Not Yet Ch.2

271 49 35
                                    

Suzy duduk manis di kursi penumpang sebelah Myungsoo. Membiarkan pria tampan itu menyetir dengan tenang tanpa mengganggu dunianya.

Lelah, Suzy ingin berbaring saja di kamar rasanya. Tapi mengingat hal bodoh yang sudah dia lakukan, Suzy yakin bukannya berakhir di ranjangnya sendiri. Ia pasti akan berakhir di ranjang Myungsoo malam ini

Ah, si keparat Oh Sehun!

"Menyesal membantu kakakmu, Sugar?" Goda Myungsoo. Terkekeh sekilas saat melihat raut wajah Suzy yang sudah tak karuan.

"Diam. Suaramu ribut sekali!" Mendengus, Suzy mengambil lolipop dan menjejelkannya ke dalam mulut Myungsoo. "Makan saja itu, menggangguku tak menghasilkan uang!"

Sedetik kemudian, tawa Myungsoo pecah. Lucu, mainan Sehun yang satu ini menarik.

"Ingin berakhir di kamarku, Sugar?" Tawar Myungsoo. Masih dengan lolipop yang bertengger di antara bibirnya.

"Kau terdengar seperti bajingan gila mesum!" Umpat Suzy mengeryit jijik.

**

Sehun menggeram kesal, mengepalkan kedua tangannya kuat hingga buku-buku jarinya memutih pucat. Belum lagi urat-urat yang tercetak jelas di bagian lehernya.

"Jadi itu hanya mainanmu atau benar-benar sudah menjajah hatimu?" Luhan berbisik pada Sehun. Menepuk pelan pundak adiknya dan tertawa.

"Apa yang kau lakukan di sini, Hyung?" Sehun ingin marah, tapi tidak bisa. Kakak kesayangan.

"Mencari udara segar, Ziyu rewel sekali akhir-akhir ini." Luhan berkeluh kesah, anaknya itu merepotkan juga kadang.

"Dan mana dia?"

"Di rumah, bersama kakeknya."

Luhan memandang Irene yang hanya tertunduk malu. Sedikit tidak suka jika adiknya punya hubungan dengan wanita ini.

"Jadi? Kris! Kemari." Luhan menarik sebelah telinga Kris dan mendudukannya di kursi sebelah Sehun.

Iya, setelah Myungsoo pergi dengan mainan barunya Oh Sehun. Luhan menyeret dua adik beserta pacar adiknya untuk ikut ke cafe.

"Apa yang terjadi?" Tanya Luhan.

"Taruhan." Sehun dan Kris menjawab seadanya. Tak heran lagi jika dua manusia ini keras kepala. Perlu di kerangkeng saja memang.

"Aku juga tau jika kalian tidak sedang bermain cooking mama." Menyeruput bubble teanya, Luhan mengambil ponsel dan memotret wajah dua terdakwa ini.

"Akan aku kirim pada ibu, biar mampus kalian berdua. Bajingan!" Luhan menyimpan kembali ponselnya di dalam kantong jaket. Melipat dada dan menggeleng pelan melihat Irene. Apa bagusnya ini manusia satu?

"Nah, kau? Apa yang kau lakukan di sini di saat adikmu malah menjadi tawanan karena membebaskanmu?" Luhan menunjuk Irene dengan jemari lentiknya.

Menggemaskan.

"Maafkan aku."

Luhan mengeryit. "Kenapa aku? Apa yang sudah aku lakukan?"

"Hyung, sudah. Jangan menekannya." Sehun sedikit tidak terima. Merasa kasihan juga pacarnya.

Sret.

JustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang