Mine ch.4

143 18 5
                                    

"Chen! Kau di tunggu Sehun di ruang meeting." Chanyeol menyembulkan kepalanya dari pintu luar ruang meeting. Memilih untuk berteriak dari lantai dua karena ia memang malas berjalan kebawah.

"Iya!" Dan Chen juga berteriak sebagai balasan tanpa mau peduli. Menoleh pada Suzy yang hanya menatapnya dengan mata bulat, Suzy penasaran. Tapi malas saja jika harus ikut masuk kedalam. Sehun biasanya suka berkata kasar.

"Kau tunggu di sini ya. Nanti aku jelaskan lagi." Chen menunjuk Suzy tepat di depan batang hidungnya yang tak seberapa mancung itu.

Mengangguk patuh, Suzy kembali mengambil bungkus keripik kentangnya dan makan dengan tenang. Memang dia akan kemana? Panas, Suzy tidak suka berkeringat dan lengket.

Sesekali mata bulatnya mencuri pandang ke arah meja tepat ke barang yang baru saja Chen jelaskan tadi padanya. Suzy coba sekali tak masalah bukan? Ia yakin juga Chen tidak akan membiarkan barangnya tertinggal jika ada isinya.

"Ah tak apa. Jika Sehun marah pasti akan lebih marah ke Chen. Aku anak bawang ehe."

Sret.

**

"Kau yakin?" Kris bertanya santai. Tugasnya di sini hanya mengawasi. Bukan mengomandoi.

"Iya, dia sudah menyusun rencana untuk kembali mengambil Suzy. Aku tak terima. Aku bahkan belum bermain." Sehun duduk tenang, memutar malas kursi kebesarannya karena sumpah demi apapun dia bosan

Victoria dan Jiyeon saling tatap lalu terkekeh kecil. Ini bukan sesuatu yang sulit dikendalikan sebenarnya. Tunggu waktu saja.

"Lalu rencanamu bagaimana?" Chanyeol bertanya penasaran. Masalah Myungsoo saja kenapa serepot ini. Myungsoo juga hanya tikus kecil, tak perlu terlalu serius.

"Menahan Suzy makin lama agar dia semakin panas dan rencaku akan berhasil. Dia tidak akan sempat lagi mengurus perusahaannya."

Kris menghela nafas lelah. Seperti ini jadinya jika sudah di kuasi oleh cinta. Bodoh memang sialan!

"Ak-"

Dor.

Prang.

"Sial! Berjaga!" Teriak Sehun.

**

Suzy terperanjat kaget. Ini... ada isinya? Ada pelurunya?! Menatap pada tangannya yang bergetar dengan satu pistol Chen yang masih berada dalam genggamannya.

"Aku... tidak tahu." Bisik Suzy. Menatap nanar pada kepingan kaca yang berserakan di lantai istana Sehun.

Itu... guci kesayangan Sehun jika Suzy tidak salah ingat.

Tap.

Tap.

Tap.

Mata Suzy langsung bergulir cepat menuju anak tangga, dimana ada Chanyeol, Baekhyun, Chen, dan disusul oleh Sehun di belakangnya.

"Bae Suzy?" Sehun menatap riskan pada perempuan itu. Menyimpan lagi katana miliknya. Sehun menatap segala kekacauan yang baru saja Suzy ciptakan.

"Fuck!" Sehun menatap nyalang pada guci hitam kesayangannya yang hanya tersisa pecahan saja.

"Aku... aku tidak sengaja. Aku tidak tahu jika ini ada isinya. Aku... aku hanya berniat mencobanya sekali saja." Suzy berusaha menjelaskan semampunya. Nyali Suzy hilang begitu saja saat melihat tatapan sinis Sehun. Mata tajam itu menatap tak suka padanya.

"Chen." Panggil Sehun pelan.

"Ya, Bos."

Sret.

"Kau tahu betul bagaimana benda itu bisa menjadi primadonaku, berapa banyak yang harus aku keluarkan hanya untuk benda sialan itu. Dan karena kebodohan yang kau perbuat, itu hanya menjadi sampah sekarang. Menurutmu, bagian mana yang harusnya aku hilangkan?"

Sret.

Menarik kembali katananya dari dalam sarung elegannya, Sehun sudah berdiri angkuh di belakang Chen. Meletakan pedang panjang itu pada sisi kanan leher Chen yang selama ini selalu siap sedia membersihkan pedangnya.

Meneguk salivanya kasar, Chen bernafas dengan susah payah. Sial, mati sudah ia hari ini. "Maaf, Bos."

"Aku tidak butuh. Bagian mana?" Ulang Sehun. Hanya untuk satu guci sialan itu ia harus kehilangan tiga barang berharganya. Tiga gadis cantik yang Sehun jamin masih tersegel rapi harus ia relakan untuk barang yang sekarang tak ada bentuknya itu.

Sret.

"Aku mohon, ini salahku. Jika kau ingin menghukumnya, hukum aku saja." Suzy berlutut dengan kepala yang tertunduk dalam. Ia memang sudah akan menduga bahwa Chen yang akan terkena amukan Sehun, akan tetapi Suzy tidak mengira bahwa efeknya akan separah ini. Suzy terlalu memandang mudah Sehun nampaknya.

"Oh, benar. Kau berpikir bahwa aku tidak akan tega melakukan sesuatu padamu bukan?" Berjalan melewati Chen. Sehun menuruni anak tangga dan berhenti tepat di depan Suzy yang tengah berlutut.

"Maafkan aku. Aku tidak bermaksud." Bisik Suzy. Menatap ujung sepatu Sehun yang bahkan mengeluarkan aura mematikan dari bawah sini.

Menyisir rambutnya menggunakan tangan, Sehun bersidekap dada. Memikirkan hukuman apa yang pantas ia berikan pada gadis ini agar orang-orang di rumahnya tidak berpikir bahwa ia benar-benar sudah mencintai gadis ini.

"Baek." Panggil Sehun.

"Ya." Berjalan cepat menuruni anak tangga, Baekhyun berdiri tak jauh dari posisi Sehun saat ini. Menunggu perintah apa yang akan pria ini berikan padanya.

"Ambilkan taliku. Aku butuh Mathilda kesayanganku."

"Shit." Chanyeol langsung meringis perih. Sudah terbayang dengan jelas di kulitnya bagaimana panasnya benda satu itu.

"Ini berlaku untuk kalian semua, jangan memancing kesabaranku yang tak seberapa ini. Aku sudah pernah memberikan peringatakn kepada kalian, barang kali kalian lupa, akan aku ingatkan lagi sekarang." Sehun berjongkok persis di depan Suzy. Mengangkat dagu gadis itu yang sudah berhias air mata.

"Perlu kau ingat, kau masih tahananku di sini. Jangan lupa diri. Paham?" Menatap tajam mata Suzy yang sudah terlapis selaput air mata. Sehun menunggu jawaban Suzy.

"Paham. Hks."

"Kau masih belum bergerak? Atau kau ingin menggantikan posisinya?" Menoleh pada Baekhyun yang masih membeku di belakangnya, Sehun menatap sinis pemuda satu itu.

"Aku akan segera mengambilnya." Menatap Suzy dengan perasaan tak enak, Baekhyun tak sampai hati jujur saja. Akan tetapi Baekhyun juga tak mampu jika harus menggantikan posisi gadis itu.

"Maafkan aku." Bisik Baekhyun.

"Hks."




Ehe

JustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang