Kampung Ciheudang

1.4K 98 30
                                    

Ido POV

"bang, kita cari ibunya dimana sih? Kok kita harus berangkat malam gini" tanya Fiko.

"sekitaran daerah sumedang Fiko"

"tapi kenapa malam bang? Emangnya ga ada bus yang siang?"

"biar malamnya kita bisa tidur di bis, nah pas siang nya kita bisa cari ibu"

"wah, abang pinter banget ternyata" ucap Fiko

"tapi kaki fiki mulai capek bang jalan terus dari tadi" ucap Fiki.

"iya, sabar ya. di depan sana tuh nanti kita naik bis nya. Fiki pasti kuat" ucapku menyemangatinya. Kami pun berjalan setapak demi setapak. Di tengah malam ibukota ini, dengan harapan kami bisa bertemu ibu kami kembali.

Setelah sampai di pool bis kami naik, lalu membayar tiket untuk aku dan kedua adikku. Tas aku letakan dibawah kakiku, berjaga-jaga saja. karena kondisi tengah malam ini, Fiki dan Fiko langsung terlelap. Aku pun memejamkan mata untuk beristirahat agar esok kami memiliki tenaga lebih.

"SUMEDANG... SUMEDANG...." Samar-samar aku mendengar orang berteriak mengucapkan kata itu. "mas bangun mas, udah sampe sumedang nih" seseorang menepuk tanganku. Aku pun bangun,

"oh udah sampe ya bang? " aku langsung bergerak ke Fiki dan Fiko. "Fiki. Fiko ayo bangun dek, kita udah sampai" perlahan mereka mulai bangun. Namun belum sepenuhnya. Tas aku kalungkan di lengan kananku. Fiki aku gendong sementara tangan kananku menuntun Fiko yang sepertinya terlihat sudah lebih terjaga.

Kami turun dari bus, aku mencari tempat duduk sementara agar mereka berdua bisa bersiap. Sedapatnya di kursi halte ini, mereka aku dudukan di kursi. Beberapa pedagang lalu lalang di terminal ini. aku membeli teh manis hangat dan roti untuk fiki dan fiko sarapan.

"loh abang ga makan sama minum?" tanya Fiko.

"iya, kalian aja duluan ya"

"ah, Fiko gamau kalo abang juga ga makan" dia mulai membantah.

"FIKO..."  panggilku sedikit membentak

"Fiki juga ga mau kalo abang ga makan sama-sama" ucap fiki. Aku terdiam mendengar mereka bisa berbuat demikian. Satu sisi aku ga mau dibantah apalagi mereka tidak mau menurutiku. Hal ini juga membuat aku teringat dengan Pak Cakra. Kenapa aku bisa ingat si keparat itu saat ini.

"yasudah, siapa yang mau bagi rotinya ke abang?"

"Fiko..."

"fiki.." mereka saling berlomba. Terima kasih ya dek. Udah support abang kaya gini. Setelah perut kami terisi kami mulai melanjutkan perjalanan. Aku bertanya ke beberapa orang untuk menuju ke kampung Ciheudang.

Akhirnya kami naik angkot warna hijau ini. satu jam lebih kami naik angkot ini. jalan yang dilalui setelah terminal cukup jelek. Terpaksa angkot berjalan dengan kecepatan yang cukup pelan.

"yuk kang ciheudang kang" ucap Sopirnya.

"udah sampe ya bang?" tanyaku.

"iya, ini teh jalan menuju kampung ciheudang" aku melihat sekeliling.. hanya ada gapura kecil dan jalan yang sangat sepi. "ayo jadi turun ga ini teh?"

"iya bang" aku pun turun bersama adik-adikku.

"bang, rumahnya jauh ga?" tanya Fiko.

"abang ga tau dek, kita jalan aja dulu ya" kami berjalan melewati jalan kampung yang becek disini. Beberapa kubangan air dan jalan becek menandakan hujan semalam disini.

Office Boy GantengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang