Ido POV
Setelah melihat alamat yang diberikan bu Sumarni, aku memasukan ponselku ke dalam tas. Kami bertiga harus segera kembali ke Jakarta. Berjam-jam kami kembali berjalan tetapi Fiki dan Fiko tidak mengeluh sama sekali. Mereka malah terlihat asik sesekali kejar-kejaran. Untung saja masih ada angkot ketika kami sudah sampai di tempat turun angkot tadi.
Kembali perjalanan yang cukup lama kami tempuh hingga kami sampai di terminal. Situasi terminal cukup sepi mungkin karena malam hari. Ini sudah gelap waktunya kami mengisi perut kami. Di salah satu sisi terminal, aku pun meletakan pantatku yang sudah cukup lelah menopang berjalan.
Fiki dan Fiko duduk disebelah kananku. Karena punggungku terasa cukup pegal, aku taruh tasku di sisi kiri dan bawah samping kursi. Kami memesan nasi rames. Seperti biasa Fiki dan Fiko makan 1 porsi bersama. Seharusnya mereka sudah mulai aku pisahkan, jika tidak mereka akan terbiasa seperti ini terus sampai dewasa.
Disaat aku sedang menikmati makanan di piringku, secara tiba-tiba seseorang mengambil tasku dan langsung lari secepat kilat. "WWWOOOOYYY" teriakku spontan. Aku langsung melompat dari kursi dimana aku duduk dan langsung mengejar pencuri itu. pencuri itu keluar terminal lalu masuk ke gang kecil.
Aku tetap mengikutinya. Semakin masuk jauh, semakin gelap gang kecil ini. hingga beberapa anak kecil pun ada di arah berlawanan. Sesaat aku teringat Fiki dan Fiko. Kecepatanku pun melambat hingga aku pun berhenti. Aku langsung berbalik arah menuju warung makan tadi. Haah haaah... sesampainya di warung makan itu. "syukurlah" ucapku dengan nafas yang ngos-ngosan, keringat membasahi seluruh tubuhku. aku lihat Fiki dan Fiko berdiri dan langsung menghampiriku. "maafin abang udah ninggalin kalian ya di tempat asing begini" ucapku memeluk mereka berdua.
"tapi abang gapapa kan?" tanya Fiko khawatir.
"iya abang gapapa, tapi abang Cuma cape aja"
"tas kita dibawa pencuri ya bang? Terus kita bertiga gimana bang?" tanya Fiki.
"nanti abang yang pikirin ya"
"kang, makanan nya belum dibayar atuh. Udah lari kemana-mana wae si akang mah" ucap penjual di warung makan.
"maaf bu, tas saya di copet bu. Berapa semuanya?" tanyaku.
"30 ribu aja kang" aku mengambil dompet. Hanya tersisa selembar 50ribu. Aku memberikan uang ini, lalu menerima kembaliannya. Uang 20 ribu gini mana bisa buat bayar ongkos bis. Aku akan coba, tapi ya ampun. Ponselku juga ada di dalam tas itu, bagaimana aku bisa menghubungi seseorang? Otak ku berpikir keras, sekarang yang tertinggal hanyalah dompetku, uang 20rb dan KTP. Semoga saja bisa. Kami bertiga melangkahkan kaki menuju bis yang menuju Jakarta.
"ayo kang, Jakarta cililitan kampung rambutan kang" ajak kernet bus nya.
"kang maaf sebelumnya, saya Cuma punya uang 20ribu. Tas saya baru aja di curi, saya bisa naik bis nya akang. Nanti sesampainya saya di Jakarta saya bayar setelah saya pinjam ke temen saya" ucapku.
"yah kang, uang 20ribu mah ga cukup buat ongkosnya. Lagian si akangnya kenapa ga hati-hati taro tas, banyak criminal kang di terminal kaya gini mah"
"saya kasi KTP saya ya sebagai jaminan"
"aduh kang, saya teh butuh uang buat cari makan. Bukannya KTP buat jaminan, saya teh ga bisa beli beras pakai KTP"
"tolong saya kang.. saya bener-bener ga tau harus kemana lagi"
"alah palingan modus kaya gini mah udah banyak kang. Kang gini aja, ada uang baru boleh naik bus yah. Titik. Yoooo kampung rambutan... rambutan... cililitan... cililitan...." Ucapnya menghiraukan ucapkanku. Aku pun berbalik dan mengajak Fiki dan Fiko menjauh dari bus itu. kami terus berjalan hingga keluar dari area terminal. Sungguh aku benar-benar tidak bisa berpikir saat ini. kami berjalan keluar terminal aku melihat kiri dan kanan. Ternyata ini dekat dengan pasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Office Boy Ganteng
ActionIdo, sang Office Boy misterius. Dalam perjalanan hidup menjaga kedua adiknya dan mencari ibunya terlibat untuk misi penyelamatan. Tetapi penyelamatan adik-adiknya merupakan awal dari konflik dengan hutang budi masa lalunya. "kali ini akan aku pasti...