Imagination Ch. 3

212 48 18
                                    

Sehun hampir saja tersedak karena minumannya sendiri. Apa tadi? Pacar? Dan gadis ini dengan bangga memperkenalkannya pada Sehun? Ya Tuhan, Sehun rasa ada yang salah dengan gadis di sebelahnya ini. Ayolaah, bahkan pria di sebelahnya yang ia perkenalkan sebagai pacarnya saja masih menggunakan seragam Junior High School.

Rusak sudah Dunia ini, rusaaak.

Oh, benarkah?” Tanya Sehun setengah penasaran. Ia masih mempunyai perasaan, bagaimana bisa ia menghancurkan binaran penuh kebanggaan dari mata anak didiknya ini? Biarlah Sehun berpura-pura antusias saja.

“Ya.”

**

Jinyoung yang disebut tentu saja kaget setengah mati. Apa kata wanita gila di sebelahnya ini? Pacar?!

“Kau ingin incest denganku? Hah?” Jinyoung menyikut rusuk Suzy hingga gadis itu mengaduh kesakitan.

“Diam kau, Kacang polong!” Desis Suzy seraya berbisik. Mau bagaimanapun, Sehun harus tetap tau jika Jinyoung ini adalah pacarnya.

Sehun hanya melirik tanpa minat pada dua sejoli yang sedang asik berbisik-bisik di sebelahnya ini. Sehun sungguh ingin pulang rasanya, tapi ia juga malas jika di rumah. Bisa-bisa satu-satunya wanita yang ada di sana malah menerornya dengan pertanyaan ‘kapan kau akan menikah?’. Sehun tidak akan kuat jujur saja ia berkata.

“Jadi kalian ingin memesan apa tadi?” Tanya Luhan yang sedari tadi terabaikan. Sungguh sakit itu hatinya, tapi mau bagaimana lagi.

Ah, aku sampai lupa. Seperti biasa, dua.” Suzy mengerling dan kembali sibuk dengan Jinyoung yang tetap tak terima dengan pernyataan aneh kakaknya ini. Manusia yang satu ini benar-benar sudah gila!

“Aku tetap tak terima jika kau mengaku sebagai pacarku. Amit-amit aku punya pacar seperti dirimu!” Jinyoung berbisik dengan matanya yang melotot angker menatap Suzy. Membayangkan bahwa ia benar-benar akan incest dengan kakaknya membuat Jinyoung bergidik ngeri.

Amit-amit jabang bayi, Ya Tuhan.

“Aku bilang diam, bicara saja jika aku memintamu bicara!” Menyikut rusuk Jinyoung hingga pria itu membungkuk kesakitan. Suzy benar-benar tak memakai perasaan saat menyikut kuat tubuhnya.

“Dasar Gorilla!”

“Katakan itu sekali lagi dan aku akan membunuhmu nanti malam.”

Hening.

Jinyoung lumayan takut sebenarnya.

Suzy melirik kearah Sehun yang tengah bermesraan dengan ponselnya lalu tersenyum miris. Harapannya benar-benar sudah pupus. Suzy mengatakan jika Jinyoung pacarnya hanya untuk melihat bagaimana reaksi Sehun saja. Sia-sia memang, tapi mau bagaimana lagi. Suzy hanya tergelitik untuk mencobanya.

“Sehun, bagaimana hubunganmu dengan Irene?” Luhan bertanya setelah sesaat ia memberikan pesanan Suzy dan adiknya. Luhan tau? Tentu saja! Mereka berdua sudah terlalu sering membuat ulah di Cafe miliknya ini. Bagaimana mungkin Luhan tidak akan tau?

Sehun bergumam, hubungannya dengan Irene ya? “Baik-baik saja sejauh ini.”

“Kapan kalian akan menikah?”

Uhuk.

Sehun dan Suzy spontan terbatuk saat mendengar pertanyaan Luhan. Suzy ya tentu saja terbatuk, ia masih tak rela jika Sehun sudah akan menikah dengan si Irene itu. Mau sampai dunia berakhir juga, Suzy tidak akan pernah rela.

“Aku sudah ingin menggendong keponakan.”

Uhuk.

Hyung, hentikan pembicaraanmu ini. Kau ingin membuat aku mati tersedak?!” Amuk Sehun. Itu bukan pernyataan aneh memang, tapi tetap saja Sehun masih belum terbiasa.

Menikah?

Punya anak?

Tunangan saja itu karena ibunya yang punya rencana. Sehun tinggal terkejut saja saat ibunya mengatakan jika seminggu lagi ia akan bertunangan dengan gadis pilihan ibunya itu.

Dan boom! Seperti yang kalian lihat sekarang ini hasilnya.

“Aku penasaran, jika kau memang tidak mencintai Irene kenapa kau mau saja melanjutkan hubungan itu sampai sekarang?” Luhan bertanya dengan wajah seriusnya. Sungguh, ia benar-benar penasaran dengan jalan pikiran sepupunya ini.

“Bagaimana aku bisa menolak permintaan Ibu Negara?”

Dan Suzy yang menguping tentu saja menarik kesimpulan dengan wajah tertekuk lesu, Sehun benar-benar anak baik. Pupus sudah harapanku untuk menikung Irene jika seperti ini.

“Kau menyukai pria itu ya?” Bisik Jinyoung saat melihat raut tak mengenakan dari kakaknya.

Suzy? Hanya mengangguk pelan tanpa niat membohongi. Dan lagi untuk apa dia berbohong pada adiknya ini? Tidak ada gunanya tentu saja. Jinyoung juga pasti akan tau kebenarannya dalam lima detik berikutnya.

“Sudah, lupakan saja. Dia akan menikah bukan? Jangan jadi perusak hubungan orang.”

Plak.

“Mati kau, Anak setan!” Menepak kepala belakang Jinyoung dengan keras, Suzy rasanya mau melayangkan tenju saja pada wajah kecil adiknya ini.

“Sakit sekali kepala pangeran.” Mengusap pelan kepala belakangnya, Jinyoung hendak membalas perlakuan tidak mengenakan kakaknya ini. Tapi tertahan saat melihat raut terluka Suzy. Kasihan juga ia.

“Ingin pulang sekarang?” Tanya Jinyoung. Berada di sini rasanya akan membuat kakaknya makin terluka saja.

Suzy mengangguk, bangkit berdiri dan menyerahkan credit cardnya pada Luhan. “Sekalian saja dengan punya Mr. Oh.”

Sehun hendak menolak, tapi tatapan Jinyoung sedikit mengganggunya. “Tidak usah, aku akan bayar sendiri saja.” Tolak Sehun merasa tak enak. Seharusnya dia yang mentratir Suzy, bukan malah sebaliknya.

“Tidak masalah, kami duluan. Selamat malam.” Suzy pamit undur diri dan meninggalkan Jinyoung yang tengah membawa minuman mereka. Menunduk sedikit sebagai rasa hormat lalu menyusul Suzy yang sudah berada di pintu keluar.

“Apa patah hati rasanya sakit sekali?”

**

Setelah kejadian tak terkira semalam, Suzy makin murung saja hari ini. Ia rasa ada yang salah dirinya. Lebih tepatnya hatinya.

Yo, cintaku! Ada apa denganmu?” Sapa Jiyeon yang baru saja selesai dengan urusan perutnya.

“Kau memikirkan Oh Sehun?” Chanyeol yang paling peka memang. Sebenarnya itu bukan perkara susah, hanya saja jika sudah seperti ini ya masalahnya tidak akan jauh-jauh dari Oh Sehun. Rada kasihan memang, tapi mau bagaimana lagi? Urusan hati mereka tidak bisa ikut campur terlalu jauh.

“Aku semalam bertemu dengannya di Cafe bersama Jinyoung. Aku merasa jika aku benar-benar harus menghilangkan perasaan menggelikan ini. Sehun itu benar-benar anak yang penurut dengan orang tua, jika aku menikung juga itu tidak akan meghasilkan apa-apa. Dia juga akan menikah sebentar lagi. Untuk apa aku masih menyimpan perasaan ini untuknya?”

Penjelasan panjang lebar Suzy membuat tiga kawannya terdiam kaku. Bukannya apa-apa, yang membuat Suzy makin semangat ya Sehun. Dan sekarang yang menjadi alasannya itu malah harus ia hapus dari pikirannya. Bagaimana teman mereka ini akan berjalan kedepannya? Sedikit menggelikan, tapi memang itu kenyataannya.

“Jika memang kau yakin ya silahkan. Kami selalu ada untukmu, jika terjadi sesuatu cerita saja. Bukan memberi solusi memang, tapi setidaknya kau tidak sendiri.”

Perkataan Baekhyun membuat mata Suzy sedikit berkaca-kaca, “akhirnya kalian berguna juga. Para idiotku!”

“Agak menyesal memang aku memberinya dukungan moral. Tapi tak apa, umur tidak ada yang tau. Semoga hari ini bukan hari terakhirnya.” Baekhyun mendengus saat Suzy memeluknya erat. Jika tidak ingat jika wanita ini temannya, mungkin sudah Baekhyun dorong kuat ia hingga terjun bebas dari tepi jendela.

“Aku menyanyangimu.”

“Maaf, tapi aku membencimu.”



HEHE

JustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang