Imagination Ch. 2

213 49 15
                                    

Sehun tau dan sangat tau bahkan. Bagaimana bisa ia menutup telinga saat begitu banyak para murid dan para guru yang terang-terangan membicarakannya.

Risih? Tentu saja!

Sehun ingin mengundurkan diri saja rasanya, tapi mau bagaimana lagi. Bukannya Sehun sok tampan atau bagaimana, kenyataannya memang seperti itu omong-omong.

“Sayang, kau tak apa?” Suara lembut Irene membuat Sehun tersadar dari lamunannya yang sungguh tidak berfaedah barusan.

Heol! Bayangkan saja! Ia melamunkan salah satu muridnya. Bukannya yang dengan prestasi tinggi, tapi malah yang bentukan anak kelinci liar baru lahir yang tak bisa diam. Siapa lagi jika bukan Bae Suzy. Salah satu pencintanya yang berada pada barisan paling depan.

“Yak! Park Chanyeol! Kemari kau, Tiang!”

Suara teriakan itu kembali mengalihkan Sehun dari fokusnya yang berada pada wajah cantik Irene. Dua netra sekelam malam miliknya dapat melihat Suzy dan Chanyeol yang tengah bermain kucing-tikus di tengah lapangan sana. Kali ini entah apa lagi masalahnya.

“Kali ini saja, aku mohon maafkan aku!”

“Tak ada maaf bagimu!”

“Kejar terus sayangkuuuu! Jangan sampai lepas!”

“Kami akan setia menunggumu, Sayaaang!”

Terkekeh singkat, Sehun hanya menggeleng pelan seraya meraih tangan Irene untuk ia genggam. Menatap pada manik kembar milik tunangannya ini, Sehun harusnya merasa bersyukur bisa memiliki wanita secantik ini. Dan lagi, Sehun harusnya merasa beruntung karena dari sekian banyak pria yang menyukai gadisnya, hanya Sehun yang terpilih untuk menjaga hatinya.

“Ayo kita pulang.” Ajak Sehun dengan senyum tipisnya. Ya, memang seharusnya Sehun bersyukur.

**

Menghentikan laju mobilnya, Sehun melirik pada Irene yang sudah terlelap dengan wajah damainya. Sekarang Sehun harus apa? Membangunkan atau malah menggendong perempuan pemilik hatinya ini agar bisa sampai kekamarnya?

Sehun tersenyum kecil, mengguncang bahu Irene dengan harapan bahwa wanita itu akan bangun dan berjalan meggunakan kakinya sendiri. Sehun tidak suka gadis manja ngomong-ngomong. Selagi masih bisa berjalan sendiri kenapa harus gendong? Benar begitu bukan?

“Irene.” Panggil Sehun lembut. Mengusap puncak kepala wanita incaran semua kaum adam itu hingga lenguhan pelan ia dengar.

“Kita sudah sampai.”

Irene hanya mengangguk dan tersenyum kecil. “Tidak ingin mampir?” Tawar Irene. Sekian lama mereka bersama dan belum ada satu kali Sehun mampir untuk masuk kedalam apartemennya.

“Terima kasih. Lain kali, mungkin?” Tolak Sehun ramah. Tersenyum kecil saat Irene hanya mengangguk dan mulai masuk kedalam gedung mewah di depannya ini.

Selalu saja begitu. Sehun selalu mengatakan lain kali, tapi hingga saat ini tak pernah kata ‘lain kali’ itu tergantikan dengan kata ‘baiklah’. Apa hanya mampir sebentar saja menyita banyak waktu pria itu?

Irene tersenyum kecut. Apa namanya sudah mulai pudar di hati pria itu? Bahkan kecupan sampai jumpa juga sudah tak lagi pria itu lakukan seperti beberapa tahun belakangan ini.

“Apa yang terjadi padamu sebenarnya, Sehun?”

**

Sehun memelankan laju mobilnya saat lampu lalu lintas berubah merah. Mengusap kasar rambutnya hingga berubah kusut seperti gelandangan. Sehun juga tak tau apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya ini. Entah kenapa, tapi ia juga merasakan ada hal aneh yang menganggu hatinya.

JustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang