Happy reading!
"Kak!" panggil Zahra pada Zafran yang baru saja keluar dari kamar.
Zafran menoleh. "Apa?"
Zahra mengambil langkah, mendekati kakaknya itu. "Semalem lo dari mana?" tanyanya.
"Nanti lo juga tau." Setelah mengatakan empat kata itu, Zafran pergi meninggalkan adiknya sendiri. Membuat wanita itu mendengus kesal.
Wanita itu mengikuti langkah kakaknya yang berjalan ke ruang tengah. Tempat keluarganya berada.
"Afran, mau ngomong sesuatu, boleh?" izin Zafran, sontak semua orang yang ada di ruangan itu menatapnya.
"Duduk dulu, Nak," balas Hasika lembut. Zafran menurut, duduk di salah satu sofa yang kosong.
Di waktu yang sama, Naya mengayunkan langkahnya keluar dari kamar. Berjalan ke ruang tamu, tempat kedua orangtuanya berada.
"Hai Yah, Bun," sapa gadis itu. Dua orang yang dia sapa, menoleh.
"Eh, anak Bunda, sini duduk kita nonton bareng." Dengan suara yang lembut, Mery- Ibu Naya menepuk sofa di sampingnya.
Naya duduk di samping Ibunya. "Iya, tapi Aya mau bicara sesuatu dulu sama kalian, boleh?"
"Boleh dong, mau bicara apa? Bunda matiin TV-nya dulu. Biar gak ganggu."
Mery mengambil remote TV di atas meja di depannya, menombol tombol off.
"Nah udah, mau bicara apa?"
"Lebih tepatnya izin sih, Bun, Yah."
"Izin apa?" tanya Hero menyahut.
"Aya … izin pindah agama."
Mata Hero membulat tak percaya. "Apa-apaan, kamu!"
Mery mengelus tangan suaminya lembut, menyuruhnya duduk lagi. "Tenang dulu, Yah. Kita tanya Aya baik-baik."
"Aya, kenapa mau pindah?"
Naya menunduk, meremas jari-jemarinya. "Aya pacaran sama Afran, Bun."
"Cuma karena cinta, kamu mau pindah? Iya!" bentak Hero yang tidak bisa lagi menahan emosinya.
"Sabar, Yah."
"Aya juga sebenarnya gak mau kayak gini, Yah!"
Hero mengangkat sebelah alisnya. "Terus?"
"Aya udah minta putus semalam sama dia. Tapi dia gak mau, dia ngancam Aya juga."
"Zafran? Ngancam apa dia?"
"Afran tau masalah kita waktu itu, dia ngancem Aya, kalau Aya tetap mau putus, dia bakalan sebarin semuanya ke orang-orang. Aya gak mau itu terjadi."
"Kenapa dia bisa tau?"
"Aya juga gak tau, Yah."
"Sebenernya, dia yang mau pindah agama. Tapi Aya gak mau ambil seseorang dari Tuhannya."
"Kamu lebih memilih, meninggalkan Tuhan kamu sendiri, daripada
mengambil seseorang dari Tuhannya?" Naya mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan Mery."Ikhlas? Jangan pindah agama, dengan terpaksa ataupun hanya karena seseorang dan diancam saja, tapi harus benar-benar niat, Ya."
"Dan agama bukan sesuatu yang bisa dengan seenaknya kamu ganti gitu aja, harus bener-bener yakin."
"Ikhlas."
"Terserah kamu, suatu saat nanti, jangan menyesal. Ayah cuma bisa doakan yang terbaik." Hero pergi meninggalkan dua orang perempuan kesayangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvandra (END)
General FictionAlvandra dan Zahra. Dua manusia yang terpaksa menikah dan akhirnya harus hidup bersama selama bertahun-tahun. Apakah pernikahan terpaksa mereka akan bertahan lama? Atau ... bahkan sebaliknya? --- Start: 05 Mei 2021 RILL HASIL PEMIKIRAN SENDIRI