Chapter 18

14.1K 1K 6
                                    

Happy reading!

Beberapa jam kemudian, akhirnya jam menunjukkan pukul 12.00. Sekarang sudah waktunya untuk makan siang.

Salsa beranjak dari duduknya, menutup laptop. "Mau makan siang nggak, Ra?"

Zahra yang baru saja selesai menutup laptopnya, menoleh lalu mengangguk.

Baru saja mereka akan melangkah keluar dari perusahaan, namun gagal karena Nia lebih dulu datang menghampiri keduanya.

"Bu, tunggu!" panggil Nia yang dapat membuat Zahra menoleh ke belakang.

Zahra tersenyum. "Iya?"

"Ibu di panggil pak Al," kata Nia sesuai apa yang diperintahkan oleh bosnya.

Lantas dahi istri CEO dari perusahaan itu menyerngit mendengarnya. "Buat apa?"

"Saya kurang tahu, Bu."

Zahra menghela napasnya, menatap sahabatnya sebentar yang juga terlihat bingung sama sepertinya. "Nanti saya ke sana. By the way, panggil saya Mbak aja ya lain kali, kalau di panggil Ibu kesannya seperti orang tua."

"Memangnya tidak apa-apa, Bu?" Zahra mengangguk.

"Yaudah Mbak, saya permisi dulu," pamit Nia kemudian pergi meninggalkan area meja kedua orang yang bersahabat itu.

"Lo nggak papa kan, makan sendiri?" Zahra menatap Salsa tak enak.

"Nggak papa, udah sana ke ruangan suami lo cepet!" Dengan sengaja Salsa mendorong tubuh Zahra pelan.

"Iya-iya, nanti kalau sempet gue samperin lo!"

Sampai di depan ruangan Alvandra, Zahra memandang pintu ruangan itu sejenak sebelum mengetuk pintu dan berucap salam.

Samar-samar mendengar teriakan dari dalam,  'Masuk'  Zahra mulai membuka pintunya.

Terlihat seorang lelaki dengan jas berwarna abu-abu di tubuhnya, sedang sibuk dengan pekerjaannya.

Zahra berjalan menghampiri lelaki itu. "Bapak, kenapa manggil saya? Bukannya ini jam istirahat?"

Alvandra mendongak. "Beli makan di luar," suruhnya tanpa basa-basi.

Mata Zahra membulat tak percaya. "Loh? Kok saya?"

"Kamu istri saya.  Sebagai seorang istri, tugasnya menyiapkan makan untuk suaminya, bukan?"

"Nggak bisa gitu dong, Pak! Harus profesional, saya di sini sebagai karyawan Bapak, bukan istri. Kecuali kalau di rumah."

"Beli makan, sesusah itu?" Alvandra menaikkan sebelah alisnya.

Zahra, wanita itu terlihat mencibir. "Saya juga belum makan, Pak!"

"Beli makanan dua porsi, selama kamu bekerja di sini, kita makan bersama." Sudah, tidak ada pilihan lain lagi untuk Zahra, selain menuruti perintah dari suaminya itu.

Dengan wajah yang terlihat masam, Zahra mengayunkan langkahnya keluar dari ruangan, pergi menuju restoran yang biasa ia tempati bersama Salsa.

---

Di restoran dekat perusahaan Alvarendra itu, Zahra melongok ke kanan dan kiri mencari meja sahabatnya.

Di sisi lain, seorang gadis tampak panik melihat kedatangan sahabatnya. Dia kemudian menatap lelaki di hadapannya. "Pergi cepet, Pak!"

"Kenapa?" Lelaki di hadapannya itu tidak mengerti dengan Salsa yang tiba-tiba menyuruhnya pergi, padahal makanannya belum habis dia makan.

"Udah pergi aja! Nanti juga ngerti!" Dengan raut wajah yang kebingungan, lelaki itu berpindah meja tidak jauh dari meja Salsa. Melupakan makannya yang belum habis.

Akhirnya, ketemu juga. Zahra berjalan mendekati meja itu. Namun, ada sebuah keganjalan yang membuat wanita itu menyerngit.

"Hai, Sa." Wanita itu duduk di hadapan sahabatnya.

Salsa yang awalnya pura-pura tidak tahu dengan keberadaan Zahra, mendongakan kepala. "Loh, Ra? Udah nggak ada urusan lagi sama pak Al?"

"Iya, ini makanan siapa?"

"Itu punya gue, tadi gue laper banget jadi pesen banyak!" seru Salsa dengan cepat. Wajahnya semakin terlihat panik.

Zahra mengerutkan keningnya. "Bukannya lo nggak suka, sama makanan ini?"

Wanita yang menggunakan pakaian khas pekerja kantoran itu menyipitkan matanya curiga. "Lo bohong ya sama gue?"

"Ngapain gue bohong sama lo? Daripada lo banyak tanya kayak gini, mending pesen makanan sana, laparkan?"

"Iya deh, gue gak makan di sini tapi."

"Kenapa?"

"Pak Al nyuruh gue buat makan bersama di ruangannya."

Jangan lupa, vote dan komen. Terimakasih.

Alvandra (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang