37. Positif

80.7K 3.6K 123
                                    

Halo 🖐️

Happy satnight 🌙

Maaf ya Lyn lupa kalo ini belum update huhu:'

Happy Reading


Anna memuntahkan cairan bening dari mulutnya ke wastafel, perutnya terasa di aduk-aduk. Kepalanya terasa berat, dan tubuhnya lemas. Baru sehari Anna ditinggalkan Kenan, Anna sudah seperti ini. Apakah ia salah makan?

Anna menyalakan air kran wastafelnya, membasuh mulutnya setelah itu ia matikan. Anna menatap pantulan dirinya di cermin, ia terlihat pucat. Ini bukan pertama kalinya Anna muntah, sejak pagi Anna terus muntah sampai Anna merasa lelah.

Sekarang, ia baru saja selesai makan malam tetapi merasa mual. Anna berjalan keluar kamar mandi sembari memijat tengkuknya, sepertinya ia salah makan atau Anna kekenyangan?

Anna berjalan ke arah ruang kerja Kenan untuk mengambil ponselnya yang tertinggal disana. Anna duduk di kursi kebesaran Kenan, aroma Kenan di ruangan ini sangat terasa membuat Anna merasa tenang. Anna memejamkan matanya lelah, ia merindukan Kenan.

Apakah Kenan mempunyai obat pereda mual? Pikiran itu membuat Anna membuka kembali matanya.

Anna membuka laci meja kerja milik Kenan, ada tiga laci disana membuat Anna membukanya satu-persatu. Di laci kesatu dan kedua tidak ada, tetapi saat Anna membuka laci ketiga..

Anna mengambil botol obat berukuran sedang dari sana, merasa familier akan obat ini. Bukankah ini obat kontrasepsi miliknya?

Jantung Anna seketika berdebar cepat, menatap kalender kecil di atas meja kerja Kenan. Sudah berapa bulan ia tak memakan obat ini? Pikiran itu seketika membuat Anna tanpa sengaja menjatuhkan botol obatnya.

Anna beranjak dari duduknya, mengambil kalender kecil itu dengan tangan bergetar. Kenapa Anna lupa jika ia belum mendapat mens selama dua bulan? Kenapa Anna melupakan itu? Nafas Anna memburu, seketika memegangi perutnya. Tidak mungkin ia hamil kan?

"Nona?" Panggil bibi Carol sembari membawa nampan berisi secangkir teh hangat. Bibi Carol menatap Anna heran yang terlihat mematung di dekat meja kerja majikannya. Ia sedari tadi memanggil Anna ternyata Anna ada disini.

Bibi Carol menyimpan nampannya di atas lemari kecil disana, mendekati Anna yang tidak menyahut. "Nona?" Panggil bibi Carol menepuk bahu Anna pelan.

Anna seketika tersentak, menatap bibi Carol nanar.

"Nona kenapa?" Tanya bibi Carol cemas melihat air mata membasahi pipi Anna.

"Bibi.." Suara parau Anna terdengar kecil.

"Nona ada apa?" Tanya bibi Carol sembari memegang kedua lengan atas Anna.

"Bisa belikan Anna testpack?" Tanya Anna dengan berat hati.

Bibi Carol terdiam, menatap kalender dan obat berserakan di lantai. Bibi Carol mengangguk "Bibi akan belikan." Kata bibi Carol seolah paham dengan situasi Anna.

**

Anna memejamkan matanya takut yang sedang duduk di kloset. Tangannya bergetar memegang testpack yang baru saja ia pakai. Jantungnya berdebar cepat, bagaimana jika dirinya sungguh hamil?

Anna membuka matanya, menatap nanar pada testpack yang bergaris dua.. Anna seketika menjatuhkan benda panjang itu, dunianya seketika seakan runtuh.

Bagaimana Anna memberitahu Kenan tentang ini? Anna terlalu ceroboh, ia kesal pada dirinya sendiri. Air matanya turun, tubuhnya bergetar memikirkan nasib anaknya jika tak diakui Kenan.

"Nona?" Panggil bibi Carol cemas dibalik pintu kamar mandi.

Mendengar suara tangisan Anna membuat bibi Carol semakin panik, ia seketika membuka pintu kamar mandinya. Melihat Anna yang menangis di atas closet, menatap benda bergaris dua yang tergeletak di lantai.

Bibi Carol memeluk Anna, mencoba menenangkannya. "Ayo kita keluar nona, nanti nona akan sakit jika terus berada di kamar mandi." Kata bibi Carol menuntun Anna yang terlihat lemas.

Anna merebahkan dirinya di atas ranjang, menenggelamkan wajahnya pada guling yang ia peluk.

Bibi Carol mengelus punggung Anna mencoba menenangkannya yang terus menangis. Anna masih labil untuk menerima kenyataan jika ia akan menjadi seorang ibu. "Nona sudah jangan menangis, sebaiknya nona tidur dan istirahat." Kata bibi Carol terlihat sedih melihat Anna yang terus menangis.

"Bibi tinggalkan Anna sendiri." Kata Anna di sela-sela tangisannya.

"Baik, tapi nona jangan terus menangis." Kata bibi Carol beranjak dari duduknya.

"Bibi?" Panggil Anna pelan saat bibi Carol akan meninggalkan kamar ini.

"Ya nona?" Tanya bibi Carol menatap Anna.

"Jangan beritahu Kenn tentang ini." Kata Anna dengan mata sembabnya menatap bibi Carol.

"Tapi.."

"Baiklah." Kata bibi Carol mencoba mengerti keadaan Anna, dan tak ikut campur. Bibi Carol berjalan meninggalkan Anna sendirian di kamar ini.

Sedangkan Anna memeluk gulingnya dengan erat. Anna sungguh takut Kenan tak mau tanggung jawab, Anna takut memberitahu Kenan tentang ini.

Dering ponselnya terdengar, Anna mengambil ponselnya yang ada diatas nakas. Melihat panggilan video dari Kenan membuat Anna panik. Anna mengusap matanya mencoba menghapus air mata yang membasahi wajahnya, menutup setengah wajahnya dengan selimut.

Menjawab panggilan video dari Kenan dengan jantung yang berdebar cepat. Anna harap Kenan tak menyadari jika Anna habis menangis.

"Kau kenapa?" Tanya Kenan di seberang sana menatap Anna.

"Anna mengantuk." Jawab Anna menatap Kenan yang terlihat rapi dengan jaket kulit hitamnya. Sepertinya Kenan sedang berada di dalam mobil, mungkin Kenan baru pulang dari pekerjaannya.

"Anna.."

Anna seketika mematikan panggilannya, ia tahu Kenan menyadari kebohongannya. Anna mengetikkan pesan untuk Kenan mengatakan jika dirinya akan tidur karena mengantuk. Anna mematikan ponselnya, menyelimuti dirinya sampai kepala.

Tanpa Anna sadari ada CCTV yang sedari tadi berkedip mengawasi dirinya. Siapa lagi yang mengawasi Anna dari jauh jika bukan Kenan?



Jangan lupa tanggal 29 bulan ini, Ebook The Lecturer Obsession harganya 29ribu. Jangan sampai ketinggalan ❤️

Pembelian melalui whatsapp resmi VL Publisher 0857-8285-2101

The Lecturer Obsession [21+] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang