Happy reading!
Malam hari telah tiba, kini Zahra berada di dalam kamarnya, tak ada Alvandra. Entah ke mana lelaki itu.
Wanita yang sudah membersihkan tubuhnya itu, duduk di tepi ranjang memainkan ponselnya.
Ia sudah menyiapkan pakaian serta handuk untuk suaminya, namun lelaki itu tak kunjung menampakkan dirinya.
Tak lama, pintu kamar terbuka. Zahra mengangkat kepalanya, ia menaruh ponselnya di atas nakas. Kemudian berdiri mendekati Alvandra yang baru saja datang.
Dengan perasaan gugup dan sedikit takut, Zahra membuka suara. "Mandi Pak, saya sudah siapkan air di dalam. Ini handuk sama pakaiannya." Wanita itu memberikan handuk dan pakaian yang sudah disiapkan pada lelaki di depannya.
"Terimakasih." Alvandra menerima handuk dan pakaian itu, kemudian masuk ke dalam kamar mandi.
Zahra sendiri, ia kembali duduk di tepi ranjangnya. Mengenai orang tua dan keluarga Alvandra, mereka sudah pulang sejak acara resepsi selesai.
Lima belas menit kemudian, pintu kamar mandi terbuka, menampakkan sosok Alvandra yang terlihat lebih fresh dari sebelumnya.
"Sudah shalat?" tanya Alvandra menaikkan sebelah alisnya.
"Belum."
"Sana ambil air wudhu, kita shalat Isya sama-sama."
Zahra menurut, ia segera pergi untuk mengambil air wudhu. Tak lama, wanita itu kembali.
Terlihat Alvandra yang telah siap dengan peci shalat untuk laki-laki di kepalanya. Dilengkapi dengan sarung.
Zahra cepat-cepat menggunakan mukenanya, kemudian memaparkan sajadah.
Pengantin baru itu, mulai melaksanakan shalat Isya. Hanya kurang lebih sepuluh menit, mereka selesai.
Selesai berdoa, Alvandra menoleh kebelakang, menyodorkan tangannya pada sang istri.
Dengan patuh, Zahra mencium punggung tangan Alvandra.
Selesai dengan itu, keduanya melipat sajadah masing-masing, Zahra juga melepaskan mukenanya, ikut melipatnya, kemudian menaruhnya di dalam lemari.
Tak lupa, ia juga mengambil peci serta sarung Alvandra.
Alvandra mengambil bantal di atas tempat tidur istrinya, Zahra yang melihat itu mengerutkan kening bingung.
"Mau ke mana, Pak?"
Sebelum menjawab pertanyaan Zahra, lelaki itu menaruh bantal yang ia bawa di atas sofa panjang.
"Saya tidur di sini," jawabnya kemudian merebahkan tubuhnya di atas sofa itu.
Zahra tak masalah, namun ketika mengingat nasihat ibunya, cepat-cepat ia beranjak dari duduknya.
Langkah kaki wanita itu terayun mendekati lemari, membukanya kemudian mengambil sebuah selimut.
Ia berjalan ke sofa tempat Alvandra tidur, kemudian memberikan selimut yang berada di tangannya pada lelaki itu.
Setelahnya, ia kembali naik ke atas tempat tidur, merebahkan tubuhnya yang terasa lelah, karena seharian ini, Zahra banyak berdiri.
***
Semburat warna putih, serta kemerahan yang mewarnai langit. Terlihat cahaya kuning dari lampu jalanan bersatu dengan kabut yang turun.
Tidak gelap, tidak juga terang. Rembulan itu masih setia menemani langit, pencampuran warna hitam, biru, putih, dan merah membentuk lapisan warna atmosfer. Begitu indah, lukisan alam di langit saat subuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvandra (END)
General FictionAlvandra dan Zahra. Dua manusia yang terpaksa menikah dan akhirnya harus hidup bersama selama bertahun-tahun. Apakah pernikahan terpaksa mereka akan bertahan lama? Atau ... bahkan sebaliknya? --- Start: 05 Mei 2021 RILL HASIL PEMIKIRAN SENDIRI