Obat

3.9K 158 27
                                    

Cakra POV

"disini dimana?"

"di batang saya pak" secara tiba-tiba aku pun menghentikan langkahku dan membuat kami berdua juga berhenti. "kenapa pak?"

"engga apa-apa, ayo kita lanjut" aku pun terus memapahnya ke dalam kamarku. Untung party ini diadakan di belakang rumah yang kebunnya cukup luas. Jadi aku bisa segera membawanya ke kamarku. Setibanya dikamarku, aku langsung membaringkannya.

"panaaas...." Ucapnya berusaha menanggalkan bajunya.

Satu persatu kancingnya ia lepas dan terpampanglah tubuh ido yang seksi dengan muscle yang kering. Aku kembali teringat dengan apa yang aku lihat di ruangan pantry, tapi saat ini dia ada di kamarku dan hanya ada kami berdua. ido memegang kejantanannya dan mulai menggesek-gesekkanya dengan tangannya. "Aahahhhhh" dia mendesah.

Ini bukan karena alergi ataupun sakit, dia berada dalam pengaruh Viagra. Aku buka kancing celananya, tapi tidak ada penolakan darinya. Tidak lupa aku buka sepatu dan kaos kakinya. Menyisakan tubuh atasannya yang masih memakai kemeja dan celana dalam yang ia pakai. Tercium aroma semerbak yang membuat kejantananku ikut menegang.

Aku sudah tidak tahan lagi. aku buka celana dalamnya, aku raih kejantanannya. Aku masukan ke dalam mulutku lalu aku hisap. "ya pa cakra, disitu pak yang sakit aaaaahhhhsshsh" dia mendesis setelah aku hisap kejantanannya. Aku kocok kejantanannya, dia menggelinjang dan tak henti-hentinya mendesah.

Untung aku sudah mengunci kamarku. AC di dalam kamarku sudah tidak terasa dengan pergulatan kami. Sambil aku kocok, aku angkat kakinya lalu menunjukan lubang kenikmatannya. Warnanya pink yang kontras dengan warna kulitnya. Aku cium aromanya, sungguh memabukan. Langsung aku jilat lubang itu. "aaaahhhhhhhhhhh enak pak cakra" tubuhnya menggelinjang setelah aku jilat lubang itu.

aku memberhentikan apa yang aku lakukan pada ido. Aku ambil baby oil di dalam laci, aku tuang dan lumuri area kejantanan dan lubang kenikmatannya. Aku kembali mengocok kejantannya yang aku tafsir memiliki panjang 17 cm dan tebal 4 cm. cukup panjang untuk orang Indonesia, tapi tidak sepanjang dan setebal punyaku. Aku kocok perlahan agar ido tenang, lalu aku mulai memasukan 1 jari ke dalam lubang anusnya. Masih belum ada reaksi dari ido. Aku tambah ke jari kedua. Ia kembali menggelinjang.

"rilex ido... saya akan ngobatin kamu" Berulang kali aku mengeluar-masukan kedua jariku, tak lama dia kembali rilex. Sungguh lobang yang masih perawan. Aku lanjutkan dengan jari ketiga, terlihat tidak ada banyak reaksi. Dia mulai rilex dan mengikuti iramaku. Aku memasukannya agak dalam, disuatu saat dia melenguh.

"aahhhrhhhhhhh" aku sudah mengenai titik nikmatnya. Aku kembali memaju mundurkan ketiga jariku hingga otot-otot anusnya mulai terbiasa. Ini sudah diluar akal sehatku, biarlah. Aku ingin menikmati tubuhnya, di New York pun aku sudah terbiasa bersenggama dengan pria. Bahkan kami saling memuaskan satu sama lain. Terkadang aku yang menjadi top, terkadang aku juga menjadi bottom.

Aku buka semua yang aku kenakan saat ini hingga aku telanjang bulat. Aku lumuri kejantanan 19 cm ku dan lebar 5 cm dengan baby oil. Aku kembali mengocok kejantanan ido, agar dia lebih rilex. Perlahan aku masukan kejantananku pada liang kenikmatannya. "arhhhgghhh sakit pak, apa yang pak cakra lakukan?"

"tahan do, dan rilex. Saya lagi ngobatin kamu, kamu sudah dalam keadaan obat Viagra. Cuma ini satu-satunya cara. Yaitu melampiaskannya, nanti kamu juga akan masukin saya"

"aaaarrggggghhhhh" aku langsung mencium bibirnya. Agar dia lebih rilex. Dia pun membalasnya. Kami pun berciuman dengan liar hingga seluruh kejantananku pun masuk. Aku diamkan sejenak agar lubangnya terbiasa.

Office Boy GantengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang