Again Ch.3

242 44 13
                                    

Suzy masih berdiam di dalam kamar dengan tubuh yang sudah terbalut dengan gaun indah berwarna hitam legam miliknya. Ini sudah jam enam dan tiga puluh menit lagi mereka akan segera berangkat menuju restoran dimana acara pertemuan akan diadakan.

"Sialan." Suzy mendesis tidak suka. Melempar sepatu yang ia kenakan hingga membentur pintu dan tak lama mengambilnya lagi untuk kembali ia pakai. Tidak mungkin ia tidak menggunakan sepatu bukan?

"Ada racun tidak ya di kamarku, jika ada aku minum sekarang saja." Suzy mulai gila, mengitari kamarnya untuk mencari sesuatu yang bisa ia gunakan untuk mengakhiri hidup. Gegayaan saja sebenarnya, jika memang ia mau ia bisa saja menggunakan gunting kertas untuk langsung menusuk jantungnya.

Ingin terlihat depresi saja gadis ini.

Tok... tok... tok...

"Suzy, sudah siap?" Suara Irene terdengar dari luar dan itu makin membuat muka Suzy menjadi tidak karuan.

"Argh." Membanting gulingnya kesegala arah dan mulai berjalan menuju pintu.

Ceklek.

"Yakin sudah selesai? Rambutmu..." Irene menunjuk rambut Suzy yang sudah sedikit acak-acakan.

Suzy terlihat tidak peduli, berlalu begitu saja dengan tangan yang dengan asal-asalan memperbaiki rambutnya. "Bukan urusanmu." Ujar Suzy tak mau ambil pusing. Tanpa pikir panjang Suzy langsung mamasuki mobil dengan tangan yang menenteng satu bingkisan penuh berisi makanan penuh pengawet.

Ceklek.

Blam.

"Kau akan membawa itu?" Tanya ayahnya dengan raut tak percaya.

Suzy tak mengindahkan apapun, duduk menempel dengan jendela mobil dan mulai membuka bungkus cemilannya. Irene juga sudah siap di kursinya dengan elegan. Berbanding terbalik dengan Suzy yang tak jauh berbeda dengan gembel.

"Bae Suz-"

"Tak usah bicara denganku." Sinis Suzy. Menatap keluar jendela dengan tangan yang memasukan makanan kedalam mulutnya. Peduli apa mereka.

Tiga puluh menit perjalanan terasa sangat lama bagi Suzy. Bahkan ia sudah menghabiskan tiga bungkus keripik kentang ukuran extra. Suasana mobil terasa canggung dan Suzy tetap tak peduli dengan itu.

Tak berasa lama saat Suzy selesai dengan bungkusan keempatnya, mobil berhenti di parkiran restoran mewah dan beberapa mobil yang dilihat Suzy, ia hafal itu punya siapa. Menghela nafas lelah untuk yang kesekian kalinya, Suzy langsung berjalan keluar dari mobil dan langsung memasuki hotel tanpa menunggu kedua orang tua dan kakaknya.

Kling.

"Meja berapa orang, Nona?" Waiters yang kebetulan berjaga tak jauh dari pintu masuk menghampiri Suzy dengan senyum manis.

"Keluargaku sudah memesan meja." Suzy balas tersenyum manis. Berjalan lebih masuk mendapati satu tangan yang melambai pelan padanya. Iya, Suzy tau itu siapa. Keluarga Sehun dan keluarga Daehyun.

"Jika aku selesai di sini bersama Sehun, akan aku selesaikan juga hidupku saat ini. Bedebah laknat memang." Desis Suzy masih menggondok.

Di meja itu sudah ada Tuan dan Nyonya beserta dua kesayangan mereka. Tak lupa dengan Tuan dan Nyonya Jung beserta anak tunggal kaya rayanya, siapa lagi jika bukan Jung Daehyun.

Suzy berjalan mendekat, sengaja mengambil kursi tepat di sebelah Sehun agar Irene tidak bisa menganggu pacarnya. Tersenyum manis seraya membungkuk pelan lalu mulai duduk dengan anggun.

"Mana orang tua dan kakakmu, Sayang?" Nyonya bertanya pada Suzy dengan lembut. Ibu kandungnya saja tidak pernah selembut ini, kenapa ibu orang lain bisa? Memang perlu berguru ibunya pada Ibu Sehun nanti. Itu juga jika masih hidup.

JustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang