H e l o
Thanks yang udah VOTE cerita ini, semoga kebaikan kalian dibalas sama Tuhan ya🙃
|
|
|
Happy reading
Sudah empat hari sejak pelecehan yang menimpa dirinya membuat Anna terlihat murung dan tak semangat masuk kuliah membuat Siska yang berada didekatnya merasa bingung.
"Kau kenapa? Akhir-akhir ini terlihat tidak semangat?" Tanya Siska sembari menyeruput es kopi cup miliknya.
Anna menggelengkan kepalanya pelan, ia tak mungkin cerita pada Siska karena Anna pasti merasa malu. Sudah empat hari terakhir Anna tak melihat batang hidung pria yang sudah melecehkannya itu membuat Anna lega karena merasa ia bisa bernafas tidak perlu was-was karena si pemilik mata biru itu tidak ada disini.
"Anna bagaimana jika kau pindah ke apartemenku?" Tanya Siska menatap Anna penuh harap.
Anna menatap Siska bingung, Siska mempunyai apartemen? Setahu Anna Siska tinggal di apartemen studio kecil seperti Anna.
"Bukan ke apartemen studioku,tapi apartemen ku yang lebih besar." Kata Siska seolah tahu apa yang ada dipikiran Anna.
"Kau tidak harus membayar Anna, tetapi kau hanya perlu membeli makanan untukmu sendiri saja." Kata Siska menatap Anna.
Anna menggelengkan kepalanya "Tidak Siska itu pasti merepotkanmu." Balas Anna ia merasa tak enak pada Siska jika harus menumpang.
Siska menghembuskan nafasnya pelan "Apartemenku yang baru itu ada dua kamar Anna, aku takut jika harus tinggal sendiri di apartemen yang besar itu. Ayolah Annaaa." Bujuk Siska menatap Anna melas.
Anna terdiam ia benar-benar tak enak jika harus menumpang pada Siska tetapi melihat Siska yang melas seperti ini membuatnya tak tega.
"Tapi Anna saja ya yang membersihkan apartemen, hitung-hitung Anna membayar tempat tinggal, ya?" Kata Anna menatap Siska.
Siska mengerjapkan matanya bingung, ia takut kena masalah jika Anna yang membersihkan apartemen.
"Tapi.."
"Yasudah Anna tidak mau pindah jika Siska tidak mengizinkan Anna yang bersih-bersih." Kata Anna memotong perkataan Siska.
Siska akhirnya mengangguk dengan ragu dalam hati ia berharap semoga ia tak dapat masalah.
**
Di tempat lain tepatnya disebuah ruangan yang terlihat mewah dengan warna hitam dan putih yang mendominasi itu terlihat seorang pria sedang bergelut dengan dokumen-dokumennya.
"Tuan, rapat pemegang saham ditunda menjadi bulan depan karena menunggu Mr. Alfredo sembuh dari sakitnya." Ucap tangan kanan pria itu.
Kenan mengangguk ia sungguh tak peduli dengan rapat itu, mau diadakan atau tidak itu tidak merugikan dirinya.
"Rapatnya menjadi di Italia tuan tepatnya di kota Roma." Kata Jhon tangan kanannya.
Kenan menggeram kesal karena pekerjaannya yang belum juga selesai mungkin karena Kenan yang absen selama dua hari jadi pekerjaannya begitu menumpuk.
"Kau sudah mencari tahu alamatnya?" Tanya Kenan pada Jhon.
Jhon mengangguk "Mereka tinggal dipinggiran kota tuan dan mempunyai toko kue yang kecil, alamat lengkapnya sudah dikirimkan lewat email tuan." Jawab Jhon jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lecturer Obsession [21+] [END]
RomanceWARNING : MATURE 21+, VULGAR, ROMANCE Annatasha Margaretha hanya ingin hidup dengan tenang di masa kuliahnya menjalani hari-hari kehidupan kuliah seperti yang lainnya. Namun, itu semua sepertinya hanya mimpi karena Anna merasa setiap langkahnya sela...