Die

383 51 6
                                    

Duduk terdiam di tengah hujan deras yang mengguyur kota, Suzy merasa jika dunianya hancur begitu saja.

Cintanya...
Prianya...
Hidupnya, memilih pergi untuk bersama dengan orang lain.

Melupakan semua janji yang mereka buat dulu. Di tempat yang sama dengan tempat hubungan mereka berakhir saat ini.

"Aku ada salah apa?" Lirih Suzy seraya menatap bayangan Sehun di depannya. Tak lagi berani menatap mata sekelam malam yang dulu menjadi pelabuhan kesukaannya.

"Apa tak bisa aku perbaiki? Kesalahanku sebesar itu? Bisa tolong jelaskan?" Pinta Suzy.

Dingin malam tak lagi mempan saat hatinya sudah mati seperti ini. Entah kenapa, sulit sekali menerima keputusan Sehun yang satu ini.

Sakit.

"Maafkan aku." Sehun mendekat. Memegang kedua bahu Suzy dan mengusap kepalanya yang sudah basah semua.

"Karena aku tak sederajat dengan keluargamu? Hanya karena aku seorang kasir dan anak yatim? Itu bukan mauku. Aku tidak meminta keadaan seperti ini. Hks. Tolong." Isakan Suzy lolos juga. Hatinya sakit. Sungguh.

Sehun tersenyum kecil, bukan maunya juga. Tapi semua terasa rumit, bukan karena perasaannya ke Suzy sudah hilang. Tapi memang, keadaannya seperih ini. Sehun merasa tak pantas jika harus bersanding dengan gadis kesayangannya ini.

Dan ini pilihan Sehun yang paling sulit, mempertahankan Suzy di sisinya atau melepasnya begitu saja. Tapi, setalah hal rumit ini, Sehun memilih untuk melepas kebahagiannya, melepas kesayangannya.

"Maafkan aku. Kita sudah tidak cocok lagi. Bukan salahmu dan bukan juga salahku. Semua berlalu begitu saja. Dan kita tak bisa tetap bertahan di keadaan yang seperti ini." Ujar Sehun.

Suzy mengangguk pelan, apa lagi yang bisa ia lakukan jika memang perasaan Sehun bukan miliknya lagi. "Baik, terima kasih." Bisik Suzy.

Tertawa pelan lalu langsung saja berbalik badan untuk menuju rumahnya. Tulangnya lelah semua, tak bisa menerima jika memang hubungannya akan berakhir seperti ini.

**

Ceklek.

"SIALAN! JIKA KAU TAK BERMAIN DI BELAKANGKU SEMUA AKAN BAIK-BAIK SAJA SEKARANG."

"Bajingan gila! KAU JUGA IKUT ANDIL DALAM HAL INI. JIKA SAJA KAU TAK MEMBEBANKAN SEMUA PADAKU, AKU TIDAK AKAN BERMAIN API, BRENGSEK."

Baru saja memasuki rumah, Sehun sudah mendapati keadaan yang mengerikan ini. Sehun yakin kakak lelakinya sudah angkat kaki sejak awal perdebatan ini. Adik perempuannya pasti sedang di kamar mengunci pintu dengan isakan kecilnya.

"Ini yang membuatku tak bisa membawamu masuk dalam kehidupanku. Keluargaku... kacau." Bisik Sehun.

Berjalan menaiki anak tangga dan memasuki kamarnya. Percuma juga jika dia tetap memilih bertahan di ruang tamu tadi. Hanya akan menyakiti mentalnya lagi.

"I am so fuckhing hate this shit!"

**

"Masuk. Apa yang terjadi?" Jiyeon membawa masuk temannya. Memberi handuk dan baju ganti. Karena jiyeon yakin, topik pembicaraan mereka akan panjang, itu juga jika Suzy tak keberatan untuk bercerita.

"Aku... hks. Sehun, hiks."

Jiyeon mengerti, sangat mengerti. Pasti dua orang ini sudah melalui hal menyakitkan.

JustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang