Chapter 41

31.3K 1.6K 111
                                    

Happy reading🖤

Tak terasa, kini kehamilan Zahra sudah memasuki bulan ke sembilan. Beberapa hari lagi ia akan melahirkan, sesuai dengan perkataan dokter.

Saat ini, perempuan tersebut tengah menonton drakor favoritnya di kamar seraya bersandar di sandaran ranjang.

"Suaminya so sweet banget," monolog Zahra kala melihat drakor yang ia nonton sangat romantis.

Tiba-tiba saja, perempuan tersebut mengeluh sambil memegang perutnya yang terasa sakit.

"S-sakit,", desisnya.

"OMA TOLONGIN ARA, PERUT ARA SAKIT BANGET!" teriak Zahra merasakan perutnya semakin sakit.

Langsung saja Hasika yang sedang berada di kamar sebelah menghampiri cucunya yang berteriak meminta tolong. "Ara! kamu kenapa, Nak?" khawatir

"P-perut Ara sakit Oma, shh."

"Kita ke rumah sakit sekarang ya, kamu masih bisa jalan kan?" Hasika mengelus kepala Zahra lembut.

Zahra mengangguk pelan, tak sanggup lagi untuk berbicara karena perutnya yang sudah sangat sakit.

"Yaudah, ayo sekarang kita ke mobil." Hasika mulai memapah Zahra keluar dari rumah ingin ke rumah sakit terdekat.

"Iwan, Komm bring mich jetzt ins Krankenhaus," ujar Hasika pada sopirnya yang tengah bersantai-santai dengan satpam.

(Iwan, ayo antar saya ke rumah sakit sekarang."

"Was für Madame?" tanya Iwan lemot.

(Untuk apa, nyonya?)

"Siehst du nicht, dass mein Enkel Schmerzen hat?! Beeilen wir uns!" ucap Hasika kesal dan ketus.

(Kamu tidak lihat?! cucu saya kesakitan, ayo cepetan!)

"In Ordnung Fräulein." Iwan lalu dengan cepat masuk ke dalam mobil.

(Baik nyonya.)

"Open this door first!" Iwan yang baru saja akan masuk ke dalam mobil, tak jadi lalu menghampiri Hasika dan menuruti perintah dari majikannya itu.

(Bukain pintu ini dulu!)

"Ayo masuk sayang," ujar Hasika membuat Zahra segera masuk ke dalam mobil.

---

Setelah beberapa menit perjalanan, Hasika dan Zahra telah sampai di rumah sakit.

Zahra sudah bersiap cukup lama untuk melahirkan buah hatinya, saat dokter berkata telah mencapai pembukaan ke 10.

"Wo sind dein Mann und deine Mutter?" tanya sang dokter.

(Suami ibu di mana?)

"M-mein Mann ist in ärztlicher Behandlung." Zahra gugup.

(Suami saya lagi dina, Dok.)

"Okay, holt sofort nach," ujar Sang dokter yang di balas anggukan kepala oleh Zahra.

(Baik, ibu mulai mengejan ya.)

Zahra mulai mengikuti perintah dari Dokter untuk mulai mengejan. Keringat mulai bercucuran di dahinya.

"Komm schon, ma'am, der kopf ist sichtbar."

(Ayo Bu, kepalanya sudah kelihatan.)

Mendengar hal itu, Zahra semakin mengejan bersamaan keringat yang bercucuran di dahinya.

'Oek oek'

Ketika mendengar suara bayi menangis, air mata terharu keluar dari mata indah perempuan itu. Hal yang dia impikan sejak dulu, akhirnya tercapai. Melahirkan seorang anak.

Alvandra (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang