Chapter 66

5K 467 19
                                    

"Kamu kenapa tidak menikah lagi?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu kenapa tidak menikah lagi?"

Mendengar hal itu lantas seorang perempuan yang tadinya memperhatikan anaknya, menoleh ke arah sumber suara. "Nanya saya?"

Alvandra mengangguk.

"Nggak mikir?"

Kening Alvandra seketika mengerut. "Mikir apa?"

"Nggak ada. Nggak usah di bahas lagi." Zahra menggeleng pelan. Rasanya percuma mengatakan hal itu, laki-laki tak akan mengerti.

"Mikir Apa, Ayra? Jangan membuat saya larut dalam kebingungan."

Zahra terdiam sebentar lalu menghela napasnya. "Laki-laki nggak bakal ngerti."

"Saya tidak akan mengerti kalau kamu tidak menjelaskan."

"Penasaran banget, sih? Paling laki-laki nggak peduli dengan yang namanya trauma."

"Trauma?" Lagi-lagi Alvandra dibuat bingung. Ada apa sih dengan Zahra? Perempuan itu tampak sensitif. Berbeda dengan biasanya. Apa dia berbuat salah?

Zahra mengangguk. "Trauma. Kamu tau kan, trauma? Sebelum kamu nanya, mikir dulu nggak? Nggak kan? Karena emang pada umumnya laki-laki itu nggak ngerti yang namanya trauma."

"Di selingkuhin, di ceraiin di depan umum, di permalukan, kamu pikir itu nggak ngebuat trauma, ya?" Nada bicara Zahra terlihat jelas bahwa ia sedang kesal.

"Nikah itu nggak segampang itu. Apalagi kalau punya trauma."

Sekarang Alvandra mengerti. Ia menyesal bertanya mengenai pernikahan. Buru-buru tangannya terulur menarik tangan putih milik mantannya. "Maaf---"

"Masa lalu nggak usah dibahas lagi deh, nyakitin," potong Zahra. Membahas masa lalu mereka sangat menyakitkan untuknya. Rasanya Zahra ingin menangis setiap kali ada yang mengingatkakannya tentang masa lalu yang kelam itu.

Bayang-bayang kejadian tahun kemarin masih sering muncul di kepalanya. Walaupun telah lama, tetapi rasa sakit itu tak pernah hilang. Mungkin sampai kapanpun tak akan bisa.

Di selingkuhin, di ceraiin di depan umum, dan di permalukan. Itu sangatlah menyakitkan. Menurutnya, banyaknya masalah yang menimpa, tak ada yang lebih sakit dari hal tersebut.

Zahra menatap ke langit, inilah kebiasaannya ketika ingin menangis. Untuk menghilangkan air yang membendung di mata.

Kemudian, Zahra menolah ke arah kiri. "Penjebak kecelakaan saya gimana? Udah ditangkap?" tanyanya memilih mengalihkan pembicaraan.

Alvandra (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang