Imagination Ch. 4

226 55 31
                                    

Setelah sesi curhat panjang-lebar yang terjadi antara empat kawanan penguasa rimba itu selesai, mereka memutuskan untuk kembali ke kantin dengan tujuan ingin merayakan hari move onnya Suzy dari manusia most wanted berinisial Oh Sehun.

“Jadi, ayo jelaskan bagaimana perasaanmu setelah membuat keputusan besar seperti tadi?” Baekhyun bertanya seraya menyodorkan garpu tepat ke depan mulut Suzy. Sesi wawancara mulai terjadi.

“Agak berat memang, tapi aku akan berusaha menerima dengan lapang dada. Kalian tau? Cinta tidak harus memiliki.”

PUUPUUUPUPUUU!” Bersorak gembira, tiga manusia lainnya mulai bertepuk tangan heboh. Sungguh, teman mereka ini benar-benar sesuatu sekali. Tadi hampir berurai air mata, sekarang malah sudah keluar kata-kata bijaknya.

“Panutanku, angkat aku menjadi muridmu, Nona Bae.” Chanyeol mulai mengulurkan tangan kirinya dengan tangan kanan yang bersemayam di dada sebelah kiri.

Dengan wajah sombongnya, Suzy mulai terkekeh dengan aura setan yang menguar kemana-mana, sungguh agak aneh memang. Tapi biarkan saja orang yang jatuh cinta ini- eh, maksunya orang yang tengah patah hati ini melakukan hal sesuka hatinya. Mana tau ini hari terakhirnya melihat dunia bukan?

“Tentu, dengan sen-” belum selesai mulutnya berbicara, kilasan wajah Sehun melintas tepat di depan matanya. Tentu saja tidak sendiri, bersama Irene pastinya.

“Tampak depan luar biasa, tampak samping luar biasa, tampak belakang luar biasa, tampaknya menjadi yang kedua tinggal kenangan saja.” Suzy berujar dengan tangan yang terulur ke depan seakan-akan ia hendak menggapai punggung tegap Sehun yang sungguh minta dipanjat itu.

Jiyeon mulai berjalan mendekati Suzy dan menepuk prihatin bahu temannya yang sungguh sudah tak tertolong itu. “Sabar ya temanku, aku tau kau kuat.” Memeluk sekilas tubuh Suzy lalu mulai berjalan menjauh dengan sebelah tangan yang bersemayam di kantong almamaternya.

“Jangan terlalu putus asa. Aku akan selalu ada untukmu.” Kali ini Chanyeol yang berbisik dan mulai berjalan menjauh meninggalkan kantin.

“Jangan lupa bayar makanan kita ya.” Baekhyun mencium sisi kepala Suzy sekilas lalu berjalan pergi seraya terkekeh pelan.

Hening.

Hening.

Hening.

“Keparat memang kalian ini ya.”

**

Dengan gerutuan dan segala sumpah serapah yang Suzy punya, gadis itu menggeram kesal mengingat bagaimana tiga monyet kesayangannya pergi begitu saja dari kantin dengan membebankan pembayaran padanya.

“Sungguh benar-benar tiga manusia sialan itu.”

“Aku benar-benar akan mematahkan leher mereka nanti, tentunya setelah mereka membayar hutang mereka padaku.”

“Dasar bajingan kecil! Aku akan mengirim mereka ke neraka!”

“Ak- ASTAGA! Jantungku sudah hampir ke usus, Ya Tuhan!” Suzy memegang dadanya yang berdetak cepat saat Sehun tiba-tiba saja sudah berada di depan matanya. Entah apa yang Guru Sejarah itu lakukan di lorong seperti ini. Yang jelas kemunculan tiba-tibanya membuat Suzy hampir mati jantungan.

“Ada apa, Mr.?” Tanya Suzy sopan. Mencoba mengabaikan suara detak jantungnya yang sungguh menggila. Niat move onnya apa harus hingga titik ini saja? Apa hanya dalam kurun waktu sesingkat ini?

“Ikut denganku.” Tanpa banyak bicara, Sehun menggenggam tangan Suzy dan membawa gadis itu menuju atap. Mengabaikan jam pelajaran yang sudah mulai berdering nyaring.

Suzy panik tentu saja, hendak melepaskan genggaman Sehun, tapi tenaga yang ia punya tidak memadai hingga berakhir dengan dirinya yang terseret-seret seperti ini. “Tunggu, aku harus ke kelas.”

Diam. Sehun tak merespon, rahangnya mengeras dan tanpa sadar cengkeramnya di tangan Suzy menguat seiring dengan pintu atap yang ia banting keras.

Suzy terperanjat kaget tentu saja, ada apa dengan gurunya yang satu ini? Ada masalah dengan Irene? Tapi kenapa harus seperti ini pada Suzy? Salahnya apa?

Bruk.

Menghimpit Suzy di dinding, Sehun menatap mata Suzy yang mengerjap bingung padanya. Mata yang beberapa waktu terakhir ini menganggunya, kilau bening yang beberapa hari lalu tertangkap mata Sehun berlapis selaput cair.

Itu semua benar-benar mengganggu Sehun.

“Berhenti bermain-main denganku, Bae Suzy.” Suara Sehun terdengar putus asa. Menatap mata Suzy yang makin membola bingung. “Berhenti bermain-main di pikiran dan hatiku.” Bisik Sehun pada akhirnya.

Suzy membolakan matanya, maksud Sehun ini apa? Kenapa di saat Suzy ingin melupakan perasaannya pada Sehun, pria ini kenapa malah bersikap seperti ini? Seolah-olah ia juga memiliki rasa pada Suzy di saat ia sendiri sudah memiliki tunangan?

“Aku... kapan?” Suzy tak tau apa yang mulutnya katakan, kata-kata random itu keluar begitu saja. Entah karena sikap Sehun yang bermakna ganda atau karena alasan lain.

“Kau selalu bermain-main seenaknya di pikiranku, menghancurkan perasaanku pada Irene hanya dengan tatapan sedihmu itu. Berhenti membuatku kacau seperti ini.” Suara putus asa Sehun bener-benar membuat Suzy tak berkutik.

Mendorong pelan bahu Sehun, Suzy mulai menatap sembarang arah, menghindari tatapan Sehun yang saat ini terasa benar-benar menusuk hatinya. Suzy tidak suka itu. “Aku akan berusaha untuk tidak terlihat di depanmu. Aku, aku minta maaf.” Lirih Suzy.

Suzy tidak tau apa yang sudah ia perbuat, secara spontan kata-kata itu meluncur begitu saja. Matanya memanas, sakit. Dadanya perih entah kenapa. Ia sudah tau Sehun mungkin akan terganggu dengan sikapnya, tapi tidak dengan cara yang seperti ini juga.

Sehun rasa ia benar-benar sudah gila, ia butuh rehabilitasi, ia butuh obat untuk menenangkan otaknya yang sudah kacau ini. Ia benar-benar akan masuk rumah sakit jiwa saat bibirnya dengan lancang mencium bibir Suzy yang makin membelalakan matanya.

Sehun benar-benar sudah tidak waras.

“Dengan kau yang selalu berada di sekitarku sudah membuatku gila, bagaimana dengan kau yang tidak lagi berada dalam jangkauan mataku?” Suara Sehun menggema tepat di telinga Suzy saat tautan bibir mereka terlepas.

“Ini tidak benar. Kau mabuk, Mr.?” Suara Suzy bergetar, jika Irene sampai tau. Bisa mati Suzy nantinya, belum lagi pihak sekolah yang akan mengeluarkannya dari sekolah ini.

“Sehun. Panggil aku Sehun.” Suara Sehun melirih dengan kepalanya yang bersandar di bahu sempit Suzy. “Dan aku tidak mabuk.”

Tanpa sadar mata Suzy sudah mengalirkan anakan sungai dengan tubuh kaku. Ia takut dengan harapan yang akhirnya hanya akan menjatuhkannya ke dasar samudera terdalam. “Jika ini mimpi, tolong bangun sekarang Bae Suzy.”

Sehun mengangkat kepalanya dan mengusap aliran air mata di mata Suzy. Mengecup kedua mata Suzy beserta dengan dahinya dengan durasi yang cukup lama. Memantapkan hatinya untuk pilihan yang sudah ia buat mulai dari beberapa minggu belakangan ini.

“Aku mencintaimu. Benar-benar mencintaimu.”



Mamam tu cinta kalau bisa kenyang
Muehehe

JustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang