Haloo!
Apa kabar?
Masih nungguin, kan?
Harusnya up semalem, tapi karena nggak sempet jadi malam ini aja.
Aku baru sembuh dan ini isinya 2.000 kata, jadi tolong jangan jadi siders🙏
Sebelum baca, vote dan komen jangan lupa! Kalau bisa komen tiap paragraf biar aku tambah rajin update-nya💗
Oke cukup, sekian.
Happy reading!
"Bapak pernah dekat dengan keluarga tersangka kan? Apa Bapak tidak tahu, tempat yang sering dikunjungi oleh orang tersebut?"
Di sebuah restoran, tepatnya di dalam ruangan VVIP, dua orang manusia yang sedang berdiskusi tentang sesuatu itu saling menukar pandangan.
Laki-laki yang hanya menggunakan hoodie biasa itu menghela napasnya berat kala mengingat sesuatu yang ia benci. Alvandra namanya.
Laki-laki itu membuka mulutnya membalas satu persatu pertanyaan dari Rafael mengenai penyelidikan mereka.
***
Sesuai janjinya kemarin pada Rava bahwa mereka akan bermain bersama lagi, Alvandra kini telah bersiap-siap dengan setelan santainya. Hoodie berwarna hitam andalannya itu melekat ditubuh idealnya.
Kaki jenjangnya yang dibaluti celana panjang itu melangkah menuju mobil. Masuk ke dalam kendaraan beroda empat itu, kemudian mulai menyetirnya dengan kecepatan sedang.
Di dalam mobil, laki-laki itu tak henti-hentinya mengembangkan senyum sambil bernyanyi dengan suara tenang mengikuti iringan musik yang terputar di mobilnya. Tampak dari sikapnya saja, sudah dapat tertebak bahwa ia sedang berbahagia.
Matanya yang lima tahun belakangan ini terlihat sayu dan redup, kini memancarkan sorot kebahagiaan. Ditinggalkan oleh orang yang disayangi, membuatnya kesepian. Namun, sekarang rasa sepi itu mulai hilang dengan datangnya Zahra dan Rava di hidupnya yang penuh kegelapan.
Mobil putih yang dulunya sering ia gunakan bepergian bersama Zahra berhenti tepat di sebuah rumah minimalis modern. Kaki jenjangnya turun dari mobil, mata hitam pekatnya memandang bangunan kokoh satu lantai yang dominan berwarna putih dengan beberapa sudutnya bercat abu-abu.
Laki-laki itu berjalan masuk ke dalam, mengetuk pintu bercat putih dengan tangannya. Tak lama kemudian, pintu itu terbuka berbarengan dengan keluarnya seorang perempuan berparas cantik dengan dress rumahan bermotif bunga-bunga.
Alvandra mengembangkan senyum kala itu juga.
"Masuk." Mendengar penuturan itu, ia melangkah masuk ke dalam rumah dengan Zahra yang berjalan di sampingnya.
"Duduk dulu, saya buatin minum," kata Zahra setelah mereka sampai di ruang tamu, Alvandra hanya mengangguk lalu duduk di sebuah sofa tunggal yang tersedia.
Laki-laki itu menatap kepergian Zahra, kemudian memandang sekitar. Memperhatikan semua sudut rumah.
Seorang anak kecil datang dari arah kamar dengan gembiranya, senyum manis terus tercipta di wajahnya itu. "Om Al!"
Alvandra yang mendengar itu lantas menolehkan kepalanya ke belakang— sumber suara. Ia lagi-lagi menciptakan senyuman.
"Hai," sapanya begitu Rava sampai di hadapannya.
"Ayo main, Om! Di belakang ada lapangan yang dibuatin Mama buat Ava! Kita main bola!" Anak laki-laki itu terus berceloteh ria membuat wanita yang baru saja datang membawa minuman dan beberapa cemilan di tangannya itu memutar bola mata malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvandra (END)
General FictionAlvandra dan Zahra. Dua manusia yang terpaksa menikah dan akhirnya harus hidup bersama selama bertahun-tahun. Apakah pernikahan terpaksa mereka akan bertahan lama? Atau ... bahkan sebaliknya? --- Start: 05 Mei 2021 RILL HASIL PEMIKIRAN SENDIRI