
Zahra masih diam. "Ternyata anak Hardi dan Hani, perempuan murahan ya. Kalau yang ada di pikiran Tante, benar. Gak mungkin Al kayak gitu. Pasti kamu yang kegatelan, dasar murahan." Menatap wanita itu jijik, dengan santainya Rossa berucap seperti itu.
Seperti ada jarum yang menusuk ulu hati Zahra. Wanita itu mendongak, menatap Ibu paruh bayah di depannya dengan pandangan kecewa. Ia korban, kenapa malah ia yang disudutkan? "Saya bukan perempuan murahan!"
"Yaudah, kalau gak mau dikatain murahan, jawab pertanyaan Tante."
Zahra memejamkan mata, menarik napasnya panjang. "Saya diperkosa anak Tante! Masa depan saya hancur! Tante, puas?"
Rossa bungkam. Tak tahu harus berkata apalagi. Tak percaya, yang ada dipikirannya itu benar.
Melihat Ibu paruh bayah itu hanya diam, Zahra terkekeh, terlihat miris. "Jangan-jangan Tante sengaja? Nyuruh saya ke sini, jebak saya? Begitu?"
Masih sama. Rossa belum juga membuka suara.
"Tante, udah puas? Gak sekalian, tadi teriak aja? Teriak di depan rumah. Biar tetangga Tante denger!"
"Gak mungkin anak Tante kayak gitu! Pasti, kamu kan yang kegatelan sama dia?" Rossa kembali membuka suara.
"Aku yang salah, Ma. Bukan salah Ayra, jadi please, jangan salahin dia." Suara bariton dari belakang, terdengar. Kedua wanita yang mendengar itu, berbalik.
Menatap Alvandra yang sudah berpakaian lengkap. Entah sejak kapan, lelaki itu bangun dan memakai pakaian.
Tubuh Zahra menegang. Ia takut.
"Maksud kamu, apa? Gak mungkin kan, kamu yang brengsek! Pasti dia yang kegatelan sama kamu."
"Aku udah bilang, Ma. Jangan salahin Ayra, ini salah Aku. Dia gak salah apa-apa."
Rossa menarik nafasnya. "Jadi maksud kamu, kamu nyalahin diri kamu sendiri? Kamu ngakuin diri kamu sendiri, sebagai laki-laki yang brengsek?"
Alvandra menatap Ibunya dengan pandangan kosong. Ia juga sebenarnya tidak mau kejadian seperti ini terjadi. "Aku emang brengsek, Ma."
"Ceritain, apa yang terjadi sebenarnya, sampai bisa kayak gini!" Mengangguk, Alvandra berjalan ke sofa yang berada di dalam kamarnya. Rossa mengikuti langkahnya.
"Sini kamu!" panggil Rossa.
Zahra menurut, duduk di samping Ibu paruh bayah itu.
"Sana-sana kamu! Saya gak sudi berdekatan sama perempuan murahan." Menurut lagi, Zahra bergeser.
Alvandra menatap Ibunya "Ma, please."
"Gak usah, please-please an, jelasin sekarang."
Menarik napas dalam, Alvandra mulai menjelaskan semuanya. Apa yang terjadi sebenarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvandra (END)
General FictionAlvandra dan Zahra. Dua manusia yang terpaksa menikah dan akhirnya harus hidup bersama selama bertahun-tahun. Apakah pernikahan terpaksa mereka akan bertahan lama? Atau ... bahkan sebaliknya? --- Start: 05 Mei 2021 RILL HASIL PEMIKIRAN SENDIRI