...

1.3K 92 1
                                    

Ido POV

"kamu berdarah do" ucap Pak Cakra.

"saya gapapa Pak" ucapku sambil tersenyum. secara tiba-tiba pandanganku memudar, kesadaranku hilang. "QUATRO .. LOMO....." itulah yang terakhir aku dengar. Hingga aku benar-benar tidak sadarkan diri.

"abang....." bayangan-bayang orang disekitarku ada di hadapanku sekarang. "kamu bisa bekerja besok?".... "kita tidak bisa melakukan itu sekarang"..... "pak Cakra bangun pak Cakra......." "jaga adik-adik kamu ya do, ibu harus pergi"

"IBUUUU" aku spontan berteriak memanggil ibuku. Nafasku terengah-engah seperti habis berlari.

Dimana aku? Aku melihat sekeliling. Aku sedang berada di tempat tidur, tanganku menempel sebuah selang. Aaarrrgghhhh, kepalaku sakit sekali. Pandanganku kembali memudar, aku menarik nafas dalam dan mengatur nafasku. Seseorang masuk dari pintu disana.

"tuan Ido, anda bisa mendengar saya" aku mengangguk. "saya dokter Braga, saya akan mengecek kondisi anda terlebih dahulu" ia mengecek mulai dari detak jantung lalu pupil ku hingga tekanan darah. Aku hanya diam ketika dokter melakukan hal itu. "luar biasa, 3 hari koma sekarang kondisi kamu sudah seperti orang sehat"

"saya 3 hari koma dok?"

"iya"

"Fiki... Fiko" aku hendak bangkit. Tiga hari koma siapa yang mengurus Fiki dan Fiko.

"tenang-tenang"

"saya harus mengurus adik-adik saya dok, kalau saya koma selama 3 hari siapa yang mengurus mereka"

"jangan khawatir, selama kamu koma adik-adik kamu sudah datang ke rumah sakit bersama seorang wanita cantik" wanita cantik? "sekarang kamu akan dipindahkan ke ruang perawatan, dari hasil CT scan organ dalam kamu ada beberapa yang terluka karena benturan keras" aku pun tidak meresponnya. "saya akan minta perawat memindahkan kamu" dokter itu pun pergi. Tidak beberapa lama, beberapa perawat datang dan mendorong tempat tidur portable ini. kami masuk lift hingga dilantai 20 kami berhenti. Aku pun menuju sebuah ruangan. Ketika pintu itu terbuka. Aku bisa lihat beberapa orang yang aku kenal disana.

"ABAAAANNGGG" teriak Fiki dan Fiko menyambutku. Mereka berdiri di samping tempat tidur ku yang masih di dorong.

"ayoo mundur dulu ya Fiki, Fiko. Biar om tante perwatnya bisa taruh tempat tidurnya dulu" Mba Mio mengajak mereka mundur. Aku hanya bisa tersenyum saat ini. setelah tempat tidur ini di posisinya. Fiki dan Fiko langsung menghampiriku.

"abang dimana yang sakit? sini biar Fiko pijit biar sakitnya rada ilangan" aku menunduk langsung aku cium kepala Fiko. Mataku berkaca-kaca saat ini melihat mereka baik-baik saja. begitu pun dengan Fiki aku cium kepala mereka.

"maafin abang ya dek, 3 hari abang ga bisa urus kalian" aku berusaha menahan tangisku. Apalagi terbayang Ibu sebelum aku sadar tadi.

"kita ngerti kok bang kondisi abang, kita pernah kan kelaparan beberapa hari. Tapi untungnya masih ada air minum jadi kita masih bisa bertahan" ucap Fiki. Tangisku pecah saat itu mendengar apa yang ia ucapkan. Aku menunduk sambil menangis. Kedua adikku pun ikut menangis.

"sudah Fiki,, Fiko ayo ikut tante" itu suara mba Mio. Aku masih menangis sesenggukan.

"tidak apa-apa bro, keluarkan semuanya" ucap seseorang sambil mengusap punggungku. Itu mas Quatro. Beberapa saat sudah berlalu. Akhirnya aku pun sudah meluapkan semua perasaanku.

"tissue?" itu mas Lomo.

"terima kasih" aku mengambil tissue itu dan menghapus setiap air mata yang sudah keluar.

Office Boy GantengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang