Suzy memukul kuat kedua bahu lebar Jasper, sial. Ini tidak benar, bagaimana bisa pria ini melakukan hal menjijikan seperti ini pada Suzy?
"Aku akan membayarmu nanti, kau tenang saja." Jasper berbisik sinis. Tangannya sudah mulai berkeliaran keberbagai arah. Sebelum-
Plak.
"Berani-beraninya ka-"
"Jika memang kau tidak bersedia menganggapku sebagai ibu sambungmu tak masalah. Tapi apa yang kau lakukan benar-benar sudah kelewatan. Hks." Terisak pelan, Suzy mengepalkan kedua tangannya. Sungguh, Suzy jijik sekali dengan dirinya sendiri.
Ceklek.
Blam.
Mendorong bahu Jasper menjauh, Suzy berjalan cepat menuju kamarnya dan Sehun. Terduduk lesu di atas ranjang, Suzy merasa benar-benar kotor sekarang. Bagaimana bisa Jasper melakukan itu padanya?
"Seburuk apapun keadaanku, kau tahu bahwa aku tidak akan melakukan apa yang kau tuduhkan padaku, hks."
...
Ceklek.
Dahi Sehun berkerut heran saat melihat Jinyoung dan Haowen yang tengah berbaring seperti tak bernyawa di atas sofa ruang tamu. Ini sudah akan memasuki jam makam malam dan tumben sekali dua onggok nyawa ini belum duduk di meja makan.
"Ada apa hingga kalian masih berdiam diri di sini?" Sehun mendekati dua anaknya dan mengusap pelan kedua puncak kepala itu.
"Mommy tidak keluar dari kamar, sudah dari siang tadi. Sudah kami panggil dan mommy tidak menjawab apapun." Jinyoung mulai mengadu. Ingin memesan makanan, akan tetapi Jinyoung lebih suka makanan yang dibuat oleh ibu tirinya itu.
Dahi Sehun makin berkerut tak percaya. Sangat mustahil Suzy mengabaikan panggilan dua anaknya ini. Mereka kan sudah sangat dekat. "Kalian yakin mommy kalian di kamar?" Tanya Sehun.
Mengangguk yakin, Jinyoung dan Haowen langsung duduk tegap. "Aku mendengar suara isakan dari dalam kamar daddy." Jelas Jinyoung lagi. Ia khawatir ibunya itu kenapa-kenapa, akan tetapi Jinyoung tidak bisa berbuat apa-apa.
Melirik pada jam tangannya, Sehun menghela nafas pelan. "Kalian pesan saja makanan apa yang kalian mau, tanyakan pada hyung juga dia ingin apa. Daddy akan mencoba berbicara pada mommy kalian. Paham?" Menyerahkan ponselnya begitu saja, Sehun segera berlalu menuju anak tangga untuk segera naik menuju kamar utama.
"Paham." Jinyoung dan Haowen mengangguk pelan. Masih mengikuti arah punggung Sehun hingga mereka tidak dapat lagi melihat siluet tegap itu.
"Semoga tidak ada masalah."
...
Ceklek.
Sehun membuka pintu kamar dengan pelan.
Gelap.
Pemandangan pertama yang ia lihat hanya gelap, bahkan cahaya bulan juga tak dapat masuk ke dalam kamar ini.
"Honey?" Panggil Sehun meraba dinding.
Ctak.
"Hks."
Sehun meletakan jas kerjanya di atas ranjang, duduk berlutut di depan Suzy yang tengah bersandar pada kaki ranjang. Menunduk dengan bahu yang bergetar hebat.
Sret.
"Sayang? Ada sesuatu yang terjadi? Jasper melakukan sesuatu padamu?" Tanya Sehun pelan. Jika bukan Jasper siapa lagi? Hanya anak sulungnya itu yang selalu bisa membuat Suzy menangis seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just
FanfictionHanya kumpulan momen Hunzy yang bikin oleng antara mau ngaramin atau tetap berlayar membelah samudra.